Tantangan yang dihadapi Taufik saat ini hanya di pemasaran. Sedangkan bahan baku tembakau dengan mudah didapatkannya. Taufik menggandeng petani setempat untuk memasok tembakau ke pabrik miliknya.
Taufik juga memiliki lahan tembakau yang berlokasi sekitar 500 meter dari tempat pengolahan rokok miliknya. Sementara lahan milik petani sekitar lima hektar yang terletak berdekatan dengan punya Taufik.
Ketua Kelompok Tani Harkat, Amiruddin, mengaku telah menanam tembakau sejak tahun 1982 namun sekarang telah menggunakan teknologi untuk menciptakan rasa dan aroma sesuai diinginkan. Di lahan miliknya saat ini sudah ada tujuh varian tembakau yang ditanam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari satu lahan itu kita campur karena di campuran itu banyak varian kita tanam itu semakin harum rokok kita nanti yang kita produksi," kata Amiruddin.
Proses menanam tembakau dari proses persiapan lahan hingga panen disebut membutuhkan waktu empat bulan. Sekali tanam, bisa 14 kali panen karena memanennya dimulai dari daun paling bawah.
Bagi Amiruddin, menanam tembakau lebih cuan dari tanaman lainnya. Untuk satu kilogram tembakau kering dijual berkisar Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu tergantung jenis tembakau.
"1 hektar lahan itu bisa menghasilkan 2 ton tembakau kering," jelasnya.
Dia menjelaskan, tembakau yang ditanam masyarakat di sana dipasarkan di wilayah Aceh Besar, Banda Aceh, Sabang dan Aceh Barat. Harga tembakau saat ini disebut sudah stabil setelah adanya pabrik rokok rumahan di desa tersebut.
"Sekarang pasar tembakau kita sudah menjangkau Nusantara lewat rokok," jelasnya.
Pj Bupati Aceh Besar Muhammad Iswanto, menilai keberadaan pabrik rokok membuka peluang kerja baru bagi warga sekitar. Rokok produksi masyarakat Aceh Besar itu disebut telah memiliki cukai dan telah beredar di pasaran.
"Artinya ini ada manfaat yang bisa diambil dari sisi peluang kerja untuk masyarakat, pabrik ini pastinya membutuhkan pekerja, hal itu bisa dimanfaatkan untuk mengurangi pengangguran di Aceh Besar," katanya.
Berdasarkan data dirilis BPS tahun lalu, tingkat pengangguran terbuka di Aceh Besar sekitar 8,28 persen. Iswanto berharap rokok asli Aceh Besar itu semakin diminati pecinta tembakau khas Serambi Mekkah.
"Ini peluang besar kita untuk melakukan pengembangan menjadi nilai tambah serta masyarakat akan menikmati hasil positifnya," pungkas Iswanto.
Baca selengkapnya di halaman berikut...
Simak Video "Video: CISDI Dorong Pemerintah Naikkan Cukai untuk Tekan Jumlah Perokok"
[Gambas:Video 20detik]