Kinerja kredit investasi yang masih melambat mempengaruhi penyaluran kredit perbankan pada triwulan IV 2022 sebesar 6,6 persen. Persentase ini menurun dibanding triwulan III 2022 sebesar 11,1 persen.
"Kinerja kredit di Sumut itu cukup banyak melambatnya dari pertumbuhan triwulan III yang 11 persen nah triwulan IV ini melambat menjadi 6,6 persen. Kondisi ini didorong oleh perlambatan pertumbuhan kinerja kredit investasi," ungkap Kepala BI Kpw Sumut Doddy Zulverdi, Kamis (25/1/2023).
Berdasarkan data dari BI Kpw Sumut, nominal kredit pada triwulan IV 2022 sebesar Rp 253,5 triliun, turun dibanding triwulan sebelumnya yang mampu menyalurkan Rp 255,9 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun begitu, persentase kredit macet di Sumut mengalami penurunan pada triwulan IV sebesar 2,44 persen dibanding sebelumnya sebesar 2,46 persen.
"Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan kredit macet dari jenis kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Disisi lain, upaya perbaikan kualitas kredit pada debitur terdampak Covid yang dilakukan pemerintah melalui restrukturisasi kredit tercatat telah melewati puncak pertumbuhan Dan berangsur menurun," jelasnya.
Kemudian, penyaluran kredit pada sektor Industri Pengolahan menjadi 8,1 persen pada triwulan IV dari sebelumnya sebesar 29,3 persen dan Konstruksi juga turut mengalami perlambatan menjadi -6,2 persen dibanding sebelumnya -2,4 persen.
Sementara itu, pertumbuhan kredit Sektor Pertanian terlihat mulai membaik menjadi 1,2% (yoy)
Lebih dalam, sebagai salah satu penyumbang penyaluran pembiayaan terbesar di Sumut, kredit perkebunan sawit yang termasuk ke dalam kredit pertanian, mengalami perlambatan dari 2,2% (yoy) pada Triwulan III 2022 menjadi 1,1% (yoy) pada Triwulan IV 2022.
"Meski kredit melambat di Sumut tapi bukan berarti kinerja penyaluran kredit di Sumut turun. Dia tetap tumbuh baik, dan ini juga didukung kualitas kredit. Harapannya perlambatan kredit ini karena faktor musiman karena memang investasi agak melambat. Kita harap akan meningkat lagi tahun ini karena kita melihat resiko kredit terkendali," pungkasnya.
(bpa/bpa)