Tak Punya Jamban, Bumil di Aceh Besar Harus ke WC Umum-Angkut Air untuk Mandi

Aceh

Tak Punya Jamban, Bumil di Aceh Besar Harus ke WC Umum-Angkut Air untuk Mandi

Agus Setyadi - detikSumut
Rabu, 08 Okt 2025 06:30 WIB
Wamendukbangga Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka saat melihat langsung potret keluarga Syariful dan Nurlaila. (Foto: Agus Setyadi/detikSumut).
Foto: Agus Setyadi/detikSumut
Aceh Besar -

Keluarga Syariful Anwar (30) dan Nurlaila (28) tinggal di rumah terbuat dari kayu dan tidak memiliki jamban. Untuk mandi dan buang hajat, keduanya harus ke toilet dan sumur umum.

Letak toilet terpaut 100 meter dari rumahnya, namun sumur yang dijadikan tempat mandi berjarak sekitar 300 meter. Jalan menuju sumur melewati turunan di areal perkebunan.

Sumur itu menjadi sumber air bersih lima kepala keluarga yang tinggal di Desa Siron Blang, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar. Di sumur itu terdapat beberapa pipa ke rumah warga, tapi airnya tidak selalu lancar mengalir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama istrinya hamil, Syariful harus bekerja ekstra untuk mengangkut air demi kebutuhan sang istri serta dua anaknya. Untuk buang hajat, tidak ada pilihan lain selain ke toilet umum.

"Kalau saya kadang mandinya di meunasah atau ke sungai. Istri kadang di sumur itu. Tapi sekarang saya yang angkut airnya karena usia kehamilan istri sudah delapan bulan," kata Syariful kepada detikSumut saat ditemui di rumahnya, Selasa (7/10/2025).

ADVERTISEMENT

Syariful sudah memasang pipa air ke depan rumahnya. Namun terkadang air tidak mengalir karena mesin pompanya macet.

Pedagang ikan keliling itu menjelaskan, warga di desa tersebut mayoritas mengandalkan air dari beberapa sumur umum maupun sumur bor yang dipakai bersama. Bila debit air sumur berkurang, Syariful harus mengambil air dari sungai.

Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Republik Indonesia (Wamendukbangga) Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka melihat langsung potret keluarga Syariful dan Nurlaila. Keluarga ini termasuk dalam keluarga berisiko stunting karena tinggal di rumah yang tidak memiliki sanitasi yang layak.

Isyana menggandeng perusahaan untuk membantu jamban bagi keluarga Syariful. Setelah peletakan batu pertama sore tadi, jamban di rumah Syariful segera dibangun.

"Nah ini yang kita lihat di rumah ibu Nurlaila bahwa belum memiliki jamban sehingga untuk seorang ibu hamil yang kandungannya sudah jalan 8 bulan ini agak sulit. Kita lihat sendiri bagaimana jalannya kan memang sebetulnya tidak ideal untuk dilalui ibu hamil (menuju sumur)," kata Isyana kepada wartawan.

Selain membantu jamban, Isyana juga mengedukasi keluarga ini untuk melakukan kontrasepsi pasca persalinan. Pihaknya juga akan memantau perkembangan gizi anak Nurlaila setelah dilahirkan untuk mencegah stunting.

Menurutnya, angka stunting di Indonesia pada tahun 2024 masih di angka 20 persen sedangkan di Aceh masih di atas rata-rata nasional. Pada tahun 2023, angka stunting di Aceh berada pada angka 29,4 persen, dan turun menjadi 28,6 persen di tahun 2024.

"Ada penurunan tapi memang dibandingkan dengan rata-rata nasional masih cukup tinggi dan salah satu yang harus kita lakukan tentu saja untuk mencegah stunting itu ada banyak hal pertama adalah program nutrisi itu yang dilakukan," jelas Isyana.

Program lain yang dilakukan adalah program makan bergizi gratis (MBG) yang ditujukan untuk ibu hamil, ibu menyusui, balita serta anak usia sekolah. Selain itu, ada juga program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting).

"Seribu hari pertama kehidupan itu adalah saat yang paling optimal untuk mencegah stunting. Nah selain nutrisi ada juga hal-hal yang perlu diperhatikan salah satunya adalah ketersediaan air bersih, adanya sanitasi dan jamban," ujarnya.




(agse/dhm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads