Warga Protes Jalan Rusak-Markas Ormas Jadi Pabrik Ekstasi

GORENGAN SORE

Warga Protes Jalan Rusak-Markas Ormas Jadi Pabrik Ekstasi

Nizar Aldi - detikSumut
Jumat, 01 Agu 2025 19:00 WIB
Program Gorengan Sore by detikSumut. (dok. detikSumut)
Foto: Program Gorengan Sore by detikSumut. (dok. detikSumut)
Medan -

Warga di Kabupaten Deli Serdang protes soal jalan rusak yang sudah bertahun-tahun tidak diperbaiki. Selain itu ada juga kasus rumah doa di Kota Padang dirusak warga hingga markas organisasi masyarakat (Ormas) di Kota Medan dijadikan pabrik ekstasi menjadi isu hangat di pekan ini.

Isu itu diulas dalam program live Gorengan Sore di Instagram detikSumut, Jumat (1/8/2025) pukul 15.00 WIB. Program Gorengan Sore tayang tiap Jumat dengan isu-isu hangat dalam sepekan terakhir.

Berikut rangkuman tayangan Gorengan Sore by detikSumut hari ini, Jumat, (1/8/2025), yakni:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Warga Protes Jalan Rusak di Deli Serdang

Sebuah video menampilkan warga memancing di kubangan jalan rusak di Jalan Setia Makmur, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, viral di media sosial. Aksi itu disebut sebagai bentuk protes warga karena jalan rusak tidak kunjung diperbaiki pemerintah.

Dalam video yang dilihat, Minggu (27/7/2025), tampak warga berkumpul di pinggir kubangan jalan rusak itu. Anak kecil hingga orang dewasa terlihat melempar pancingnya di lokasi itu.

ADVERTISEMENT

Salah satu warga, Danil, mengatakan jika aksi mancing itu dilukakan pada Sabtu (26/7). Mancing di kubangan itu sebagai bentuk protes terkait jalan rusak itu.

"Itu kemarin, sebagai bentuk protes kita karena jalan tidak diperbaiki," kata Danil.

Warga disebut membeli ikan lele dan melepaskannya di kubangan jalan itu. Warga kemudian menutup jalan dan memancing di lokasi itu.

Keberadaan jalan itu disebut sangat penting untuk akses ke permukiman warga. Jalan itu juga merupakan jalan alternatif bagi warga Kota Binjai menuju Kota Medan.

Terkait kondisi jalan ini, Pemkab Deli Serdang berjanji akan segera memperbaikinya. Namun, Pemkab Deli Serdang meminta agar masyarakat bersabar.

"Semua yang rusak akan kita perbaiki. Masyarakat diminta untuk bersabar, karena semua butuh proses," kata Kepala Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Bina Konstruksi Deli Serdang, Janso Sipahutar, dikutip dari Instagram resmi Pemkab Deli Serdang.

Warga kemudian patungan untuk memperbaiki jalan rusak di Jalan Setia Makmur, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Salah satu warga sekitar, Ageng (35), mengatakan jika warga patungan sejak Minggu (27/7) dan terkumpul sekitar Rp 20 juta. Warga patungan karena Pemkab Deli Serdang tidak memperbaiki jalan itu.

"Patungan mulai dari hari Minggu sampai Senin sore itu menggalang dana dan dapat sekitar Rp 20 jutaan, karena pemerintah tidak kunjung memperbaiki," kata Ageng kepada detikSumut, Rabu (30/7)

Material untuk perbaikan jalan itu disebut mulai masuk pada Senin (28/7). Sementara proses perbaikan dengan pengerasan tanah dilakukan pada Selasa (29/7).

"Mulai masuk pasir hari Senin jam 18.00 WIB, kemudian kemarin digeledeg (diratakan) pakai alat berat," ucapnya.

Sekitar pukul 11.00 WIB pihak Pemkab Deli Serdang datang ke lokasi setelah mengetahui perbaikan jalan itu. Mereka disebut disuruh Bupati Deli Serdang Asri Ludin Tambunan yang malu karena jalan diperbaiki warga.

"Semalam sekitar pukul 11.00 WIB Pemkab datang setelah mereka tahu ini swadaya masyarakat, yang menyuruh Pemkab datang itu bupati, karena bupati malu katanya karena perbaikan itu didanai swadaya masyarakat," ujarnya.

Dari keterangan pihak Pemkab, perbaikan drainase di pinggir jalan akan dilakukan pekan ini. Sementara untuk jalan disebut bakal dicor, tapi belum tahu kapan pelaksanaannya.

"Semalam dapat berita dari Pemkab, langsung turun orang lapangan Pemkab dan parit itu langsung diukur, katanya mau diperbaiki mereka dalam minggu ini, sementara jalannya mau dicor katanya setelah drainase," tutupnya.

2. Massa Geruduk-Lakukan Perusakan Rumah Doa di Padang

Puluhan warga menggeruduk sebuah rumah yang dijadikan sebagai rumah doa bagi Jemaat Kristen di RT 03/09 Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah Padang, Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar). Aksi tersebut diwarnai perusakan.

Perusakan itu terjadi pada Minggu (27/7/2025) petang dan viral di media sosial. Tampak sejumlah orang membubarkan ibadah jemaah Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) di Padang,

Dalam video yang beredar tampak jemaah berlarian, beberapa anak-anak dari Rumah Doa itu juga menangis. Sementara massa menghancurkan kursi dan kaca-kaca rumah tersebut.

Rumah yang menjadi sasaran amuk massa ini terdiri dari dua petak rumah. Dalam salah satu petak terlihat jejeran kursi, meja dan sebuah mimbar untuk pendeta berceramah.

Polisi turun tangan menangani kasus tersebut. Wakapolda Sumbar, Brigjen Solihin menegaskan agar warga tak main hakim sendiri. Pihaknya akan menindak para pelaku.

"Setelah kejadian kita langsung ke lokasi dan mengamankan TKP. Anggota di lapangan sedang bekerja dan semua (sudah) aman dan tidak ada lagi yang bertindak anarkis," kata Solihin kepada wartawan, Senin (28/7).

Dia mengatakan tidak ada korban luka dalam kejadian itu. Namun belum ada laporan ke pihak kepolisian.

"Tidak ada laporan sejauh ini. Sementara belum ada (korban luka)," katanya.

"Polisi tentu akan menindaklanjuti. Kita minta jangan ada masyarakat yang main hakim sendiri. masyarakat jangan gegabah dan tidak anarkis. Siapa yang berbuat, dia akan bertanggungjawab," katanya lagi.

Pemkot Padang turut menyesalkan kejadian itu. Wali Kota Padang, Fadly Amran menyebut terjadi miskomunikasi antara warga dengan jemaat yang menyebabkan munculnya insiden.

"Kami sudah mendengar kedua belah pihak, yang sudah menyampaikan kronologi bahwa ada miskomunikasi. Karena adanya keramaian yang tentunya pada sisi bapak RW pun juga ada permasalahan komunikasi selama ini sehingga terjadi insiden," katanya Fadly kepada wartawan, Senin (28/7).

Pihaknya turut menyesalkan kejadian itu dan mengaku turut berduka.

"Insiden ini tentu kami sesali. Pastinya insiden ini kami sesali. Kami memahami duka saudara-saudara kita, masyarakat Nias yang sudah hidup damai dengan masyarakat sekitar dari dahulu kalanya," tambah Fadly.

Atas kejadian itu polisi telah menangkap sembilan orang yang diduga terlibat pengerusakan rumah doa Jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI). Polisi mengatakan, tidak menutup kemungkinan ada pelaku lainnya.

Wakapolda Sumbar, Brigjen Solihin, mengatakan 9 orang itu merupakan pelaku yang tampak dalam video yang beredar.

"Yang sudah kami amankan sembilan orang, tentunya akan berkembang lagi. Sembilan orang ini adalah yang sesuai di video yang ada," kata Solihin, Senin (28/7).

Pihaknya masih melakukan pemeriksaan terhadap para pelaku yang ditangkap.

"Berdasarkan bukti-bukti itu, kami amankan. Bisa juga berkembang lagi. Dan pemeriksaan masih ada yang memakai pakaian saat melakukan dan ada juga yang berganti pakaian saat melakukan," katanya.

3. Markas Ormas Dijadikan Pabrik Ekstasi Rumahan

Ditresnarkoba Polda Sumut menggerebek markas salah satu organisasi kemasyarakatan (ormas) di Jalan Kantil, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan. Markas itu diduga menjadi home industry ekstasi.

Berdasarkan pantauan detikSumut di lokasi, Senin (28/7/2025), tampak ada sejumlah personel Ditresnarkoba. Markas ormas itu telah dipasang garis polisi. Sejumlah warga tampak memadati lokasi.

Warga bernama Riska Nadhira (24) mengatakan penggerebekan itu terjadi pada Jumat (25/7) sekira pukul 23.00 WIB. Dia mengaku sempat mendengar suara tembakan sebanyak satu kali.

"Sebelumnya kami tahu ini adalah (markas) ormas AMPI, begitu penggerebekan di situ lah kami terkejut, kenapa bisa jadi pencetakan narkoba," kata Riska saat diwawancarai di lokasi.

Riska mengatakan dalam peristiwa itu seorang warga berinisial S sempat kabur dari dalam markas itu. S diduga melompat ke sungai dan ditemukan tak jauh dari lokasi dalam keadaan meninggal dunia pada Sabtu (26/7) siang.

Untuk diketahui, tepat di belakang markas ormas itu adalah sungai.

"(Digerebek) malam Sabtu, jam 11 (malam), almarhum yang dicari polisi lompat ke bawah, dan dikira lolos, rupanya sudah jadi mayat. Mayat ditemukan Sabtu jam 2 siang," jelasnya.

Dia menyebut pamannya berinisial M ikut ditangkap polisi saat kejadian itu. Padahal menurutnya, pamannya hanya hendak memberikan uang setoran parkir ke S yang disebut merupakan pimpinan ormas di wilayah tersebut. Selain pamannya, ada satu warga lagi yang turut ditangkap.

Riska menyebut bahwa orang tersebut juga merupakan tukang parkir yang ingin menyetorkan uang.

"Ini yang ditangkap ini adalah om saya, om saya ini bekerja sama ormas ini, dia sebagai tukang parkir. Gimana ceritanya om saya yang jadi tukang parkir di warkop Multatuli bisa jadi tersangka. Jadi BD (bandar) ini ormas, penguasa lahan parkir di sini, om saya tiap malam harus menyetor parkir," ujarnya.

Dia menjelaskan bahwa pintu markas itu memang jarang dibuka. Pada saat kejadian polisi masuk usai pamannya masuk ke dalam markas itu untuk menyetorkan uang.

"Polisi menggerebek ini karena om saya masuk, karena mau nyetor, dari situ lah mereka menggerebek, kalau enggak, nggak jebol ini pintu. Dari penggerebekan hingga sekarang om saya belum dipulangkan. Bandarnya kaburnya dari depan, lompat ke bawah, om saya sudah terjebak di dalam, dia merasa tidak bersalah jadi dia tidak mau lari," pungkasnya.

Lurah Aur, Kecamatan Medan Maimun Fahreza Ksatria mengatakan penemuan mayat S itu berawal dari anak-anak yang tengah bermain di sungai dan menemukan sesosok mayat. Penemuan itu pun lalu dilaporkan ke pihak kepolisian setempat.

"Itu ada anak-anak lagi main di pinggir sungai, terus ngasih tahu ada mayat. Lalu pihak kepling, kelurahan datang ke situ dan melaporkannya ke bhabinkamtibmas Aur untuk melaporkannya ke polsek," jelasnya.

Setelah ditelusuri, mayat itu ternyata mayat S yang kabur saat penggerebekan petugas kepolisian.

"Setelah ditelusuri ternyata jenazah ditemukan salah satu dari orang yang kabur dari razia di Kelurahan Hamdan. Akhirnya lompat ke sungai, ternyata terbenturnya kepalanya ke batu mungkin, lalu tenggelam di sungai, siangnya baru ditemukan," ujarnya.

Dia juga membenarkan bahwa penggerebekan itu dilakukan di markas ormas.

"(Penggerebekan) di kantor AMPI. Penggerebekan infonya dari polda," pungkasnya.

Pria berinisial SS tewas usai diduga melompat ke sungai saat penggerebekan markas organisasi kemasyarakatan (ormas) AMPI yang menjadi pabrik ekstasi rumahan di Jalan Kantil. SS merupakan Ketua Sub Rayon AMPI Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun.

"Iya (SS pemilik pabrik ekstasi), tersangka SS merupakan Ketua Sub Rayon Hamdan Medan Maimun," kata Dirresnarkoba Polda Sumut Kombes Jean Calvijn Simanjuntak saat pra rekonstruksi di lokasi kejadian, Senin (28/7).

Calvijn mengatakan SS melarikan diri saat petugas kepolisian menggerebek lokasi tersebut. SS melompat ke sungai dan ditemukan dalam keadaan meninggal dunia pada Sabtu (26/7).

"Pada saat tim melakukan penangkapan ke dalam, untuk tersangka SS, yang sudah kita dapati informasi kemarin meninggal dunia, melarikan diri keluar dari kantor sub rayon ini," jelasnya.

Saat melarikan diri itu, kata Calvijn, SS sempat menabrak sejumlah motor warga yang terparkir di dekat markas itu. Hal itu juga dikuatkan dengan rekaman CCTV di lokasi dan dari keterangan dua tersangka lainnya. Adapun dua pelaku yang ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus ini adalah FA dan M.

"Kedua tersangka memperhatikan tersangka SS lari keluar dari kantor ini. Tersangka SS lari menuju tepi sungai dengan melewati salah satu warung di samping kantor ini dengan menabrak beberapa motor yang terparkir milik warga. Keesokan harinya kami penyidik menerima informasi dari kepling, pukul 15.00 ada salah satu warganya yang kedapatan mengapung dan sudah tidak bernyawa. Kami turut berbelangsungkawa terhadap keluarga yang ditinggalkan. Untuk kasus ini akan kami tindak lanjuti dengan terang benderang," ujarnya.

"Sejauh ini kami masih melihat dan sudah konfirmasi, itu (SS) adalah ketuanya, tetapi untuk yang dua lagi kami mohon waktu untuk mendalaminya," sambung Calvijn.

Polisi memperkirakan pabrik ekstasi tersebut sudah beroperasi tiga bulan.

"Yang menariknya adalah di kantor sub rayon ini ada tiga ruangan yang peran dan fungsinya terkait dengan memproduksi narkoba jenis ekstasi itu," kata Dirresnarkoba Polda Sumut Kombes Jean Calvijn saat pra rekonstruksi di lokasi kejadian, Senin (28/7).

Calvijn menjelaskan bahwa pada saat penggerebekan, tersangka M dan FA ditemukan di ruangan pertama. Selain itu, di kantong pakaian FA juga ditemukan serbuk ekstasi.

Lalu, di ruangan kedua ditemukan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat ekstasi itu, seperti paracetamol, pewarna makanan, bahan pengeras dan 2 butir pil yang mengandung sabu-sabu.

Di ruangan 2 itu jugalah ditemukan pelaku SS sedang berbaring. Setelah mengetahui ada petugas kepolisian, SS melarikan diri

"Di ruang 2 tersebut pada saat penangkapan di situlah tersangka SS sedang tidur-tiduran dan kedapatan pada saat petugas masuk, dia melarikan diri dari ruang 2," jelasnya.

Sementara di ruangan ketiga ditemukan 94 butir ekstasi hasil produksi dengan logo bintang. Selain itu, ada juga alat-alat cetak lainnya ditemukan dari ruangan 3 itu. Setiap pembeli, kata Calvijn, akan menunggu di luar dan barang akan diserahkan oleh pelaku FA.

"Ada satu tambahan bahwa di ruang 2 ini di situ tempat transaksinya. Jadi, kalau pembeli datang ke sini, tersangka SS memerintahkan tersangka FA yang mengambil uang dari pembeli, mengambil barang dari SS dan memberikan kembali ke pembeli," ujarnya.

Berdasarkan keterangan pelaku FA dan M, proses produksi itu diarahkan oleh pelaku SS. Para pelaku menjelaskan bahwa mereka sudah sekitar 3 bulan bekerja dengan SS di pabrik ekstasi itu. Ketiganya diketahui juga merupakan residivis kasus narkoba.

"Tersangka ini menemani tersangka SS sudah dua bulan lebih, itu keterangan tersangka, tapi saya tidak tahu sebelumnya sudah berapa lama. Tapi keterangannya setidak-setidaknya ada 3 bulan mereka bersama-sama," ujarnya.

Halaman 5 dari 4


Simak Video "Video: Momen Guyub Gubernur Jateng Respons Aduan Jalan Rusak di Temanggung"
[Gambas:Video 20detik]
(mjy/mjy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads