Ekspor Karet Asal Sumut Menurun, Ini Penyebabnya

Ekspor Karet Asal Sumut Menurun, Ini Penyebabnya

Kartika Sari - detikSumut
Minggu, 09 Jul 2023 17:18 WIB
Getah yang dihasilkan pohon karet
Foto: Getah yang dihasilkan pohon karet (Istimewa)
Medan -

Ekspor karet alam asal Sumut anjlok per Juni 2023. Para pengusaha menilai hal ini terjadi lantaran lemahnya permintaan dari mancanegara.

Berdasarkan data dari Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, ekspor karet per Juni tercatat hanya sebanyak 25.724 ton, turun dibanding bulan sebelumnya.

"Volume eskpor karet alam dari Sumatera Utara untuk pengapalan Juni 2023 anjlok sebesar 11,71 secara bulanan menjadi 25.724 ton dibandingkan Mei. Penurunan lebih tajam lagi bila dibandingkan dengan Juni 2022 turun 29,97 persen dari 36,734 ton," ungkap Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, Minggu (9/7/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Edy menyebutkan anjloknya ekspor pada Juni membuat kinerja ekspor karet Sumatera Utara pada semester-1 2023 semakin lemah bila dibandingkan semester-1 2022.

Total volume ekspor semester-1 2023 sebesar 166.980 ton atau menurun 11,93 persen dari 189.605 ton pada semester-1 2022.

ADVERTISEMENT

Terkait penurunan ekspor karet asal Sumut, Edy menilai hal ini terjadi lantaran ekonomi China yang masih melambat sehingga permintaan karet masih lesu.

"Penurunan volume ekspor ini secara global dipengaruhi kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi China, risiko resesi global, sehingga konsumsi karet masih lemah. Disamping itu, kondisi pasokan bahan olah karet (bokar) di semua sentra produksi karet semakin jauh berkurang. Karena menurunnya permintaan, China pada ekspor Juni berada di luar 5 besar negara tujuan ekspor," kata Edy.

Padahal, Edy membeberkan China menjadi konsumen utama karet asal Sumut pada tahun 2022 dengan konsumsi 40 persen dari total 15,12 juta ton konsumsi karet.

Ada sebanyak 29 negara tujuan ekspor Juni 2023, adapun 5 negara tujuan utama adalah Jepang sebanyak 33,53 persen atau sebanyak 8600 ton, USA sebesar 17,97 persen atau sebanyak 4600 ton, India sebesar 6,11 persen atau sebanyak 1500 ton.

Kemudian ada Brasil dengan permintaan mencapai 4,94 persen atau sebanyak 1200 ton dan urutan kelima ada Kanada dengan 4,18 persen atau sebanyak 1000 ton.

"Kondisi ekonomi dunia saat ini tidak baik sehingga ekspor pada pengapalan Juli diperkirakan tidak banyak perubahan terhadap Juni karena China selaku konsumen nomor 1 dunia permintaannya masih melambat," jelasnya.

Sementara itu, saat ini harga masih bertahan rendah. Harga karet jenis TSR20 di bursa Singapura-SGX pada penutupan 6 Juli 2023 sebesar 132,3 sen AS per kg atau lebih rendah 0,3 sen dibandingkan harga rataan bulan Juni 2023.

Dari sisi pasokan, produksi kebun karet di Sumut diperkirakan masih belum normal karena adanya anomali cuaca panas yang akan berlanjut dengan dampak dari fenomena El Nino.




(dhm/dhm)


Hide Ads