Kolom Natal 2025

Allah Datang Menyelamatkan Keluarga

Pdt. Dr. Sukanto Limbong, M.Th - detikSumut
Rabu, 24 Des 2025 16:50 WIB
Foto: Pdt. Dr. SUKANTO LIMBONG (Dok Pribadi)
Medan -

Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) bersama Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menetapkan tema Natal 2025: "Allah Datang Menyelamatkan Keluarga" (Mat. 1:21-24). Tema ini menegaskan bahwa karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus tidak dimulai dari ruang publik yang luas, melainkan dari ruang paling dasar dan intim dalam kehidupan manusia: keluarga. Di sanalah kasih, pengharapan, dan iman pertama-tama dihidupi dan diwariskan. Secara teologis, penekanan ini menempatkan keluarga sebagai "gereja mini", wajah paling konkret dari persekutuan umat beriman. Natal tidak hanya dipahami sebagai peristiwa liturgis tahunan, tetapi sebagai undangan untuk menghidupi keselamatan dalam relasi sehari-hari, antara orang tua dan anak, suami dan istri, serta antaranggota keluarga yang saling menopang. Namun, makna keselamatan keluarga menjadi jauh lebih mendesak ketika dibaca dalam konteks krisis yang sedang melanda banyak wilayah di Indonesia, khususnya Sumatera Utara. Berulangnya bencana ekologis seperti banjir dan longsor menunjukkan bahwa keluarga-keluarga Indonesia hidup dalam situasi rapuh, bukan semata karena persoalan moral atau spiritual, melainkan juga karena rusaknya relasi manusia dengan alam.

Dalam terang ini, keselamatan yang dibawa oleh Kristus tidak dapat dipersempit hanya pada ranah batiniah atau privat. Injil Matius menyaksikan bahwa Yesus datang "untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka" (Mat. 1:21). Dosa di sini tidak hanya bersifat individual, tetapi juga struktural, terlihat dalam sistem ekonomi dan kebijakan yang merusak tatanan kehidupan bersama, termasuk eksploitasi alam secara masif. Jika dosa dipahami sebagai kerusakan relasi, dengan Allah, dengan sesama, dan dengan alam, maka keselamatan harus dimaknai sebagai pemulihan relasi secara menyeluruh. Dalam perspektif biblis, visi keselamatan itu sejalan dengan gambaran Kejadian 2, ketika manusia ditempatkan di taman untuk mengusahakan dan memeliharanya, bukan menguras dan menghancurkannya.

Di Sumatera Utara, krisis ekologis yang berkaitan dengan deforestasi dan konflik agraria, termasuk yang melibatkan PT Toba Pulp Lestari (TPL), menghadirkan pertanyaan serius bagi iman Kristen. Bagaimana mungkin keluarga dapat hidup aman dan bermartabat ketika hutan sebagai penyangga kehidupan rusak, air tercemar, dan ruang hidup menyempit? Dalam kondisi seperti ini, keselamatan keluarga tidak dapat dipisahkan dari keselamatan ekosistem tempat mereka bergantung. Karena itu, perayaan Natal dipanggil untuk melampaui refleksi yang bersifat personal dan sentimental. Natal perlu dihidupi sebagai sikap profetik di ruang publik, keberanian iman untuk bersuara, membela kehidupan, dan merawat ciptaan. Tema Natal 2025 mengajak gereja-gereja untuk melihat keluarga bukan hanya sebagai unit sosial, tetapi sebagai bagian dari keluarga besar ciptaan Allah. Dengan demikian, "Allah datang menyelamatkan keluarga" berarti Allah memulihkan kehidupan secara utuh: manusia dan alam, rumah tangga dan tanah tempat berpijak. Di sinilah Natal menemukan relevansinya yang paling nyata, ketika iman diterjemahkan menjadi tanggung jawab etis bagi keberlanjutan hidup bersama.




(nkm/bpa)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork