Terpuruk Usai Ditipu, Bangkit Berkat KUR BRI

Terpuruk Usai Ditipu, Bangkit Berkat KUR BRI

Andika Syahputra - detikSumut
Selasa, 23 Apr 2024 07:15 WIB
Muhammad Asad pelaku UMKM Handcraft dan Home Decor di Kota Medan (Andika Syahputra/detikcom)
Foto: Muhammad As'ad pelaku UMKM Handcraft dan Home Decor di Kota Medan (Andika Syahputra/detikcom)
Medan - Dua orang pria tengah sibuk membolak-balikkan kursi rotan sambil memegang alat di tangan kanannya. Kedua pekerja di Handcraft dan Home Decor milik Muhammad As'ad saat itu tengah sibuk melakukan finishing kursi rotan sebelum siap edar.

Aktivitas tempat usaha Muhammad As'ad kembali normal pada Kamis 18 April 2024. Semua pekerja telah kembali aktif pasca libur panjang Idul Fitri.

Agar lebih semangat bekerja, Rudi salah satu pekerja memilih memutar lagu. Ponsel dari kantong celana dikeluarkannya. Suara musik dari ponsel Rudi bertabrakan dengan suara mesin yang dipakai untuk menyelesaikan finishing kursi rotan sebelum siap edar.

"Begini kegiatan teman-teman kalau lagi kerja. Ada suara musik, ada suara mesin. Di sini rumah sekalian gudang dan tempat finishing. Kalau proses pembuatan dari awal ada di tempat lain, belakang rumah ini juga," ujar As'ad ketika berbincang dengan detikcom di kediamannya di Jalan Titi Papan Gang Pemuda, Medan.

Produk home decor dan handcraft yang dihasilkan di tempat usaha Muhammad As'ad tidak sembarangan. Hasil karyanya sering diekspor ke luar negeri. Eksistensi produk craft di Medan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Produk dengan nilai jual tinggi terus dihasilkan.

Bukan hanya kursi, banyak barang lain yang bisa diproduksi Muhammad As'ad dengan bahan dasar rotan mulai dari meja, ayunan, kursi goyang, piring dan sebagainya. "Sebenarnya semua bisa kita buat tergantung orderan. Kalau pekerja total di sini ada 12," ungkapnya.

Pekerja di Handcraft dan Home Decor M As'ad sedang melakukan finishing pembuatan kursi (Andika Syahputra/detikcom)Pekerja di Handcraft dan Home Decor M As'ad sedang melakukan finishing pembuatan kursi (Andika Syahputra/detikcom)

Jalankan Usaha Warisan Orang Tua

As'ad bercerita usaha yang dijalaninya kini merupakan warisan dari orang tua. Dia melanjutkan usaha yang telah dirintis orang tuanya sejak tahun 1960-an.

"Mulai usaha, saya hanya meneruskan dari orang tua. Usaha ini berdiri sekitar (19)60 - (19)70-an itu orang tua. Waktu itu di depan (Jalan Gatot Subroto). Saya pegang sendiri mulai 2002, dari saya lajang," tuturnya.

Produk yang dihasilkan As'ad tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, tapi juga ke luar negeri. "Pasar kita kebanyakan di Pulau Sumatera, tapi ada juga yang ke luar negeri, ekspor, melalui pihak ketiga," katanya.

Demi menghasilkan produk yang bagus, dia pun tidak sembarang memilih bahan baku. Rotan berkualitas pun dipilih, ada yang berasal dari Jawa dan perajin lokal di Sumatera Utara. "Ada agen (bahan baku) di sini juga, saya ada juga ambil dari Pulau Jawa, bahan sintetis dari Jawa, dari Sumatera Utara ada juga, di Pulau Jawa produknya harganya lebih murah," katanya.

Tapi untuk menghasilkan produk ekspor, tidak bisa sembarang bahan baku yang digunakan. Sebab, ada standar yang diberikan oleh eksportir yang akan mengirim produknya ke luar negeri.

Karena tidak setiap saat bahan baku rotan berkualitas tersedia. Permintaan ekspor tak sepenuhnya bisa dipenuhi As'ad. Terkadang eksportir yang bekerja sama dengannya itu ikut membantu mencari bahan baku berkualitas. Dengan begitu permintaan ekspor dapat dipenuhi.

Keuntungan yang didapat As'ad ketika produknya diekspor lebih banyak. Dia mencontohkan produk ketika di pasar lokal dihargai Rp 1 juta, ketika ekspor harganya mencapai Rp 3 juta.

"Kalau ekspor harganya lebih mahal, kalau di sini pasar lokal Rp 1 juta, ekspor bisa Rp 3 juta, tapi kualitas bahan lebih bagus. Kita kalau ekspor ini memang dari komersil rupiah lumayan," jelasnya.

Meski begitu As'ad tetap memprioritaskan di dalam negeri karena tidak ingin mengecewakan pelanggan. "Kalau semua diekspor pelanggan di sini tidak kebagian, marah mereka nanti," tuturnya.

Ketika hasil kerajinan miliknya diekspor, merek yang digunakan adalah milik eksportir. "Ke luar negeri tidak langsung, tapi ada buyer. Tapi buyer ganti merek mereka. Saya rasa masih Asia, tapi mereka beli barang ini dan bilang untuk ekspor," bilang As'ad.

Di masa mendatang As'ad punya rencana untuk mengekspor sendiri. Ada beberapa pertimbangan yang masih dipikirkannya terutama soal bahan baku.

"Rencana ke sana ada (ekspor sendiri), tapi belum dulu. Cuma agak ribet, karena mencari kualitas bahan baku untuk ekspor agak mahal dan agak sulit, karena ekspor pakai jatuh tempo, terlambat kontainer kita bisa kena denda, sementara kita terkendala bahan baku yang sulit didapat misalnya. Selain itu modal juga pas-pasan, karena ini kan industri rumahan. Mungkin kalau pabrik bisa karena bahan bakunya mungkin mereka tercukupi," katanya.

Pernah Dibayar Pakai Giro Kosong

Pahit manis, asam dan garam, sudah dirasakan Muhammad As'ad selama 20 tahun lebih menggeluti bisnis. Suatu ketika dia pernah terpuruk akibat tertipu puluhan juta rupiah, namun bisa kembali bangkit berkat pinjaman kredit usaha rakyat (KUR).

KUR tersebut membuat dia punya kembali uang untuk memulai kembali menerima orderan lalu kemudian bisa bangkit. Tidak mudah memang, tapi itu berhasil dilalui.

As'ad bercerita suatu ketika dia mendapatkan pesanan senilai Rp 45 juta. Pembeli tersebut membayar dengan selembar giro. Ternyata giro tersebut kosong, uang Rp 45 juta untuk membayar tagihannya tidak bisa diambil. "Pembayaran pernah pakai giro Rp 45 juta, ternyata kosong giro nya, tahun 2016-2017," katanya.

Waktu itu orderan Rp 45 juta datang dari sebuah perusahaan di Kota Medan, As'ad tak menyangka giro yang diterimanya kosong. "Pengiriman dalam kota, perusahaan itu kebetulan lagi colaps, sejak itu saya goyang," ungkapnya.

Walaupun berat As'ad mencoba mengikhlaskan itu semua. As'ad tak mau lama-lama terpuruk dan harus bangkit karena ada tanggung jawab anak dan istri. 12 pekerja juga mencari rezeki dengan bekerja bersamanya. "Mau gimana lagi risiko bisnis, dianggap hangus aja, ikhlas," sebutnya.

Bangkit Setelah Dapat KUR BRI

Namun, ketiadaan modal yang habis karena giro kosong menjadi kendala. Pikirannya kemudian kemudian tertuju ke KUR BRI. As'ad sudah menjadi nasabah KUR BRI sejak 2014. "Ditotal sudah 5 kali (KUR BRI), terakhir ngambil Rp 75 juta," katanya.

Dengan ada modal di tangan dari KUR dan dukungan istri serta anak, As'ad berusaha bangkit. "Kebetulan order langsung masuk jadi bismillah aja, waktu itu saya pinjam ke bank terasa waktu itu goyangnya dua bulan," lanjut dia.

Tak ingin kejadian itu terulang kembali, As'ad tidak lagi mau menerima pembayaran giro sejak saat itu. Jika pun ada harus ada jaminan senilai pesanan.

"Kalau ada yang mau bayar giro saya minta jaminan, kayak BPKB mobil, kita minta di kwitansi lagi, kwitansi jual beli. Bukan saya mau menguasai, kalau nanti sudah masuk dana nya waktu jatuh tempo, saya kembalikan jaminannya," ucapnya.

M As'ad saat memperlihatkan bahan baku rotan yang dijadikan handmade dan home decor (Andika Syahputra/detikcom)M As'ad saat memperlihatkan bahan baku rotan yang dijadikan handmade dan home decor (Andika Syahputra/detikcom)

Bisnis Tak Terpengaruh Pandemi COVID-19

Tidak seperti usaha lain yang terpuruk di masa pandemi COVID-19. Bisnis milik As'ad justru tidak begitu terpengaruh dengan pandemi. Di saat banyak pelaku usaha yang gulung tikar, As'ad justru kebanjiran orderan. Dia merasa pandemi tidak begitu berpengaruh ke usahanya.

"Mungkin di awal-awal aja pengaruhnya, sekitar seminggu waktu ada PPKM. Setelah itu normal lagi, orderan ada, pengiriman lancar," katanya.

Menurutnya pandemi COVID-19 ditakuti oleh masyarakat yang tinggal di Kota. Sedangkan di daerah pedesaan tidak. Buktinya agen langganannya di Jambi terus memesan barang. Barangnya kemudian dipasarkan ke sejumlah wilayah mulai hingga Palembang dan Lampung.

"Kalau agen bilang di daerah, kampung-kampung tak begitu pengaruh COVID-19. Mereka kan jual di daerah, jadi alhamdulillah tetap bisa jalan," ungkapnya.

Nikmat itu pun disyukurinya, sehingga As'ad tidak perlu harus merumahkan 12 pekerja. Ketika satu minggu dirumahkan dan tak bekerja, dia terpikir tentang kehidupan masing-masing keluarga pekerjanya. "Lama-lama merumahkan pegawai jadi beban juga, pikiran. Alhamdulillah semua terlewati," bilangnya.

Produk yang dihasilkan As'ad rata-rata dijual ke agen yang ada di luar kota. Selain itu produk yang dibuat juga terkadang mengikuti pesanan dari pelanggan. Rata-rata pelanggan As'ad adalah toko yang menjualnya secara langsung ke pembeli.

Bambang, salah satu pelanggan As'ad yang ada di Provinsi Jambi. Dia sudah lebih dari lima tahun menjalin kerja sama dengan As'ad.

"Saya orang Medan, kenal (As'ad) sewaktu masih di Medan. Jadi di Jambi buka usaha, salah satunya jual produk dia. Penjualan lumayan, peminat di daerah cukup banyak," jelasnya.

Selain memiliki toko di Jambi, Bambang juga punya toko yang sama di Lampung. Tokonya di ujung Pulau Sumatera itu juga turut menjual hasil kerajinan As'ad. "Hasil produknya bagus, harga bersaing. Pengiriman memang dilakukan dalam jumlah besar dengan ekspedisi, rentan waktu pemesanan tidak bisa dipastikan karena tergantung ketersediaan barang," ungkapnya.

Sudah 2 Tahun Jadi Merchant BRI

Kembali ke As'ad, dia tidak hanya menjual produk jadi tapi juga menjual bahan baku rotan. Ada beberapa perajin dari luar Medan yang menjadi langganannya.

Hari itu ada pelanggan As'ad dari Binjai yang datang mengendarai mobil pikap. Mereka ingin menjemput bahan baku rotan yang sudah dipesan sebelumnya.

Tiga orang pekerja As'ad terlihat sibuk memindahkan rotan tersebut ke pikap. Setelah selesai pembeli rotan yang diketahui bernama Rina pun akan melakukan pembayaran. "Bisa bayar transfer, bisa juga ini QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard)," ujar As'ad ke Rina sembari menunjukkan barcode QRIS BRI miliknya.

Rina kemudian membuka ponsel miliknya dan melakukan pembayaran melalui QRIS. "Sudah ya bang," kata Rina yang dijawab terima kasih oleh As'ad.

As'ad bercerita dia sudah dua tahun terakhir menjadi merchant BRI. Hal itu didapatnya ketika dia mengikuti pameran ketika HUT BRI. "Waktu itu diajak BRI ikut pameran, mereka nawari buat QRIS, langsung dibuat. Memang tidak sering orang bayar QRIS, kalau tidak QRIS bisa transfer ke rekening BRI saya. Ini untuk memudahkan pelanggan saja," sebutnya.

Pemkot Medan Dukung UMKM Naik Kelas

Pemeritah Kota Medan mendukung pelaku UMKM untuk naik kelas dan berkembang. Guna mendukung hal itu, ASN di lingkungan Pemkot Medan dijadikan pasar pelaku UMKM.

Wali Kota Medan Bobby Nasution mendorong agar UMKM masuk ke dalam katalog elektronik Pemkot Medan. Dengan begitu nantinya UMKM akan dilibatkan untuk pada setiap kegiatan.

"Kita dorong UMKM ini masuk ke katalog Pemkot Medan supaya mendapatkan pesanan. Bukan hanya makanan tapi produk UMKM yang lain," tuturnya.

BRI Targetkan Rp 165 T Penyaluran KUR

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pihaknya menargetkan penyaluran RP 165 triliun Kredit Usaha Rakyat (KUR) sepanjang 2024. Dia bahkan optimis target tersebut tercapai paling lama September mendatang.

"Untuk tahun ini kami akan salurkan KUR kepada lebih dari 3,7 juta nasabah dari pipeline sebanyak 7 juta. (Selain itu), Kami juga sudah siapkan nasabah-nasabah lama kami kurang lebih 2 juta kita akan naikkelaskan," ujarnya dilansir dari laman resmi BRI.

Optimisme tersebut tak lepas dari strategi yang telah disusun perseroan utamanya terkait percepatan graduasi atau upaya menaikkelaskan nasabah eksisting, dan perluasan jangkauan penerima baru.

Target ini lebih tinggi dibanding pencapaian 2023 yang mana BRI telah menjangkau 3,4 juta nasabah dengan 2,2 juta di antaranya merupakan nasabah baru. Sementara, BRI telah menaikkelaskan nasabah KUR eksisting sebesar 1,7 juta.

Sunarso menambahkan bahwa BRI akan terus mengupayakan percepatan graduasi dan meraih jangkauan yang lebih luas dengan mengedepankan program pemberdayaan. Artinya ini merupakan langkah transformasi dari fokus pembiayaan dan skema subsidi bunga yang selama ini diterapkan pada KUR generasi kedua yang sudah berjalan kurang lebih 10 tahun. Hal ini bertujuan agar penerima KUR tak hanya semakin bertambah jumlah, namun juga kualitas nasabah turut meningkat.


(astj/astj)


Hide Ads