Tim Medis Beberkan Kendala Identifikasi Korban Ponpes Ambruk di Sidoarjo

Regional

Tim Medis Beberkan Kendala Identifikasi Korban Ponpes Ambruk di Sidoarjo

Esti Widiyana - detikSumut
Jumat, 03 Okt 2025 21:42 WIB
Kabid DVI Pusdokkes Polri, AKBP dr Wahyu Hidajati SpFM Mars
Foto: Kabid DVI Pusdokkes Polri, AKBP dr Wahyu Hidajati SpFM Mars. (Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Delapan korban bangunan ambruk di Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Jawa Timur, ditemukan dan dibawa ke RS Bhayangkara H S Samsoeri Mertojoso Surabaya hari ini. Ada berbagai kendala untuk mengidentifikasi jenazah korban.

Dilansir detikJatim, Kabid DVI Pusdokkes Polri AKBP dr Wahyu Hidajati SpFM Mars menyebut, ada kendala yang dialami tim forensik ketika baru lima jenazah yang tiba di RS Bhayangkara Surabaya. Yakni rusaknya sidik jari jenazah.

"Nah jadi sidik jarinya sudah mulai rusak karena sudah mulai membusukan," kata dr Wahyu kepada wartawan, Jumat (3/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rata-rata jenazah korban yang ditemukan masih anak-anak. Sidik jari dari KTP pun tidak ada karena para korban belum cukup usia.

Sama halnya bila menggunakan Mobile Automated Multi-Biometric Identification System (MAMBIS), teknologi pemindai sidik jari.

ADVERTISEMENT

Kesulitan lainnya saat proses identifikasi jenazah pada gigi. Identifikasi dari gigi dilakukan dengan mencocokkan data gigi jenazah (post morthem) dengan data rekam medis gigi pasien (ante morthem) yang memiliki ciri unik pada setiap individu.

"Dari gigi, nah gigi rata-rata umur 12-15 itu pertumbuhannya hampir sama, ciri-ciri khusus sampai saat ini belum didapatkan. Misalnya ada yang copot satu atau apa itu belum ada yang khas dari laporan keluarga, dan yang ditemukan. Jadi untuk dari gigi juga agak kesulitan untuk membandingkan," jelasnya.

Begitu juga identifikasi dari segi pakaian, kendalanya model yang dikenakan mirip-mirip. Apalagi peristiwa tersebut terjadi saat salat asar, tak sedikit korban yang menggunakan baju koko, peci, dan sarung tanpa identitas nama pada pakaian atau lainnya.

"Tidak ada identitas apapun. Misalnya di baju kokonya ada namanya, itu tidak ada. Jadi rata-rata ya sama gitu, serupa anak-anak ini yang jadi korban gitu," ujarnya.

Tanda lahir atau bagian penanda pada tubuh juga masih menjadi kendala tim medis. Seperti tahi lalat yang dimiliki korban, bahkan keluarga yang tidak hafal letaknya pada bagian tubuh sebelah mana.

"Meskipun ada (keluarga) yang hafal (tanda lahir anaknya), tapi sampai sekarang pembandingannya itu belum ketemu. Jadi itulah kondisi saat in yang menjadi kendala," pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di detikJatim, baca selengkapnya di sini




(mjy/mjy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads