Awal tahun ajaran mahasiswa baru di Sekolah Tinggi Theologia (STT) Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dilaksanakan dengan menggelar kuliah umum. Pada kuliah umum kali ini, mahasiswa dan akademisi di lingkungan STT HKBP di Siantar disuguhkan refleksi konflik antara Israel dan Palestina.
Kuliah umum yang dilaksanakan di Kampus STT HKBP Pematang Siantar, Senin (19/8/2024) tersebut menghadirkan pemateri dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Dr. Leonard Chrysostomos Epafras. Pemateri ini merupakan dosen, peneliti dan trainer (Indonesian Consortium for Religious Studies).
Dalam kegiatan yang dihadiri lebih dari 500 peserta tersebut, Leonard Chrysostomos Epafras mengatakan bahwa perspektif kristen dan menawarkan teologi perdamaian yang berbasis keadilan sebagai jalan penyelesaian.
Konflik Israel dan Hamas sudah memasuki hari ke 346, memakan korban 41 ribu jiwa, yang sebagian besar adalah korban Palestina, orang dewasa maupun anak-anak. Ini bagian dari konflik besar Israel dan Palestina, maupun Israel dan negara-negara Arab dan Iran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Konflik ini satu dari sekian banyak permusuhan berdarah yang sulit diselesaikan, seperti di Srilanka, Kashmir, Siprus, Sundan, Mozambik, Libanon, Kongo, dan lainnya. Namun permusuhan ini jauh lebih menonjol karena demikian banyak kelindan motif, aktor, dan narasi, termasuk narasi keagamaan, dibanding konflik-konflik di tempat lain," terang Leonard.
Menurut Leonard gaung permusuhan ini menjangkiti Indonesia, ikut secara halus mempertajam ketegangan antaragama di negeri ini. Bentrokan di Bitung antara demonstran pendukung Israel dan Palestina adalah percikan ketegangan.
Leonard menguti bahwa menurut Peter T. Coleman, pakar resolusi konflik, ada 24 alasan mengapa konflik Israel-Palestina sulit sekali dijembatani. Setiap jembatan perdamaian yang dibuat rapuh dan mudah runtuh.
Faktor ke 25 yang perlu ditambahkan, media sosial. Algoritma media sosial memberi insentif pada hal-hal yang kontroversial dan berpotensi viral.
"Akibatnya secara langsung dan tidak mendorong konflik, menciptakan polarisasi, serta menimbun upaya-upaya perdamaian yang tidak menarik disebar luaskan. Perkembangan terakhir adalah tarung digital ini semakin meluas karena warganet terlibat di luar struktur-struktur resmi, khususnya diantara kaum muda," jelasnya.
Masih Leonard, mereka melakukan apa yang disebut affective hacking, "meretas dengan gemas." Tampak jelas misalnya melalui tagar #julidfisabilillah yang melakukan doxxing, perundungan digital kepada tentara Israel, lewat Whatsapp, dan kanal- kanal medsos lainnya.
Sikap umat Kristen dalam ketegangan yang sangat rumit ini perlu mengembangkan teologi perdamaian yang berdimensi keadilan. Teologi ini berlandaskan pada imajinasi dan nilai Kristiani pengharapan, sebagai salah satu dari tiga pilar Kristen, yaitu iman, pengharapan, dan kasih.
Dua kekuatan ini yang tidak boleh habis. Sebab seperti pepatah di kalangan pegiat perdamaian, "peace is always present even in a war," perdamaian selalu ada sekalipun di tengah sengitnya pertempuran dan peperangan.
Sementara Ketua STT HKBP Pematang Siantar Pdt. Dr. Sukanto Limbong mengatakan panggilan umat kristen melalui nilai yang ditanamkan Yesus dalam injil yaitu mereka yang pendamai, lemah lembut dan rendah hati yang akan memulihkan tanah suci bagi semua orang. Nilai ini juga sinergis dengan kearifan lokal etnis Batak Toba melalui kata Horas, yang merujuk pada perdamaian dan kesejahteraan.
Dari Kuliah Umum ini dapat disimpulkan bahwa membangun teologi perdamaian berbasis keadilan, pertama-tama memiliki imajinasi dan pengharapan, karena konflik ini telah lama dan mungkin masih panjang jalan mencapai perdamaiannya. Kedua, membangun budaya damai yang berkeadilan. Dan terakhir, menjadi agen depolarisasi melalui pemanfaatan medsos yang bijak.
(bpa/dhm)