Belajar Otodidak, Suardi Raden Sukses Bertani Hidroponik hingga Jadi Mentor

Andika Syahputra - detikSumut
Sabtu, 23 Mar 2024 07:15 WIB
Foto: Suardi Raden, petani Hidroponik di Medan. (Foto: Dok. Pribadi Suardi)
Medan -

Suardi Raden kini dikenal sebagai salah satu petani hidroponik sukses di Kota Medan. Dia kerap diminta memberikan pelatihan kepada orang yang baru mulai dan tertarik ke berbagai daerah.

Tapi siapa sangka, Suardi memulai belajar bertani hidroponik secara otodidak. Dia membaca buku dan menonton konten tentang bertani hidroponik.

Lantai dua rumah Suardi yang terletak di Jalan Bromo, Lorong Amal, Kecamatan Medan Area, disulap menjadi lahan pertanian hidroponik. Barang-barang bekas dipakainya untuk menjadi media tanam.

Sedangkan lantai dasar rumah disulapnya menjadi kafe dan tempat memajang berbagai produk hasil karyanya.

"Saya mulai beralih ke hidroponik tahun 2014, saya ilmunya belajar sendiri, otodidak," ujarnya saat berbincang dengan detikcom Rabu 20 Maret 2024.

Sebelum menekuni dunia hidroponik, Suardi adalah kontraktor bidang IT. Namun, usahanya itu bangkrut di tahun 2013.

Bukan memilih bangkit kembali di usaha itu, Suardi memilih banting setir ke dunia hidroponik. Padahal dia tidak punya ilmu sama sekali tentang pertanian kala itu.

Lahan Hidroponik yang milik Suardi Raden. (Andika Syahputra/detikcom) Foto: Lahan Hidroponik yang milik Suardi Raden. (Andika Syahputra/detikcom)

Bersama istrinya Rahmayeti, Suardi pun perlahan belajar tentang hidroponik. Di sat bersamaan Suardi mendapat tawaran bekerja di perusahaan setelah usaha bangkrut, dia lebih memilih menekuni hidroponik.

Ada satu prinsip yang dipegang Suardi sedari dulu, dia tidak ingin menjadi pekerja. Kondisi terpuruk dia tetap konsisten memegang prinsip tersebut.

"Saya dan istri tak ikut pelatihan, belajar sendiri. Kalau ditanya modalnya, semua barang udah sekolah (digadaikan), mobil sekolah, sepeda motor sekolah, anak pun mau sekolah. Semua disekolahkan," katanya berkisah.

Keterpurukan kala itu membuatnya terus berinovasi, tak ada rasa menyerah. Walaupun di awal hasil pertanian hidroponik sempat gagal karena tanaman kurang diberi nutrisi dan juga diserang hama.

"Kalau ditanya banyak, dihitung secara detail Rp 100 juta lebih. Sebelum utang udah jalan hydroponik, ya udah dapat. Itu sebenarnya masih kurang, tapi kurang, kalau modal cukup. tapi bukan hanya modal, butuh makan, anak sekolah dan lain-lain," katanya

Setelah gagal pada percobaan pertama, percobaan tanam kedua hasilnya cukup baik. Sebab, Suardi sudah melakukan beberpa perbaikan khususnya soal nutrisi tanaman.

Hasil panen yang didapat saat itu tidak langsung dijual, dia lebih memilih untuk memberikan kepada tetangga dan kerabat. Padahal di waktu bersamaan, akibat usahanya hancur dia punya kewajiban membayar utang.

"Kita harus mutar otak untuk bayar semua utang, di saat itu setiap bulan harus bayar Rp 9 juta bayar utang (cicilan). Waktu itu nggak ada hitung-hitungan matematika, saya udah terbiasa jatuh bangun karena kontraktor, udah biasa. Ini udah jauh kali perbandingannya, dari kontraktor IT ke dunia pertanian hidroponik," katanya.

Selengkapnya di Halaman Berikutnya...




(astj/astj)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

detikNetwork