Viral di media sosial, siswa SD yang memvideokan kondisi sekolah yang tidak didatangi guru selama satu bulan. Diketahui, akses infrastruktur menjadi kendala para guru-guru tersebut datang mengajar. Pengamat pendidikan Sumut Rizal Hasibuan menilai pemerintah setempat lemah dalam hal melakukan monitoring.
Hal ini membuat kondisi di SDN 078481 Uluna'ai Hiligo'o Laowo Hilimbaruzo di Dusun III Desa Laowo Hilimbaruzo, Kecamatan Idanogawo, Kabupaten Nias tidak ada kegiatan belajar mengajar.
"Harusnya dilakukan monitoring. Bagaimana bisa sekolah yang gurunya tidak masuk sebulan, itu bagaimana ceritanya. Harusnya itu kalau terjadi 3 hari saja, UPT Dinas Pendidikan di Kecamatan harusnya sudah tahu. Ini menunjukkan lemahnya sistem monitoring kita, monitoring dan evaluasi itu tidak berjalan," ungkap Rizal kepada detikSumut, Senin (21/1/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Rizal menuturkan bahwa fasilitas rumah dinas untuk para guru ataupun insentif tambahan khusus daerah 3T harus segera dilakukan. Hal ini dilakukan agar sistem belajar-mengajar dapat berjalan efektif.
"Kalau pemerintah lebih kreatif saja dengan daerah itu bisa saja mendapat sumbangan dari masyarakat untuk bisa dibangunkan tempat tinggal atau difasilitasi tempat tinggalnya dengan tinggal di rumah masyarakat di sana," ujarnya.
"Pemerintah daerah kita ini kan tidak ada kreativitasnya. Harusnya mereka yang di daerah ini diberikan insentif, seperti berupa tambahan biaya tempat tinggal misalnya karena mereka berada di zona 3T (tertinggal, terdepan, terluar)," sambung Rizal.
Terkait hal ini, Rizal berharap agar pemerintah daerah lebih memperhatikan pemetaan pendidikan khususnya di wilayah 3T. Ia melihat pembagian kuota dinilai tidak merata dari sistem rekrutmen.
"Pemerintah daerah setiap tahun melakukan pemetaan pendidikan seperti sebaran guru, sebaran siswa, ataupun sebaran sekolah. Data itu harusnya menjadi keputusan dalam menentukan guru-guru di daerah. Pemerintah daerah khususnya harus bisa lebih kreatif dalam rekrutmen guru, misalnya di daerah yang berdekatan diambillah guru yang memang satu wilayah untuk bisa mengajar di sana," kata Rizal.
"Masalah yang terjadi itu rekrutmen selama ini kan dilakukan secara nasional tanpa memperhatikan peta itu. Jadi direkrutlah guru-guru dengan buat pernyataan bahwa mereka siap ditugaskan ke daerah tapi kenyataannya banyak faktor yang membuat mereka itu di awal siap menyatakan turun ke daerah tapi dalam kenyataannya membandel atau lari dari tanggung jawabnya. Ini bisa diantisipasi dengan dilakukan pemetaan," pungkasnya.
(nkm/nkm)