Bagaimana Proses Terbentuknya Aurora? Ini Penjelasannya

Bagaimana Proses Terbentuknya Aurora? Ini Penjelasannya

Dostry Amisha - detikSumut
Selasa, 28 Mei 2024 11:46 WIB
Aurora Australis atau disebut juga Southern Lights (Cahaya Selatan)
Foto: Aurora Australis atau disebut juga Southern Lights (Cahaya Selatan). (via ABC.net)
Medan -

Aurora merupakan salah satu fenomena keindahan langit yang hanya terjadi di beberapa wilayah bumi. Aurora memperlihatkan cahaya berbagai warna di langit.

Tahukah detikers bagaimana proses terbentuknya aurora? Jika belum, simak penjelasannya berikut.

Apa Itu Aurora?

Dilansir dari laman resmi National Geographic, aurora merupakan cahaya alami yang berkilauan di langit. Cahaya biru, merah, kuning, hijau, dan oranye bergeser perlahan dan berubah bentuk seperti tirai yang bertiup lembut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aurora hanya terlihat pada malam hari dan biasanya hanya muncul di wilayah kutub yang lebih rendah. Aurora terlihat hampir setiap malam di dekat Lingkaran Arktik dan Antartika, yaitu sekitar 66,5 derajat utara dan selatan khatulistiwa.

Pada bagian sebelah utara, penampakannya disebut aurora borealis atau cahaya utara. Sebelah selatan disebut aurora australis atau cahaya selatan.

ADVERTISEMENT

Aurora adalah tanda bahwa bumi terhubung secara listrik ke matahari. Kemunculan cahaya ini dipicu oleh energi matahari dan dipicu oleh partikel bermuatan listrik yang terperangkap dalam medan magnet bumi.

Proses Terbentuknya Aurora

Dilansir dari laman resmi NASA, aurora yang khas disebabkan oleh tumbukan antara elektron yang bergerak cepat dari luar angkasa dengan oksigen dan nitrogen di atmosfer bagian atas bumi.

Elektron yang berasal dari magnetosfer bumi, wilayah ruang angkasa yang dikendalikan oleh medan magnet bumi mentransfer energinya ke atom dan molekul oksigen dan nitrogen, sehingga membuat mereka "tereksitasi".

Saat gas kembali ke keadaan normal, mereka mengeluarkan foton, semburan energi kecil dalam bentuk cahaya. Cahaya ini berasal dari ketinggian 100 hingga lebih dari 400 km (60 hingga lebih dari 250 mil).

Ketika sejumlah besar elektron datang dari magnetosfer untuk membombardir atmosfer, oksigen dan nitrogen dapat memancarkan cahaya yang cukup untuk dideteksi oleh mata, sehingga memberikan tampilan aurora yang indah.

Penyebab Aurora Memiliki Bentuk dan Warna yang Berbeda

Dikutip dari laman resmi NASA, warna aurora bergantung pada gas oksigen atau nitrogen mana yang tereksitasi oleh elektron, dan seberapa tereksitasinya elektron tersebut. Warna aurora bergantung pada seberapa cepat elektron bergerak, atau seberapa besar energi yang dimilikinya pada saat tabrakan.

Elektron berenergi tinggi menyebabkan oksigen memancarkan cahaya hijau, sedangkan elektron berenergi rendah menyebabkan cahaya merah. Nitrogen umumnya mengeluarkan cahaya biru. Perpaduan warna-warna ini juga bisa menghasilkan warna ungu, merah muda, dan putih.

Perbedaan bentuk aurora menjadi misteri yang masih coba dipecahkan oleh para ilmuwan. Bentuknya bergantung pada lokasi asal elektron di magnetosfer, apa yang menyebabkan elektron memperoleh energinya, dan alasan elektron menyelam ke atmosfer.

Dimana Tempat Melihat Aurora?

Melansir dari laman resmi NASA, aurora biasanya terjadi di daerah berbentuk cincin dengan diameter sekitar 4.000 km (2.500 mil) di sekitar kutub magnet bumi. Cincin ini dikenal sebagai aurora oval.

Oval utara menelusuri jalur melintasi Alaska Tengah dan Kanada, Greenland, serta Skandinavia Utara dan Rusia. Di belahan bumi selatan, aurora oval sebagian besar melayang di atas lautan yang mengelilingi Antartika, tetapi kadang-kadang dapat mencapai ujung Selandia Baru, Cili, dan Australia.

Artikel ini ditulis Dostry Amisha, mahasiswa peserta magang merdeka di detikcom.




(mjy/mjy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads