BMKG Ingatkan Ancaman Bencana Hidrometeorologi di Sumbar

Sumatera Barat

BMKG Ingatkan Ancaman Bencana Hidrometeorologi di Sumbar

Jeka Kampai - detikSumut
Minggu, 23 Nov 2025 15:02 WIB
Awan tebal di atas gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (15/11/2025). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang diperkirakan terjadi selama sepekan hingga 20 November 2025 karena dipengaruhi perpaduan fenomena atmosfer yang memicu pertumbuhan awan hujan secara siginifikan di berbagai wilayah di Indonesia. ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin
Ilustrasi cuaca ekstrem. (Foto: ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin).
Padang -

BMKG mengingatkan warga Sumatera Barat (Sumbar) untuk meningkatkan kewaspadaan akan munculnya bencana hidrometeorologi hingga 27 November mendatang. Peringatan diberikan setelah pihaknya memperhatikan kondisi dinamika atmosfer terkini.

"Adanya peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan tersebut berdampak pada meningkatnya peluang kejadian cuaca ekstrem yang dapat memicu bencana hidrometeorologi di Sumatera Barat, seperti banjir, tanah longsor, banjir badang, genangan, angin kencang, petir kilat dan jalan licin," kata Kepala Stasiun Meteorologi Minangkabau, Desindra Deddy Kurniawan mengatakan, dalam keterangan yang diterima detikSumut, Minggu (23/11/2025).

Ia menyebut, kondisi dinamika atmosfer terkini diperkirakan berada di bawah pengaruh penguatan signifikan Monsun Asia. Monsun Asia adalah sistem sirkulasi angin musiman berskala besar yang terjadi akibat perbedaan tekanan udara yang mencolok antara daratan Benua Asia dan Samudra Hindia atau Pasifik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sistem ini membawa perubahan signifikan pada pola cuaca dan iklim, terutama di kawasan Asia Selatan, Asia Tenggara (termasuk Indonesia), dan Australia Utara, yang ditandai dengan pergantian musim hujan dan musim kemarau secara periodik sekitar setiap enam bulan.

ADVERTISEMENT

"Memperhatikan kondisi dinamika atmosfer terkini, diperkirakan berada di bawah pengaruh penguatan signifikan Monsun Asia yang memicu dominasi angin baratan di wilayah Indonesia, termasuk Sumatera Barat. Aliran massa udara lembap dari Samudra Hindia yang bertemu dengan topografi Bukit Barisan berpotensi menimbulkan proses pengangkatan udara (orographic lifting) yang intens, sehingga meningkatkan peluang pembentukan awan hujan. Fenomena atmosfer lain seperti IOD negatif, aktivitas gelombang Rossby Ekuatorial, serta anomali suhu muka laut turut memperkuat potensi pertumbuhan awan konvektif, terutama di wilayah pesisir barat dan daerah perbukitan," katanya.

Masyarakat dihimbau untuk selalu mewaspadai terjadi bencana hidrometeorologi dengan mengenai titik-titik rawan bencana, melakukan pembaharuan informasi cuaca sebelum melakukan aktivitas, mencari lokasi yang aman apabila kondisi hujan terjadi dalam intensitas yang tinggi dan berdurasi yang lama, serta selalu mengikuti arahan petugas-petugas terkait kebencanaan.

"Dengan melihat kondisi tersebut, perlu ditingkatkan kesiagaan terjadinya potensi bencana hidrometeorologi di kabupaten kota di Sumatera Barat yaitu Padang Pariaman, Pariaman, Padang, Pesisir Selatan, Sijunjung, Kepulauan Mentawai, Pasaman Barat, Agam, Tanah Datar, Solok, Dharmasraya, Solok Selatan, dan Lima Puluh Kota," katanya lagi merinci daerah dimaksud.

Saat ini, sejak beberapa hari terakhir kondisi cuaca khususnya di Padang memang dilanda hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.




(dhm/dhm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads