Kata Dokter Soal Makan Pedas Disebut Picu Kanker

Kata Dokter Soal Makan Pedas Disebut Picu Kanker

Suci Risanti Rahmadiana - detikSumut
Selasa, 15 Jul 2025 05:00 WIB
Ilustrasi sambal terasi
Foto: Getty Images/iStockphoto/MielPhotos2008
Jakarta - Makanan pedas sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kekayaan kuliner Indonesia. Mulai dari sambal terasi, rica-rica, seblak, hingga bakso super pedas, hampir semua hidangan khas Indonesia tak lepas dari peran cabai. Banyak orang bahkan merasa makan tanpa sensasi pedas terasa kurang nikmat.

Namun, di balik kepopulerannya, muncul pertanyaan: apakah terlalu sering mengonsumsi makanan pedas bisa menyebabkan kanker?

Menanggapi hal ini, Dokter Spesialis Hematologi Onkologi Medik, Prof. Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, SpPD-KHOM, M.Epid, M.Pd.Ked, FACP, FINASIM, menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada bukti ilmiah kuat yang secara langsung menghubungkan konsumsi makanan pedas dengan risiko kanker.

Meskipun begitu, ia tetap mengingatkan pentingnya mewaspadai bahan tambahan dalam makanan pedas, terutama yang tidak bersifat alami.

"Nggak ada juga penelitian orang makan pedas jadi gitu," ujar Prof. Ikhwan, dilansir detikHealth, Selasa (14/7/2025).

"Apa yang pedas-pedas itu sukanya ada zat-zat yang bukan alami ya. Entah apa ya yang dikasih-kasih orang buat rasanya pedas banget kan gitu ya. Kita nggak tahu ya," tambahnya.

Prof. Ikhwan menjelaskan bahwa secara umum makanan pedas tidak berbahaya jika dikonsumsi dalam batas wajar. Namun, konsumsi berlebihan tetap perlu dihindari karena bisa berdampak negatif, khususnya bagi organ lambung. Terlalu sering makan pedas berpotensi menyebabkan iritasi atau luka pada lambung.

Meskipun begitu, ia kembali menegaskan bahwa tidak ada penelitian ilmiah yang menyatakan bahwa makanan pedas secara langsung menyebabkan kanker.

"Tapi tadi sesuatu yang berlebihan kan nggak bagus juga. Satu, kalau dia banyak makan pedas, ini lambungnya risiko luka. Kalau semua peradangan tuh resikonya takutnya nanti kesono-sononya bisa jadi kanker juga, tapi ya nggak ada penelitian yang bilang pedas," tuturnya.




(nkm/nkm)


Hide Ads