Psikolog: Hubungan Guru-Murid di Gorontalo Tak Bisa Disebut 'Suka Sama Suka'

Psikolog: Hubungan Guru-Murid di Gorontalo Tak Bisa Disebut 'Suka Sama Suka'

Averus Kautsar - detikSumut
Selasa, 01 Okt 2024 13:18 WIB
ilustrasi
Foto: Dok.Detikcom
Medan -

Heboh video seks antara seorang guru dan murid di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di Gorontalo, beredar di media sosial. Keduanya disebut memang menjalin hubungan asmara.

Namun anggapan bahwa hubungan seks yang terjadi antara keduanya atas dasar 'suka sama suka' dianggap tak tepat diberikan dalam kasus tersebut. Hal itu diungkap Psikolog klinis Anastasia Sari Dewi.

Ia menyebut, anggapan 'suka sama suka' atas hubungan seksual antara orang dewasa dan anak di bawah umur dalam kasus itu bisa berbahaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara biologis, kata Sari, pertumbuhan otak anak di bawah umur belum sekompleks pada orang dewasa. Kemampuan berpikir, logika, dan analisa anak di bawah umur juga masih didominasi oleh impulsivitas emosi kerjanya dibandingkan dengan kemampuan berpikirnya.

"Jadi seringkali 'suka sama suka' yang dirasakan ini masih cenderung dangkal atau tidak didasari yang consent yang tepat atau penuh. Jadi masih mudah diombang-ambing dipengaruhi sepihak," kata Sari dilansir detikHealth, Selasa (1/10/2024).

ADVERTISEMENT

Label 'Suka Sama Suka', lanjutnya, tak tepat jika ada dominasi dan pengaruh dari orang dewasa yang lebih memiliki power ketimbang anak di bawah umur sebagai pasangannya. Orang dewasa sebagai pelaku dianggap cenderung memiliki keinginan buruk saat mendekati anak di bawah umur.

Kuat kemungkinan adanya manipulasi, eksploitasi dan berbagai bujukan agar anak di bawah umur selaku korban memberikan apapun yang diinginkan orang dewasa sebagai pelaku.

"Apalagi kalau jelas-jelas dalam hubungan tersebut, bukan hubungan yang meningkatkan atau mengembangkan si anak yang ke arah baik, tapi justru dimanfaatkan untuk hal-hal negatif," katanya.

Sehingga dengan pertimbangan-pertimbangan itu, anak di bawah umur sangat rentan menjadi korban manipulasi. Hal itu akan berbahaya untuk si anak sebab bisa menjadi korban eksploitasi, pelecehan dan kekerasan seksual dan berdampak pada trauma jangka panjang.




(nkm/nkm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads