Optimis IHSG Menguat, Ini 10 Saham yang Cocok untuk Trading Pekan Ini

Optimis IHSG Menguat, Ini 10 Saham yang Cocok untuk Trading Pekan Ini

Kartika Sari - detikSumut
Senin, 14 Nov 2022 13:10 WIB
Rekomendasi saham dari Indo Premier Sekuritas.
Rekomendasi saham dari Indo Premier Sekuritas. (Foto: Dok. Indo Premier Sekutitas)
Medan -

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini diprediksi akan menguat lantaran tertopang sentimen dalam negeri. IHSG bakal moncer setelah ditopang surplus neraca perdagangan Oktober, keputusan BI terkait suku bunga acuan dan perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika.

"Pada Oktober surplus neraca perdagangan diprediksi masih akan berlanjut. Menurut konsensus Bloomberg, surplus neraca perdagangan diprediksi sebesar US$4,5 miliar. Surplus neraca perdagangan diprediksi akan menjadi sentimen cukup positif bagi IHSG dan Rupiah," ungkap Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Mino, Senin (14/11/2022).

Dikatakan Mino, neraca perdagangan Indonesia terus surplus sejak awal tahun khususnya di bagian ekspor-impor yang akan berpengaruh positif ke sektor perekonomian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini adalah rekor di mana neraca perdagangan kita itu selalu surplus dari awal tahun. Kalau pun turun, angkanya masih cukup besar dan ini akan masih sangat positif. Surplus ini tercatat di net ekspor-impor GDP kita. Kalau semakin gede netnya atau surplus maka akan positif untuk ekonomi kita," ujarnya.

Sementara itu, keputusan Bank Indonesia terkait suku bunga acuan menjadi optimisme dalam penguatan IHSG pekan ini.

ADVERTISEMENT

Ia menjelaskan pasca kembali dinaikkannya suku bunga acuan di Amerika sebesar 75 bps menjadi 4 persen beberapa waktu lalu, diprediksi membuat Bank Indonesia dalam pertemuan dua hari 16-17 November akan kembali menaikkan suku bunga acuan.

"Menurut konsensus Bloomberg, BI diprediksi akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen," tutur Mino.

Selanjutnya, pergerakan IHSG yang positif pada pekan ini juga akan tertopang perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS.

Ia menjelaskan data inflasi Oktober yang lebih rendah dari ekspektasi dan memberikan sinyal bahwa inflasi di Amerika sudah melewati masa puncaknya diprediksi akan membuat nilai tukar dolar Amerika terhadap mata uang utama lainnya kembali melemah.

"Pelemahan tersebut tidak terlepas dari ekspektasi bahwa The Fed akan lebih lunak dalam menaikkan suku bunga acuan," kata Mino.

Sementara itu, sentimen penopang lainnya dari sisi eksternal yakni ekspektasi Bank Sentral Amerika yang akan menurunkan keagresifannya dalam menaikkan suku bunga acuan.

"Kalau melihat tren Rupiah yang menguat, US Dolar yang melemah dan ada ekspektasi The Fed tidak agresif, kemungkinannya bisa jadi di bawah konsensus. Konsensusnya masih tinggi. Kalau BI menaikkan suku bunga biasanya tujuannya adalah mencegah pelemahan Rupiah tapi sekarang Rupiah-nya berbalik," jelasnya.

Terkait harga komoditas terutama mineral logam, Mino menyebutkan komoditas ini memiliki sinyal yang cukup baik. Harga komoditas mineral logam seperti nikel dan timah akan melanjutkan penguatan minggu sebelumnya seiring turunnya cadangan di LME.

Didukung optimisme ini, ia pun merekomendasikan pembelian/buy pada saham-saham berikut ini, selama sepekan ke depan. Berikut daftarnya:

  1. INCO: Support 6.825 Resist 7.975
  2. ANTM: Support 1.930 Resist 2.330
  3. BMRI: Support 9.975 Resist 10.775
  4. BBCA: Support 8.650 Resist 9.000
  5. CTRA: Support 920 Resist 980
  6. EMTK: Support 1.630 Resist 1.860
  7. SCMA: Support 246 Resist 280
  8. LPPF: Support 4.700 Resist 5.100
  9. KLBF: Support 1.960 Resist 2.040
  10. ICBP: Support 9575 Resist 10.025



(dpw/dpw)


Hide Ads