Hari ini, Rabu 21 Agustus 2024, Google Doodle menyoroti rendang, makanan khas Indonesia. Gambar rendang terlihat di bagian atas halaman beranda Google.
Google Doodle tersebut juga menampilkan berbagai rempah dan bumbu yang digunakan untuk memasak rendang, seperti bawang putih, jahe, serai, cabai, bunga lawang, dan kelapa.
Tampilan Google Doodle edisi rendang tidak hanya muncul di Indonesia, tetapi juga di negara lain seperti Inggris, Selandia Baru, Australia, Singapura, dan Polandia. Ini tak lepas dari reputasi rendang sebagai makanan terenak nomor satu di dunia pada tahun 2017.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tanggal 21 Agustus dipilih karena bertepatan dengan momen penting ketika Gubernur Sumatera Barat menerima penghargaan Rekor MURI. Saat itu, MURI mencatat sejarah dengan acara memasak rendang daging terbesar.
Rendang sendiri memiliki sejarah panjang dengan resep yang tetap otentik hingga kini. Penasaran dengan sejarahnya? Simak ulasan berikut.
Sejarah Rendang di Indonesia
Rendang merupakan makanan khas Sumatera Barat, terutama Minangkabau. Meskipun bukti tertulis mengenai asal-usulnya terbatas, rendang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-16.
Sejarawan dari Universitas Andalas, Gusti Anan, menyebutkan bahwa masyarakat Minang sering bepergian selama berbulan-bulan pada abad ke-19. Dalam perjalanan panjang tersebut, mereka membutuhkan makanan yang tahan lama, seperti rendang.
Bukti lain tentang rendang ditemukan dalam karya sastra abad ke-16, yang juga disebutkan dalam buku Rendang Masakan Terenak di Dunia karya Dodi Mawardi (2020).
Rendang juga memiliki kaitan dengan budaya Arab dan India, yang memperkenalkan rempah-rempah khas mereka ke Sumatera Barat ketika mereka bermukim di sana. Dari sana, seni memasak rendang berkembang di seluruh Sumatera. Bahkan, resep rendang pernah diajarkan dalam kursus memasak menjelang masa perang.
Dalam buku Jejak Rasa Nusantara karya Fadly Rahman (2016), disebutkan bahwa resep rendang terdapat dalam buku masak terbitan Departement van Oorlog tahun 1940 berjudul Kookboek ten dienste van ménages in het garnizoen en te velde.
Sebagai masakan tradisional, komponen rendang mengandung makna mendalam. Daging melambangkan niniak mamak dan bundo kanduang yang membawa kemakmuran. Kelapa melambangkan kaum intelektual, atau cadiak pandai dalam bahasa Minang, yang berperan merekatkan kebersamaan. Sementara itu, lado atau sambal melambangkan alim ulama yang tegas dalam mengajarkan agama, dan bumbu menyimbolkan peran beragam individu dalam kehidupan masyarakat Minang.
(mjy/mjy)