Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy menyampaikan industri peternakan di Indonesia masih terbuka luas. Peluang ini terus tumbuh berkat faktor-faktor yang meliputi pertumbuhan populasi yang teratur, pendapatan kelas menengah yang terus meningkat, urbanisasi, hingga harga daging yang cukup terjangkau dibandingkan jenis pangan lainnya.
Hal ini disampaikan Audy saat menjadi keynote speaker dalam Workshop Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) yang digelar Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako (Fapetkan Untad). Workshop ini mengangkat tema 'Entrepreneurship Peternakan Milenial' dan diadakan di Ballroom Hotel Santika Palu, Kamis (1/9) lalu. Workshop yang dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Untad Sagaf ini diikuti lebih dari 150 peserta.
Audy kemudian memaparkan edukasi dunia kewirausahaan di era 4.0 serta kaitannya dengan kondisi peternakan di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini pertumbuhan lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding dengan banyaknya lulusan pendidikan tinggi sehingga banyak pekerjaan abad 20 yang perlahan-lahan digantikan oleh pekerjaan baru yang berbasis teknologi 4.0," ujar Audy dalam keterangan tertulis, Sabtu (3/9/2022).
Oleh sebab itu, lanjutnya, wirausaha melalui proses identifikasi dan pengembangan visi dinilai mampu menjawab tantangan tersebut. Audy mengatakan visi bisa berupa ide inovatif, peluang, serta cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Sementara hasil akhir dari proses itu adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.
Audy memaparkan nilai perputaran uang di dunia peternakan Indonesia mencapai Rp 350 triliun dengan PDB dari sektor peternakan sebesar 1,57%. Tidak hanya itu, bidang ini juga menyerap tenaga kerja sebesar 3.840.000.
Namun, diketahui terdapat beberapa tantangan di dunia peternakan, yakni globalisasi, keterbatasan sumber daya, kesejahteraan hewan, perubahan iklim, kelebihan pasokan yang menimbulkan ketidakstabilan harga, penyakit menular antarhewan, kualitas pangan, standar manajemen perkandangan, dan minimnya fasilitas pemrosesan.
"Tapi dengan pesatnya perkembangan teknologi yang membantu menjawab tantangan tersebut, ditambah besarnya peluang pertumbuhan industri peternakan, kawasan pedesaan pedesaan sebagai tumpuan ekonomi akan semakin jauh berkembang," tandas Audy.
Sebagai informasi, acara tidak hanya diisi dengan pemberian materi tetapi juga ada sesi tanya jawab, penandatanganan MoU antara Dekan Fapetkan Rusdin dengan pemateri, foto bersama, dan penyerahan sertifikat.
(akn/ega)