Ekonomi Sumut mengalami pertumbuhan 4,88 persen pada kuartal I secara tahunan. Walau begitu, ekonomi Sumut mengalami kontraksi 0,59 persen secara kuartal.
Ekonom Sumut Gunawan Benjamin melihat pertumbuhan ekonomi pada kuartal ini terindikasi adanya perlambatan ekonomi di sisa akhir tahun ini. Ia menyebutkan ada beberapa faktor pemicu perlambatan ekonomi Sumut pada tahun ini. Di antaranya kondisi saat belanja masyarakat ditopang saat momen pemilu.
"Pertumbuhan ekonomi Sumut yang terkontraksi di kuartal pertama justru terjadi di saat belanja masyarakat ditopang oleh kampanye, pemilu, bantuan sosial dan konsumsi Ramadan. Sehingga momen serupa jelas sudah tidak ada lagi di sisa penutupan tahun. Memang ada belanja untuk Pilkada nantinya, tetapi tidak akan menghabiskan anggaran sebanyak pemilu legislatif dan pemilihan presiden," ungkap Gunawan, Selasa (7/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Gunawan menyebutkan faktor lainnya dipicu lantaran harga bahan pokok yang cenderung naik. Tentunya, harga bahan pokok yang mahal ini akan memicu lemahnya daya beli masyarakat.
"Sejumlah harga kebutuhan masyarakat masih bertahan mahal, khususnya untuk bahan pangan pokok, yang menggerus daya beli masyarakat. Ini bisa memicu terjadinya pelemahan pada pengeluaran rumah tangga yang bisa berakibat pada kemungkinan melemahnya kontribusi belanja rumah tangga terhadap PDRB," ujarnya.
Kemudian, Gunawan juga menyinggung kinerja ekspor yang masih lesu dan beberapa harga komoditas ekspor yang stagnan dalam beberapa waktu belakangan ini.
"Potensi melemahnya kinerja ekspor rill (kuantitas barang) di tahun 2024 seiring dengan memburuknya permintaan komoditas di sejumlah negara tujuan ekspor khususnya China. Melambatnya kinerja ekspor Sumut sudah tampak di tahun 2023, dan masih berpotensi melambat di tahun ini. Kemudian stagnasi pada harga komoditas Sumu, harga komoditas yang stabil cenderung melemah tentunya akan menekan belanja masyarakat," jelasnya.
Sementara itu, Gunawan menuturkan bahwa perlambatan kinerja dari sisi lapangan usaha juga cukup terasa pada kuartal I ini.
"Seperti perdagangan besar dan eceran serta transportasi dan pergudangan yang mengalami kontraksi secara kuartalan. Bahkan secara year on year dua sektor lapangan usaha tersebut kinerjanya lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023," kata Gunawan.
Walaupun begitu, Gunawan melihat jika bansos yang masuk dalam pengeluaran konsumsi Lembaga non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) menjadi pemicu terbesar perekonomian Sumut pada kuartal ini.
"Di kuartal pertama LNPRT tumbuh 17,69% secara tahunan atau year on year. Berarti bantuan sosial masih menjadi salah satu motor yang menjaga pertumbuhan ekonomi Sumut. Sehingga, di saat banyak sektor usaha yang mengalami perlambatan kinerja, terlebih untuk sektor pertanian dan perdagangan besar/eceran. Maka Bansos masih akan menjadi alternatif untuk dijadikan penyangga pertumbuhan ekonomi Sumut di tahun 2024 ini," ujar Gunawan.
"Padahal fokus kebijakan adalah bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan, bukan hanya perbanyak bantuan sosialnya. Dan saya masih pada pendapat awal bahwa ekonomi Sumut di tahun 2024 akan berada dalam rentang 4,4 hingga 4,8% atau melambat dari tahun 2023 yang masih dikisaran 5 persen-an," sambungnya.
(nkm/nkm)