Berkat Kesabaran, Bisnis Opak Herlina di Candirejo Berkembang

Berkat Kesabaran, Bisnis Opak Herlina di Candirejo Berkembang

Andika Syahputra - detikSumut
Senin, 29 Apr 2024 06:30 WIB
Herlina saat mengecek opak yang tengah dijemur (Andika Syahputra/detikcom)
Foto: Herlina saat mengecek opak yang tengah dijemur (Andika Syahputra/detikcom)
Deli Serdang -

Pabrik mi instan di Kawasan Industri Medan (KIM) tempat Herlina bekerja bangkrut di tahun 2007. Setelah delapan tahun, dia pun menjadi pengangguran usai terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Sejak saat itu dia memilih fokus menjadi seorang ibu rumah tangga. Selain mengurus rumah tangga, dia pun turut membantu usaha sang suami, Acep Rahmansyah yang berjualan kepala dan pisang di Pasar Cemara Medan.

Usai tak lagi bekerja, praktis pendapatan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan biaya anak sekolah didapat dari usaha suami. Belakangan usaha suami pun mulai lesu sehingga pendapatan mereka pun berkurang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi itu membuat wanita yang akrab disapa Lina putar otak. Mereka tak lagi tinggal di Medan dan memilih menempati rumah orang tua Lina yang ada Jalan Sekip, Desa Candirejo, Kecamatan Birubiru, Deli Serdang.

Di sana Lina menemui tetangganya Leni yang sudah menjalani bisnis pembuatan opak. Mulanya dia memilih membantu usaha Leni tanpa harus dibayar.

ADVERTISEMENT

"Saya kan memang udah terbiasa bekerja, jadi melihat suami lagi goyang (perekonomian) saya mau kerja lagi. Awalnya bantu-bantu usaha tetangga sambil belajar," ujar Lina saat berbincang dengan detikcom di kediamannya Senin 22 April 2024 lalu.

Lina sendiri sore itu baru selesai mengangkat rigen atau tatakan berisi opak usai dijemur. Rigen diangkat karena cuaca mulai mendung dan gerimis.

Hari itu merupakan hari pertama Lina memproduksi opak usai libur Lebaran. "Ini baru mulai lagi, sekitar seminggu kami libur produksi karena Lebaran," ungkapnya.

Saat ini Lina rata-rata memproduksi atau mengolah 100 kg hingga 120 kg ubi kayu untuk dijadikan opak. Di awal memulai bisnis opak, Lina hanya dapat mengolah 20 kg ubi.

"Mulai usaha tidak bisa langsung banyak, perlahan dan sabar, itu kuncinya," kata dia.

Proses penjemuran opak yang diproduksi Herlina di rumahnya di Desa Candirejo, Deli Serdang (Andika Syahputra/detikcom)Proses penjemuran opak yang diproduksi Herlina di rumahnya di Desa Candirejo, Deli Serdang (Andika Syahputra/detikcom)

Ubi yang digunakan Lina untuk diolah menjadi opak haruslah tua. Jika ubi masih muda maka harus dicampur dengan tepung kanji.

"Ubi ada langganan, agen yang antar setiap hari. Ada anak yang bantu sama satu pekerja," tuturnya.

Menaikkan jumlah produksi ubi pun dilakukan Lina dengan sabar dan bertahap. Dia banyak belajar dari pengalaman orang lain dalam berbisnis.

"Kalau mau besar itu kan karyawan harus banyak, sementara kita usaha mengharap cuaca, kalau tiga hari tak kering dibuang semua itu. Tidak bisa langsung begitu," bilangnya.

Rupiah demi rupiah dikumpulkan Lina dari hasil menjalankan usaha selama tiga tahun. Keuntungan yang didapatnya diputar kembali untuk menambah modal usaha. Karena itu dia bisa menambah jumlah produksi ubi secara perlahan.

Buang Seluruh Opak karena Berjamur

Menjalankan bisnis pembuatan opak tidaklah mudah. Lina bercerita suatu ketika pernah membuang seluruh produksinya karena berjamur.

Dalam menghasilkan opak yang berkualitas dan enak, kata dia, sangat tergantung pada cuaca. Hujan tidak bersahabat dengan pembuat opak.

Bukan hanya opak yang rusak ketika kena hujan, rigen atau tatakan tempat menjemur opak ikut rusak.

"Opak kan berjamur, pelepahnya juga begitu rusak, setiap tahun pasti pernah mengalami itu. Satu tahun rata-rata kami menempah pelepah tiga kali. Kalau nggak bisa ganti semua, kita gantinya cicil. Suka duka usaha ini begitu. Bulan 9 sampai 12 selalu mengalami begitu, kalau satu hari tak kering cepat rusak. Musim hujan lebih bagus nggak produksi, tapi langganan pula musim hujan yang menggedor-gedor. saya kasi paham, memang tak bisa," tuturnya.

"Opak rusak berjamur terpaksa dibuang semua, pernah begitu. Waktu itu saya hanya bisa nangis," kisahnya.

Lina pernah mencoba mengganti panas matahari untuk menjemur opak dengan oven. Hasilnya tak sebagus panas matahari dan mempengaruhi rasa opak menjadi tidak enak. "Pernah pakai oven pernah dicoba, hasil tak bagus," bilangnya.

Ajukan KUR ke BRI Secara Bertahap

Tiga tahun berselang dan ketika modalnya sudah lebih banyak, Lina memberanikan diri mengajukan kredit usaha rakyat (KUR) ke BRI. Dia berharap dengan KUR usahanya dapat lebih berkembang.

"Pertama ambil KUR Rp 10 juta. Saya mau tambah produksi makanya beranikan ambil KUR," tuturnya.

Perlahan jumlah ubi yang diolah menjadi opak bertambah mulai dari 20 kg hingga sekarang Rp 120 kg per hari. Seiring dengan bertambahnya jumlah produksi, KUR yang diambilnya ke BRI meningkat.

"Total 4 kali sudah ambil KUR, pertama Rp 10 juta, kemudian Rp 20 juta, Rp 25 juta. Terakhir saya ambil Rp 50 juta. KUR terakhir diambil untuk beli aset, kami beli tanah biar kelihatan hasil kerjanya," katanya.

Pendapatan yang diperoleh Lina dari membuat opak ini cukup untuk menopang perekonomian keluarganya. Di saat bersamaan suaminya tetap memiliki penghasilan dari bekerja.

"Sekarang suami sopir antar-antar barang. Kalau pendapatan hanya dari bisnis ini cuma cukup untuk makan. Jadi pendapatan suami untuk biaya makan sehari-hari, pendapatan dari opak ini untuk kebutuhan anak sekolah dan yang lain," ungkapnya.

Mantri BRI Cabang Deli Tua, Desi Saragih, mengatakan Opak Ubi Srikandi Candi Rejo, merupakan klaster usaha binaan BRI. Dia menyebut ada beberapa keluarga yang memproduksi opak di rumahnya masing-masing.

"Di sini (Desa Candi Rejo) klaster usaha opak. Sekitar 15 keluarga yang memproduksi opak di sini," katanya.

Proses penjemuran opak (Andika Syahputra/detikcom)Proses penjemuran opak (Andika Syahputra/detikcom)

BRI Targetkan Rp 165 T Penyaluran KUR

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pihaknya menargetkan penyaluran RP 165 triliun Kredit Usaha Rakyat (KUR) sepanjang 2024. Dia bahkan optimis target tersebut tercapai paling lama September mendatang.

"Untuk tahun ini kami akan salurkan KUR kepada lebih dari 3,7 juta nasabah dari pipeline sebanyak 7 juta. (Selain itu), Kami juga sudah siapkan nasabah-nasabah lama kami kurang lebih 2 juta kita akan naikkelaskan," ujarnya dilansir dari laman resmi BRI.

Optimisme tersebut tak lepas dari strategi yang telah disusun perseroan utamanya terkait percepatan graduasi atau upaya menaikkelaskan nasabah eksisting, dan perluasan jangkauan penerima baru.

Target ini lebih tinggi dibanding pencapaian 2023 yang mana BRI telah menjangkau 3,4 juta nasabah dengan 2,2 juta di antaranya merupakan nasabah baru. Sementara, BRI telah menaikkelaskan nasabah KUR eksisting sebesar 1,7 juta.

Sunarso menambahkan bahwa BRI akan terus mengupayakan percepatan graduasi dan meraih jangkauan yang lebih luas dengan mengedepankan program pemberdayaan. Artinya ini merupakan langkah transformasi dari fokus pembiayaan dan skema subsidi bunga yang selama ini diterapkan pada KUR generasi kedua yang sudah berjalan kurang lebih 10 tahun. Hal ini bertujuan agar penerima KUR tak hanya semakin bertambah jumlah, namun juga kualitas nasabah turut meningkat.




(astj/astj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads