Perkembangan teknologi digital yang sangat pesat khususnya dalam dunia informasi memberikan berbagai kemudahan bagi manusia. Namun selain beragam kemudahan yang diberikan lewat kecanggihan teknologi informasi, banyak juga hal negatif yang harus diantisipasi.
Saat ini, perkembangan teknologi informasi juga memberikan dampak yang cukup mengkhawatirkan bagi pengembangan literasi masyarakat khususnya anak yang kini banyak termakan candu gadget.
Mereka lebih sibuk mengikuti tren media sosial. Ketidakpedulian orang tua ikut memberikan pengaruh terhadap kondisi ini. Kecenderungan melahirkan karakter egois pada anak - anak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak berkomunikasi dengan baik karena tidak adanya interaksi aktif dua arah akibat beragam sajian hiburan dan permainan yang dilihat melalui gadget.
Hal itulah yang membuat Sofian, bersama istrinya tergerak memanfaatkan hutan kota Kisaran menjadi taman literasi dadakan. Mereka mengajak siapa saja tak terkecuali orang tua yang kebetulan membawa anaknya ikut serta masuk ke dalam dunia baca yang belum lama dirintis pasangan suami istri itu.
Bermodalkan puluhan buku anak hasil sumbangan dan spanduk bekas sebagai alas kegiatan jadilah mereka memulai kampanye candu buku yang ditengarai bisa mengimbangi anak dari pengaruh gawai. Seluruh buku-buku, dan beberapa permainan edukasi bisa dipakai secara gratis.
"Gerakan ini berawal dari kekhawatiran kami khususnya orang tua terhadap perilaku anak jaman sekarang yang candu gadget. Mereka bermain game dimana saja. Celakanya hal itu difasilitasi oleh orang tua," kata Sofian saat ditemui detikSumut di taman hutan kota Kisaran, Minggu (18/9/2022).
![]() |
Meski belum lama, gerakan ini baru dimulai Sofian yang juga merupakan dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Asahan ini setelah ia aktif mencari peluang bantuan sumbangan buku pihak ke tiga.
Sebelumnya, setiap minggu ia aktif membuka perpustakaan kecil di teras rumahnya dan mengajak anak anak sekitar datang untuk membaca.
"Kami mulai membangunnya dari komunitas kecil melibatkan anak-anak tetangga di sekitar rumah. Responnya positif. Beberapa minggu terakhir kami mulai di taman hutan kota ini," kata dia.
Menurutnya, buku konvensional saat ini masih cukup diminati oleh masyarakat terutama anak-anak. Meski saat ini telah banyak tersebar buku elektronik, namun ketersediaan sejumlah aplikasi hiburan dan permainan dalam satu perangkat menimbulkan ketidakseriusan anak dalam membaca.
Anak - anak bukannya membaca buku dan ujung-ujungnya malah bermain game. Sofian tidak sendiri memanfaatkan taman hutan kota dengan buku, ia menggandeng Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan lembaga zakat Muhammadiyah (Lazismu) untuk menyokong gerakannya ini sekaligus memberikan pendampingan kepada anak - anak yang singgah di taman baca yang mereka bangun.
Suri Kartika, salah seorang warga yang tertarik melihat gerakan tersebut mengapresiasi adanya taman baca dadakan yang tersedia di hutan kota Kisaran. Sebagai orang tua, ia melihat aktivitas yang dilakukan di ruang terbuka ini paling tidak mengimbangi minat anak terhadap buku dari serangan teknologi.
"Bagus ini, saya baru tau ada di hutan kota ada tempat seperti ini. Anak - anak bisa termotivasi untuk membaca, apalagi dilakukan di ruang terbuka," kata dia.
(bpa/bpa)