Mengenal Rumah Adat Aceh: Ruang, Elemen, Hingga Makna Filosofisnya

Mengenal Rumah Adat Aceh: Ruang, Elemen, Hingga Makna Filosofisnya

Azkia Nurfajrina - detikSumut
Senin, 02 Okt 2023 20:45 WIB
Rumah Adat Aceh
Foto: dok. Kemendikbud
-

Indonesia memiliki keberagaman budaya di tiap-tiap daerahnya. Kebhinekaan budaya ini, salah satunya dapat dilihat pada masing-masing rumah adat yang digunakan oleh masyarakat wilayah setempat.

Kita ambil contoh yakni budaya yang dimiliki oleh Nanggroe Aceh Darussalam, provinsi paling barat Indonesia. Dilansir ebook Arsitektur Rumah Tradisional Aceh oleh Herman RN, daerah ini mempunyai rumah tradisional yang dikenal dengan Rumoh Aceh.

Rumoh Aceh merupakan sebutan orang Aceh bagi rumah yang mereka tinggali. Orang-orang terdahulu setempat umumnya membuat rumah dengan desain nyaris sama, yakni berbentuk panggung yang terbuat dari kayu dan terdiri dari serambi depan, serambi tengah, serta serambi belakang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mari kenali lebih lanjut tentang rumah adat Aceh, yaitu Rumoh Aceh, mulai dari bagian-bagian ruang, elemen penyusun, ragam ukiran, hingga makna filosofisnya.

Bagian-bagian Rumoh Aceh

Rumah tradisional Aceh yang berbentuk panggung memanjang memiliki pembagian ruang tersendiri, yaitu:

ADVERTISEMENT

1. Bagian Bawah

Bagian bawah terletak antara tanah dan lantai papan rumah dinamakan yup moh. Bagian ini berguna untuk tempat bermain anak-anak hingga kandang hewan. Para wanita aceh juga memanfaatkannya sebagai ruang membuat kain songket, menumbuk dan menyimpan padi, sampai berdagang.

2. Bagian Tengah

Bagian tengah Rumoh Aceh terbagi menjadi beberapa ruang:

- Ruang Depan (Seuramoe Reungeun

Ruangan ini disebut yang berguna sebagai serambi depan lantaran terdapat tangga untuk masuk ke rumah. Ruangan depan ini digunakan untuk menerima tamu, belajar mengaji bagi anak-anak, serta upacara kenduri.

- Rumah Induk (Rumoh Inong)

Ruang tengah satu ini bersifat pribadi dan dianggap suci serta memiliki lantai yang lebih tinggi dari lantai ruang lain. pada bagian ini terdapat dua kamar tidur yang berada di kanan dan kiri. Kamar ini digunakan sebagai kamar tidur kepala keluarga dan anak gadis. Adapun di antara kedua kamar ini terdapat gang penghubung ruang depan dan belakang.

3. Bagian Atas

Bagian atas Rumoh Aceh terletak di atas serambi tengah. Bagian ini dilengkapi dengan loteng untuk menyimpan perkakas rumah. Selain itu, ruang pada bagian ini juga difungsikan sebagai tempat untuk menanamkan kesopanan dan etika bermasyarakat.

Elemen Rumoh Aceh

Seluruh konstruksi rumah adat Aceh ini terbuat dari kayu dan hanya atapnya saja yang terbuat dari daun rumbia anyam. Untuk menyatukan elemen tiap-tiap rumah barulah digunakan pasak. Selain itu, ada sejumlah elemen pembentuk rumah Aceh lainnya, seperti:

  • Tameh, yakni tiang yang digunakan sebagai penyangga badan rumah
  • Tameh raja (tiang raja), yaitu tiang utama di sisi kanan pintu masuk
  • Tameh putroe (tiang putri), adalah tiang utama di sisi kiri pintu masuk
  • Gaki tameh (kaki tiang), merupakan alas tiang dari batu sungai yang berfungsi sebagai penyangga tiang kayu agar tidak masuk ke dalam tanah
  • Rok, yaitu balok pengunci boasa yang menguatkan antar ujung setiap balok penyusun rumah
  • Thoi, adalah balok pengunci yang arahnya tegak lurus dengan rok
  • Peulangan, yakni tempat bertumpu dinding interior
  • Kindang, adalah tempat bertumpu dinding eksterior
  • Aleue (lantai) terbuat dari papan berbilah kecil
  • Lhue, yaitu balok rangka untuk penyangga lantai
  • Neudhuek lhue, yakni tempat bertumpu lhue
  • Binteh (dinding)
  • Binteh cato (dinding catur)
  • Tingkap (jendela), dibuat berukuran kecil pada sisi rumah
  • Pinto (pintu)
  • Rungka (rangka atap)
  • Tuleueng rhueng (balok wuwung), sebagai tempat bersandar kaso pada ujung atas yang terbuat dari kayu ringan agar tidak memberatkan beban atap
  • Gaseue gantong (kaki kuda-kuda)
  • Puteng tameh, yakni bagian ujung tiang yang dipahat sebagai penyambung balok
  • Bui teungeut, yaitu potongan kayu sebagai penahan neudhuek gaseue
  • Taloe pawai, adalah tali pengikat atap yang diikatkan pada ujung bui teungeut
  • Tulak angen (tulak angin), merupakan rongga tempat berlalunya angin pada dinding sisi rumah yang berbentuk segitiga.

Ragam Ukiran Rumoh Aceh

Rumoh Aceh dilengkapi dan dihias dengan berbagai ukiran. Ukiran ini ada yang langsung dipahat pada papan atau kayu dinding rumah, dan ada juga berupa ornamen dari kayu yang ditempel pada dinding. Bentuk ukiran pada rumah tradisional ini bervariasi dan khas, seperti:

1. Motif Keagamaan

Motif ini biasanya bertuliskan kaligrafi Arab serta corak bulan dan bintang. Motif ini melambangkan syariat keagamaan Islam yang dianut oleh mayoritas orang Aceh. Letak motif ini umumnya ditemukan pada dinding bagian tulak angen.

2. Motif Flora

Flora mengikuti motif bentuk tumbuh-tumbuhan, seperti akar, bunga, batang, maupun daun. Motif ini biasanya terdapat di tangga, dinding rongga angin, balok bagian kap atap, hingga jendela.

3. Motif Fauna

Motif fauna bercorak hewan yang disukai oleh masyarakat Aceh, seperti burung merpati atau perkutut. Motif ini dianggap sebagai kecintaan terhadap binatang.

4. Motif Pucok Reubong

Pucok reubong artinya pucuk rebung bambu. Motif ini bermaksud bahwa hidup bagaikan bermula dari rebung yang kemudian tumbuh dan berproses menjadi bambu.

5. Motif Bungong Kipah

Motif lainnya juga ada yakni bungong Kipah atau bunga kipas dan daun sirih.

Nilai Filosofis Rumoh Aceh

Bagian-bagian penyusun dan penyangga Rumoh Aceh ada yang mengandung makna filosofisnya tersendiri, yakni sebagai berikut:

1. Rumah Berbentuk Panggung

Rumoh Aceh dibuat panggung karena punya makna keselamatan dari gangguan alam maupun makna dari sisi kehidupan sosial masyarakatnya.

Berbentuk panggung dengan jarak dari tanah ke lantainya sekitar 2,5 - 3 meter agar orang masih bisa berdiri, berjalan, dan melakukan aktivitas lain di bawah rumah tersebut. Seperti sebagai tempat rehat untuk orang dewasa, lokasi menyimpan hasil tani dan melaut, tempat bermain untuk anak-anak.

Selain itu, rumah dibuat tinggi juga berfungsi sebagai penyelamatan dari serangan hewan buas atau bencana alam seperti banjir.

2. Jumlah Anak Tangganya Ganjil

Dengan berbentuk panggung, setiap rumah mempunyai tangga. Anak tangga rumah tradisional ini punya ciri khas, yaitu berjumlah ganjil. Menurut orang Aceh, angka ganjil merupakan bilangan khas dan sulit ditebak.

3. Desain Pintu Rendah

Tinggi pintu Rumoh Aceh hanya sebatas berdiri orang dewasa. Pada bagian atasnya pun diberi balok melintang sehingga orang yang masuk rumah perlu menundukkan kepala. Ini mengandung makna bahwa setiap tamu hendaknya menaruh hormat pada tuan rumah.

4. Sisi Rumah Menghadap Timur dan Barat

Rumah adat Aceh ini dibuat selalu menghadap ke arah barat dan timur. Dan salah satu sisinya itu menghadap kiblat. Rumoh Aceh didesain demikian agar para tamu yang datang tidak perlu bertanya lagi mengenai arah kiblat untuk sholat.

Desain menghadap ke barat juga ditujukan untuk keselamatan dari angin badai. Ini karena angin kencang di Aceh bertiup antara dua arah. Jika bukan dari barat, berarti dari timur.

5. Atap Rumah dari Daun Rumbia

Atap Rumoh Aceh terbuat dari daun rumbia yang dianyam. Dipilih daun tersebut sebagai atap lantaran punya massa yang ringan sehingga tidak menambah beban rumah. Tak hanya itu, daun rumbia juga memberikan hawa sejuk ke dalam rumah.

6. Lantai Papan Tidak Dipaku

Papan kayu menjadi alas atau lantai rumah tradisional ini. Penyusunan papan menjadi lantai tidak dipaku melainkan cukup disematkan saja. Ini dimaksudkan agar papan bisa mudah lepas pasang.

7. Pohon Besar di Luar Rumah

Pada bagian luar rumah di bagian barat utamanya ditanam pohon besar yang rindang. Selain sebagai tempat teduh, pohon ini dilarang ditebang karena punya fungsi yang bermanfaat.

Di antaranya sebagai penahan angin agar tidak langsung menghantam rumah serta bantu cegah arus banjir yang datang di musim hujan.

8. Warna Rumah

Seperti rumah adat lainnya, Rumoh Aceh juga dicat dengan warna yang mengandung makna tertentu. Seperti warna kuning yang mendominasi bagian sisi segitiga pada bagian atap rumah diartikan sebagai karakter yang kuat, hangat, sekaligus memberikan nuansa cerah. Selain itu, kuning dipilih agar tidak memantulkan sinar matahari yang menyorot.

Untuk ukiran garis, biasanya berwarna merah. Ini bermakna emosi yang berubah-ubah dan naik turun. Merah juga menyimbolkan gairah, senang, dan semangat mengerjakan sesuatu. Ada juga warna putih netral di ukiran rumah tradisional Aceh yang berarti bersih dan suci.

Pada bagian lain, rumah dicat berwarna oranye yang punya makna kehangatan, kesehatan pikiran, dan kegembiraan. Warna hijau juga ditemukan pada motif ukiran yang melambangkan kesejukan, kehangatan, dan kesuburan.

Itulah penjelasan mengenai rumah tradisional atau rumah adat Aceh yang disebut Rumoh Aceh.




(fds/fds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads