Adakah Larangan dan Pantangan di Malam 1 Suro? Ini Jawabannya

Adakah Larangan dan Pantangan di Malam 1 Suro? Ini Jawabannya

Dostry Amisha - detikSumut
Jumat, 28 Jun 2024 13:01 WIB
Kirab malam 1 Suro Keraton Solo, Rabu (19/7/2023).
Foto: Ilustrasi. Kirab malam 1 Suro Keraton Solo, Rabu (19/7/2023). (Tara Wahyu NV/detikJateng)
Medan -

Malam 1 Suro merupakan perayaan awal bulan Sura yang menjadi awal tahun baru dalam kalender Jawa. Kata Suro berasal dari Bahasa Arab "Asyura" yang berarti sepuluh yang didasarkan pada 10 hari pertama bulan Muharram.

Berdasarkan Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2024, tanggal 1 suro jatuh pada Senin Legi, 8 Juli 2024. Artinya, malam 1 Suro adalah Minggu malam, 7 Juli 2024. Sebagai malam 1 Muharram, malam 1 Suro menjadi momen istimewa bagi umat muslim di Indonesia.

Namun, terdapat beberapa larangan dan pantangan di malam 1 suro. Berikut ini detikSumut rangkum sederet larangan dan pantangan di malam 1 Suro beserta tradisinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Larangan dan Pantangan Malam 1 Suro

Dilansir dari jurnal berjudul Makna Komunikasi Ritual Masyarakat Jawa oleh Galuh Kusuma Hapsari, terdapat larangan dan pantangan yang dikaitkan dengan mitos Malam 1 Suro. Berikut penjelasannya:

1. Larangan keluar di malam hari

ADVERTISEMENT

Masyarakat mempercayai bahwa pada malam 1 Suro lebih baik berdiam diri di rumah terutama saat malam hari. Bila dilanggar maka dipercaya akan mendatangkan kesialan atau hal negatif.

2. Tidak boleh mengadakan pesta atau hajatan

Menggelar acara pesta pernikahan, sunatan, dan lainnya di malam 1 Suro dipercayai pamali dan hanya akan mendatangkan bencana. Namun, dalam Islam sebenarnya tidak ada aturan mengenai waktu yang tepat untuk menikah dan tidak ada larangan menikah di bulan tertentu termasuk bulan Muharram.

3. Tidak boleh berbicara atau berisik

Salah satu ritual yang hanya ada di Keraton Yogyakarta ialah mubeng benteng dan tapa bisu atau tidak berbicara pada saat malam 1 Suro.

4. Dilarang berkata kasar atau buruk

Terdapat larangan untuk berkata kasar dan berbicara hal buruk saat malam 1 Suro. Hal tersebut dipercaya akan menjadi kenyataan. Selain itu, larangan ini juga dikaitkan dengan sebagian orang Jawa yang percaya keberadaan makhluk gaib di bulan Suro yang keluar dan mencari manusia bertindak lalai dan waspada (eling lan waspada).

5. Dilarang pindahan atau membangun rumah

Tidak disarankan untuk melakukan pindahan atau membangun rumah pada malam 1 Suro. Orang Jawa mempercayai bahwa hal tersebut akan mendatangkan kesialan.

Tradisi Malam 1 Suro

1. Jenang Suran

Melansir dari laman resmi Dinas Kebudayaan Yogyakarta, melakukan tradisi Jenang Suran merupakan bentuk rasa syukur atas kemudahan menjalani hidup selama satu tahun penuh.

Menjelang malam 1 Suro, biasanya para abdi dalem juru kunci melaksanakan Jenang Suran di Pelataran Kompleks Makam Raja-raja Mataram Kotagede, Yogyakarta.

Tradisi ini berisi tahlilan atau pemanjatan doa-doa di kompleks makam kerajaan. Sebelum itu, para abdi dalem akan melakukan arak-arakan ubo rampe yang terdiri dari jenang suran, tumpeng nasi kuning, sayur kari kubis, serta ingkung ayam kampung.

Acara kemudian dilanjutkan dengan melantunkan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW, serta zikir dan doa di depan pintu gerbang utama makam dari Penembahan Senopati.

Di akhir tradisi, para abdi dalem akan membagikan Jenang Suran kepada masyarakat yang mengikuti prosesi dari awal hingga akhir. Jenang yang dibagikan dianggap sebagian besar oleh masyarakat sebagai berkah dalam menyambut malam 1 suro.

2. Ngumbah Keris

Melansir dari skripsi berjudul Tradisi Ritual Ngumbah Keris pada Malam Satu Suro di Lingkungan I Kelurahan Kuala Silo Bestari Kecamatan Tanjungbalai Utara Kota Tanjung Balai oleh Syuhady Witana, ngumbah keris merupakan tradisi mencuci keris di bulan suro.

Masyarakat Jawa kerap melakukan tradisi ngumbah keris karena percaya bahwa keris yang dimiliki bisa membantu kehidupan keseharian mereka.

Masyarakat Jawa meyakini tradisi ini karena dianggap bisa menjaga diri dan keluarga dari gangguan roh-roh jahat. Keris juga dipercaya dapat menjauhkan diri dari musibah dan membantu menyembuhkan penyakit.

3. Kebo Bule

Melansir dari jurnal berjudul Fenomena Kebo Bule Kyai Slamet dalam Kirab 1 Suro Keraton Kasunanan Surakarta oleh Riza Ayu Purnamasari dan Prahastiwi Utari, kebo bule merupakan tradisi mengumpulkan kawanan kerbau untuk mengawal pusaka Keraton Solo yang dikirab pada malam 1 suro.

Tradisi ini menjadi pembuka kirab. Kebo Bule melambangkan keselamatan masyarakat Jawa yang identik dengan simbol-simbol sebagai sarana permohonan atau doa kepada Tuhan.

Dalam tradisi ini, kerbau merupakan bentuk pewarisan dari suatu kerajaan yang lebih tua ke kerajaan setelahnya. Kerbau ini sudah digunakan sejak zaman Hindu.

Demikian penjelasan mengenai larangan dan pantangan pada saat malam 1 suro beserta tradisinya. Semoga bermanfaat, detikers.

Artikel ini ditulis Dostry Amisha, mahasiswa peserta magang merdeka di detikcom.




(mjy/mjy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads