19 September, Mengingat Hari Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato

19 September, Mengingat Hari Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato

Aisyah Luthfi - detikSumut
Rabu, 18 Sep 2024 19:45 WIB
Pemain  mementaskan drama kolosal peringatan peristiwa perobekan bendera Belanda oleh para pejuang di Hotel Majapahit (dulu Hotel Yamato) Jalan Tunjungan, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (17/9/2023). Kegiatan tersebut untuk memperingati peristiwa aksi perobekan bendera Belanda menjadi Merah Putih oleh para pejuang pada 19 September 1945. ANTARA FOTO/Didik Suhartono/nz
Foto: Drama kolosal perobekan bendera Belanda. (ANTARA FOTO/DIDIK SUHARTONO)
Medan -

Peristiwa bersejarah yang terjadi pada 19 September 1945 merupakan salah satu bentuk perjuangan kemerdekaan di Indonesia. Para pejuang merobek bendera Belanda di Hotel Majapahit yang sebelumnya bernama Hotel Yamato.

Hotel yang terletak di Jalan Tunjungan No. 65 Surabaya itu menjadi saksi bisu gagalnya perundingan yang berujung bentrokan. Berikut informasi lengkapnya.

Mengingat Hari Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato pada 19 September 1945

Dilansir dari laman resmi Kemendikbudristek, tanggal 19 September diperingati sebagai Hari Perobekan Bendera di Hotel Yamato, Surabaya. Peristiwa ini merupakan salah satu momen penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Hari tersebut juga sering kali dikaitkan dengan peristiwa Ikada, yang sama-sama menunjukkan semangat perlawanan rakyat Indonesia terhadap kekuatan kolonial.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada waktu itu, kota Surabaya berada di bawah kepemimpinan Ploegman, seorang wali kota yang diangkat oleh NICA (Netherlands Indies Civil Administration), pemerintahan sipil Hindia Belanda yang mencoba mengambil alih kekuasaan setelah Jepang menyerah pada akhir Perang Dunia II. Pada malam 18 September 1945, Ploegman memerintahkan rekan-rekannya untuk mengibarkan bendera Belanda sebagai bentuk perayaan ulang tahun Ratu Belanda, Wilhelmina. Tindakan tersebut jelas dianggap sebagai provokasi, terutama karena Indonesia baru saja memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Bendera triwarna Belanda (merah-putih-biru) itu dikibarkan di puncak menara Hotel Yamato, yang kini dikenal sebagai Hotel Majapahit.

Aksi pengibaran bendera Belanda ini memicu kemarahan warga Surabaya. Bagi rakyat Indonesia, terutama para pemuda revolusioner, tindakan tersebut merupakan simbol penolakan terhadap kemerdekaan Indonesia dan upaya untuk mengembalikan kekuasaan kolonial. Akibatnya, bentrok antara warga Surabaya dan pihak Belanda tak terhindarkan. Keinginan rakyat Indonesia untuk menurunkan bendera triwarna tersebut semakin menguat seiring dengan semangat mempertahankan kemerdekaan.

ADVERTISEMENT

Aksi Hariyono-Koesno Merobek Bagian Biru Bendera Belanda

Ketegangan mencapai puncaknya pada 19 September 1945. Seorang pejuang Indonesia bernama Hariyono dengan cepat memanjat dinding hotel untuk mencapai puncak menara. Di saat yang bersamaan, seorang pemuda lainnya bernama Koesno menaiki tangga di dalam hotel hingga berhasil mencapai puncak bendera. Koesno kemudian melakukan aksi heroik yang akan tercatat dalam sejarah, yakni merobek bagian biru dari bendera Belanda tersebut, sehingga yang tersisa hanyalah warna merah dan putih, warna bendera Indonesia. Aksi ini bukan hanya simbolis, tetapi juga menunjukkan keteguhan rakyat Surabaya untuk menolak segala bentuk penjajahan dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Peristiwa heroik ini memiliki makna mendalam bagi masyarakat Surabaya dan Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Surabaya menetapkan tanggal 19 September sebagai Hari Perobekan Bendera Belanda dan menjadikannya bagian dari sejarah kota. Setiap tahunnya, pemerintah setempat bersama komunitas pecinta sejarah mengadakan reka adegan peristiwa tersebut sebagai bentuk penghormatan dan pengingat akan semangat perjuangan para pahlawan.

Peringatan ini juga menjadi sarana edukasi bagi generasi muda untuk mengenal lebih dalam sejarah perjuangan bangsa. Dengan begitu, semangat patriotisme dan kebanggaan terhadap bangsa diharapkan terus hidup dan diwariskan kepada generasi penerus.




(mjy/mjy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads