"Permintaan beras SPHP menurun karena permintaan pasar menurun karena panen lokal beras dari Aceh banyak juga membanjir ke Medan dan harganya sekarang sama dengan beras SPHP. Harga sama, banyak konsumen lebih suka beras lokal agak pulen dia, jadi permintaan agak menurun," ungkap Kepala Bulog Sumut Arif Mandu kepada detikSumut, Selasa (14/5/2024).
"Nah, kalau lagi panen gini, permintaan agak kurang, sehingga pihak pasar belum ada permintaan beras SPHP ke Bulog," lanjutnya.
Berdasarkan dari data Bulog Sumut, target penyaluran beras untuk KC Medan per harinya sebesar 90 ton, namun realisasi pada 13 Mei hanya sebanyak 45 ribu ton.
Lanjutnya, Arif juga mengakui bahwa kosongnya stok juga dipengaruhi dengan kenaikan HET yang semula seharga Rp 11.500 per kg, kini menjadi Rp 13.100 per kg mulai 1 Mei 2024. Ia menyebutkan penurunan HET sulit terjadi lantaran harga penyerapan di tingkat petani juga ikut naik.
"Pengaruh panen dan pengaruh kenaikan harga, Dan saya kira kalau sudah naik gitu, susah turunnya paling tetap, kalau bergerak ya bergerak naik. Susah karena harga pembelian Bulog di petani naik juga, makanya disesuaikan. Kalau sebelumnya harga Bulog di petani itu Rp 9.950 sekarang Rp 11.000 ini naik Rp 1.050 per kg. Makanya tebus SPHP dari Rp 10.250 naik juga ke Rp 11.300. HETnya dari Rp 11.500 ke 13.100," ujarnya.
Selain dua faktor ini, Arif juga membeberkan jika proses bantuan pangan yang saat ini sedang berjalan di Sumut ternyata juga ikut mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap beras SPHP.
"Kemudian bantuan pangan saat ini sedang jalan, jadi ya masyarakat yang mendapat bantuan pangan ini ya tentu tidak ke pasar beli beras. Artinya permintaan menurun. Kemungkinan bantuan pangan ini sampai Desember," ucapnya.
(afb/afb)