Tim asal University of Illinois Urbana-Champaign melakukan penelitian tentang remaja yang kerap menolak saran dari orang tua. Berdasarkan hasil penelitian itu diketahui pertumbuhan anak tak selalu baik jika selalu menuruti orang tua.
Pada umumnya orang tua memberikan saran dan masukan kepada anaknya terhadap suatu kejadian atau persoalan. Saran itu kemudian ditelaah lebih dahulu oleh si anak.
Apakah Patuh Selalu Baik?
Ketika melakukan penelitian, para peneliti mengamati percakapan antara 100 anak kelas 5 SD dengan ibunya. Tahap ini peneliti mencari tahu seperti apa strategi para ibu bantu anak menghadapi masalah dan respons para anak yang beranjak remaja saat diberi saran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mengetahui cara-cara anak mengatasi masa transisi ke SMP, para siswa dan gurunya diminta mengisi survei tentang coping pada remaja dan keterlibatan di sekolah.
Ternyata peneliti mendapati anak-anak yang menolak atau ambigu saat merespons saran orang tua rupanya cenderung lebih mampu adaptif dalam mengatasi masalah masa SMP. Sebaliknya dengan anak yang lebih mematuhi saran ortu, seperti dipublikasi di Journal of Applied Developmental Psychology.
Ternyata anak yang lebih patuh akan saran ibunya dalam menghadapi masalah di masa SMP bisa jadi patuh karena ingin menyenangkan orang tua saja. Perkiraan lainnya, sang anak mengiyakan saran orang tua bisa jadi karena tidak ingin membahasnya lebih jauh, alias "biar cepet aja".
Perkiraan di atas berisiko membuat anak yang patuh tidak benar-benar memproses masukan dari orang tuanya. Sedangkan anak-anak yang lebih menolak saran orang tua mungkin justru mempertimbangkan atau mencerna saran orang tuanya lebih matang, kendati tidak menutup kemungkinan juga ada potensi "yang penting nolak aja dulu".
"Anak-anak tersebut sedang di usia bertumbuh menuju kedewasaan dan ingin membuat keputusan sendiri. Karena itu, respons awal atas saran-saran itu bisa jadi penolakan atau keengganan untuk menerimanya," kata Associate Professor di Departemen Human Development and Family Studies, University of Illinois, dikutip dari laman kampus.
"Namun saran tentang memandang masalah dari sudut lain, mempertimbangkan penjelasan lain, atau berpikir apa yang didapat dari pengalaman menghadapi masalah, itu lengket di ingatannya," imbuhnya.
Pesan Tersirat Ortu Bantu Anak Tumbuh
Hasil studi juga menunjukkan bahwa saran para orang tua secara umum mengandung dorongan agar sang anak menyelesaikan masalah yang ada. Pesan tersirat tersebut menurut peneliti bantu anak mau mencoba mengakui adanya masalah dan mau mencoba menyelesaikannya.
"Kami tidak mendapati orang tua mendorong anaknya untuk mengabaikan masalah dan tidak perlu khawatir, yang kadang-kadang menjadi respons pada masalah tentang pertemanan,"
"Pada masalah akademik, khususnya di transisi ke SMP, orang tua ingin anaknya mencoba dan menghadapi masalah yang ada," imbuh Associate Professor di Departemen Human Development and Family Studies, College of Agricultural, Consumer, and Environmental Sciences (ACES), UoI tersebut.
Saran-saran orang tua tersebut antara lain mendorong anak melihat melihat masalah dari perspektif-perspektif lain (reframing the problem). Para remaja juga didorong mempertimbangkan penjelasan lain di balik suatu masalah, berstrategi mencari dan menerapkan solusi, melihat masalah sebagai momen untuk belajar, dan mencari orang yang lebih tua yang bisa membantu seperti orang tua, guru, atau kakak.
Peneliti menyimpulkan, saran orang tua penting untuk mengandung beragam usul yang bisa dipakai sang anak di beragam situasi, khususnya saat menghadapi masalah akademik.
"Kendati tidak direspons oleh anak saat itu, saran para orang tua akan bermanfaat dalam jangka panjang," pungkasnya.
(astj/astj)