Beras Sumbang Inflasi 0,21 Persen, BPS Sumut: Perhatikan Distribusi

Beras Sumbang Inflasi 0,21 Persen, BPS Sumut: Perhatikan Distribusi

Kartika Sari - detikSumut
Rabu, 02 Nov 2022 23:00 WIB
rice
Foto: iStock
Medan -

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Nurul Hasanudin menyebutkan beras masuk tiga besar penyumbang inflasi pada Oktober 2022 secara year on year (YoY) atau tahunan. Komoditi ini menyumbang inflasi sebesar 0,21 persen.

Terkait ini, Nurul meminta agar seluruh stakeholder di daerah dapat memantau komoditas beras baik dari segi transportasi hingga dinamika pasar.

"Di beras ini pada tahun 2022 ini sudah mencatatkan inflasi 3 besar yaitu 0,21 persen. Ini menjadi perhatian kita bagaimana distribusi ataupun dinamika pasar baik di pasar tradisional maupun modern," ungkap Nurul saat hadiri Rapat Koordinasi Evaluasi Penyerapan Anggaran dan Penanganan Dampak Inflasi Sumut, Rabu (2/11/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain Beras, 4 komoditi penyumbang inflasi di Sumut di antaranya bensin 1,16 persen, angkutan udara 0,39 persen, angkutan dalam kota 0,21 persen, dan rokok kretek filter sebesar 0,19 persen.

"Untuk komoditi transportasi dengan inflasi sebesar 20,12 persen suatu informasi yang berkaitan, karena ini sangat berdampak dengan kenaikan BBM tahun 2022 yang berdampak untuk bensin dan juga transportasi," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Walaupun secara YoY, Sumut mengalami Inflasi 5,66 persen namun pada Oktober 2022 secara bulanan Sumut mengalami deflasi sebesar 0,51 persen.

"Ini sangat dipengaruhi oleh seasonal produk atau komoditas musiman yang berkaitan dengan cuaca, musim tanam dan panen yang menjadi concern kita," tuturnya.

Sementara itu, penyumbang inflasi tertinggi secara bulanan tercatat ikan dencis sebesar 0,10 persen. Sementara itu, beras juga menjadi peringkat tiga besar secara bulanan sebesar 0,04 persen.

"Faktanya ikan dencis ataupun ikan laut yang menjadi terbesar bulan Oktober ini, naiknya 0,10 persen. Karena nelayan sedikit yang melaut karena cuaca ataupun karena BBM semakin mahal, operasional semakin sulit hingga harga semakin mahal," ucapnya.




(afb/afb)


Hide Ads