Singapura tercatat sebagai negara yang paling tinggi melakukan impor ke Sumut. Per Maret 2024, nilai impor dari Singapura ini mencapai US$89,1 juta atau senilai 1,4 triliun.
"Yang paling dominan itu berasal dari Singapura dengan andil 19,56 persen atau sebesar US$89,1 juta, di sini ada juga impor komoditi bahan bakar mineral di antaranya," ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Nurul Hasanuddin, Rabu (8/5/2024).
Sementara itu, urutan kedua dipegang oleh Tiongkok sebesar US$72,9 juta atau senilai Rp 1,1 triliun dan ada Malaysia dengan mengirim komoditi impor ke sumut sebesar Rp 41,2 juta atau senilai Rp 663 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara keseluruhan, total impor Sumut pada Maret 2024 mencapai US$455,8 juta atau senilai Rp 7,3 triliun, ada kenaikan 0,39 persen dibandingkan Februari 2024 sebesar Rp 7,3 triliun.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bahan bakar mineral kembali menjadi komoditi impor terbesar asal Sumut. Per Maret 2024, impor bahan bakar mineral ke Sumut mencapai Rp 1,7 triliun.
"Nilai impor terbesar Maret 2024 berasal dari golongan bahan bakar mineral sebesar US$110,99 juta," ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Nurul Hasanuddin, Rabu (8/5/2024).
BPS mencatat nilai impor bahan bakar mineral mengalami kenaikan apabila dibandingkan dengan Februari 2024 yang sebesar US$99,3 juta atau senilai Rp 1,59 triliun. Ada kenaikan US$11,6 juta atau 11,7 persen dibanding bulan sebelumnya. Komoditi ini memberikan andil 24,35 persen dari total 10 golongan barang impor di Sumut.
Selain itu, komoditi gandum-ganduman juga mengalami kenaikan cukup signifikan per Maret 2024 mencapai US$71,9 juta atau senilai Rp 1,15 triliun, naik 253 persen dibanding Februari 2024 yang hanya sebesar US$20,3 juta atau senilai Rp 326,7 miliar. Komoditi ini memberikan andil 15,78 persen dari 10 golongan barang impor di Sumut.
Sementara itu, impor ampas/sisa industri mengalami penurunan menjadi US$34,4 juta atau senilai Rp 553,4 miliar per Maret, turun dibanding Februari yang sempat mencapai US$52,4 juta atau senilai Rp 843 miliar.
(afb/afb)