Tradisi Mangalomang Masyarakat Madina, Ajang Silaturahmi Menyambut Lebaran

Tradisi Mangalomang Masyarakat Madina, Ajang Silaturahmi Menyambut Lebaran

Dostry Amisha - detikSumut
Jumat, 05 Apr 2024 18:30 WIB
Salah seorang warga di Kabupaten Madina saat mangalomang. Foto: Finta Rahyuni/detikSumut
Salah seorang warga di Kabupaten Madina saat mangalomang. (Foto: Finta Rahyuni/detikSumut).
Medan -

Masyarakat Sumatera Utara (Sumut) memiliki banyak tradisi kebudayaan. Salah satu di antaranya adalah tradisi mangalomang oleh masyarakat Mandailing Natal (Madina).

Mangalomang atau membuat lemang sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Madina dalam setiap lebaran. Lemang dijadikan sebagai hidangan wajib di hari raya Idul Fitri terutama pada hari pertama lebaran.

"Iya sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Madina dan ini dalam setiap sesi lebaran nggak akan nggak ada menu itu sama seperti tradisi-tradisi dari etnis lain misalnya yang harus ada ketupat, kemudian harus ada opor, dan sebagainya begitu, jadi ini juga memang hidangan wajib ketika lebaran tiba," kata Dosen Ilmu Sejarah Universitas Sumatera Utara, M. Azis Rizky Lubis kepada detikSumut, Selasa (2/4/2024).

Azis mengatakan lemang yang dihidangkan dimakan bersamaan dengan tapai pulut dan selai. Biasanya lemang juga dicampur dengan sedikit durian dan nangka.

"Campuran atau teman dalam makan lemang ini adalah bisa tapai pulut dan juga selai. Jadi dia dimakan dengan itu, selainya juga dicampur dengan sedikit durian ada juga nangka dan sebagainya," lanjutnya.

Menurut Azis, tradisi mangalomang masyarakat Madina sudah mendapat pengaruh dari Sumatera Barat. Bila dilihat secara geografis, Madina sangat dekat dengan Sumatera Barat.

"Di wilayah Mandailing Natal sendiri tradisi mangalomang ini kalau kita lihat dari geografis wilayah ini dia mendapatkan pengaruh dari Sumatera Barat. Karena secara geografis, Sumatera Barat dengan Mandailing Natal itu sangat dekat dan Mandailing Natal juga mendapatkan cukup banyak pengaruh di bidang budaya dan tradisi dari Sumatera Barat sehingga budaya-budaya tersebut mendapatkan akulturasi dan asimilasi budaya pada tempat yang baru," sebutnya.

Azis menyebut tradisi mangalomang yang dilakukan masyarakat Madina setiap menjelang lebaran belum dapat dipastikan sejak kapan. Namun, tradisi mangalomang diperkirakan ada sejak lama karena pengaruh kebudayaan Sumatera Barat sudah lama mengisi kebudayaan Mandailing.

"Untuk penelusuran tradisi ini mulai kapan cukup sulit, saya juga mengecek di beberapa website Belanda seperti KITLV, Delpher, dan juga langsung dari Perpustakaan Medan University. Itu kita tidak temukan arsip-arsip baik itu tertulis maupun foto tentang penyebutan ini di wilayah masyarakat Mandailing meskipun memang penyebutan kata Mandailing ini sudah ada bahkan sejak abad 13 dan 14 terutama di dalam Kitab Negarakertagama dan juga terutama pada saat pengucapan sumpah palapa yang diucapkan oleh Patih Gajah Mada," sebutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nah jadi kapan pemulaiannya kita tidak dapat pastikan tetapi tradisi ini saya kira sudah sangat lama karena pencampuran dan juga pengaruh kebudayaan Sumatera Barat itu juga sudah berlangsung lama mengisi kebudayaan Mandailing dari dulu hingga sekarang," tambahnya.

Bukan hanya sebagai panganan khas ketika lebaran, secara filosofis tradisi mangalomang menjadi ajang silaturahmi antar sesama anggota kelompok masyarakat. Tradisi mangalomang juga memperkuat rasa kemasyarakatan dan rasa sosial antar sesama anggota.

ADVERTISEMENT

Artikel ini ditulis Dostry Amisha, mahasiswa peserta magang merdeka di detikcom.




(dhm/dhm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads