Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Sumut melihat pergerakan penumpang domestik bergerak lambat seiring dengan masih melambungnya harga tiket. Hingga saat ini, banyak masyarakat yang lebih memilih berpergian ke luar negeri atau mengambil penerbangan dengan transit ke luar negeri.
"Jadi kalau untuk domestik tidak ada pertumbuhan atau pergerakan lambat lah. Di satu sisi orang akan tetap pergi ke Jakarta mungkin karena bisnis di Jakarta walau tiket mahal atau ada alternatif untuk rute domestik melalui luar negeri. Contohnya dia terbang dulu ke Kuala Lumpur baru kemudian dia terbang lagi ke Jakarta, ada opsi juga seperti itu," ungkap Ketua Astindo Sumut Wilson Halim kepada detikSumut, Kamis (18/7/2024).
Wilson kemudian mencontohkan harga tiket pesawat PP Medan-Jakarta, penumpang perlu merogoh kocek sekitar Rp 3,7 juta per orang. Lebih rinci, perjalanan rute Medan-Jakarta merogoh kocek sekitar Rp 1,5-Rp 1,7 jutaan. Sementara itu, apabila naik rute Medan-Kuala Lumpur kemudian lanjut Kuala Lumpur-Jakarta, detikers cukup merogoh kocek Rp 1 juta-Rp 1,3 jutaan saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, harga tiket PP Medan-Singapura detikers hanya merogoh kocek sekitar Rp 2 jutaan ataupun harga tiket PP Medan-Penang hanya Rp 1 jutaan.
Melihat hal ini, Wilson menyebutkan bahwa pertumbuhan penerbangan rute mancanegara jauh lebih melesat mencapai 30-40 persen ketimbang penerbangan domestik.
"Penerbangan ke luar negeri naik 30-40 persen untuk liburan anak sekolah kemarin bisa dibuktikan dengan banyaknya orang berlibur ke luar negeri karena harga tiket liburan ke dalam negeri yang mahal," ujarnya.
Wilson mengakui bahwa mahalnya harga tiket pesawat domestik ini sudah dirasakan sejak setahun belakangan. Pihaknya sendiri juga hingga saat ini masih menunggu kebijakan dari pemerintah terkait hasil terbentuknya satgas penurunan harga tiket pesawat.
"Kalau demand pasti tinggi ya karena tidak ada pembatasan perjalanan lagi, tapi operator selalu berlindung dengan mereka yang tidak punya armada cukup, kita sebagai pihak ketiga tidak terlalu paham dengan internal regulator ataupu maskapai. Dengan dibentuknya satgas ini kita masih menunggu apa sih sebenarnya yang terjadi, kalaupun masalah itu (armada tidak cukup) masa sih sampai setahun lebih tidak ada pergerakan ataupu pembenahan, kita tunggu lah hasil kerja dari satgas ini dan mudah-mudahan dapat memuaskan semua pihak," pungkasnya.
(mjy/mjy)