Surianto Naik Kelas dari Reparasi Jadi Produksi Sepatu dan Sandal

Surianto Naik Kelas dari Reparasi Jadi Produksi Sepatu dan Sandal

Andika Syahputra - detikSumut
Senin, 18 Mar 2024 08:10 WIB
Surianto menunjukkan sepatu hasil produksinya. (Andika Syahputra/detikcom)
Surianto menunjukkan sepatu hasil produksinya. (Andika Syahputra/detikcom)
Medan -

Tangan Surianto memegang jarum yang perlahan ditusuk ke sepatu. Sekeliling tapak sepatu yang lekang itu pun selesai dijahit dalam waktu singkat.

Ya, pada Senin 11 Maret 2024 kemarin, Surianto mengawali aktivitasnya dengan menjahit sepatu pelanggan yang diterima sehari sebelumnya. Baru 30 menit toko dibuka, dia kedatangan seorang pria yang membawa dua pasang sepatu untuk dilem kembali karena sudah lekang.

"Bisa dilem sepatu ini bang," kata seorang pria yang datang ke toko Surianto.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bisa," jawab Surianto sembari melihat-lihat dari dekat kondisi dua pasang sepatu. Sejurus kemudian dia pun menyampaikan biaya yang harus dibayarkan oleh sang pemilik sepatu.

"Biayanya Rp 40 ribu dua pasang sepatu ini. Besok selesainya ya," sahut Surianto yang di-oke kan pemilik sepatu.

ADVERTISEMENT

Transaksi pun terjadi, pemilik sepatu mengeluarkan uang pecahan Rp 50 ribu dari dompet untuk diberikan ke Surianto. "Sudah pas kan aja, tapi buat bagus ya bang. Jangan lekang lagi, kemarin saya lem sendiri tapi masih lekang juga," tutur si pemilik sepatu.

Selain mengerjakan reparasi sepatu, tempat usaha Surianto yang diberi nama UD Tarida di Jalan STM, Medan, juga menerima tempahan sepatu kulit. "Mau sekedar lem atau jahit kita terima," kata dia saat berbincang dengan detikcom.

Aktivitas UD Tarida yang berada di sebuah toko berukuran sekitar 1,5 x 5 meter masih sepi. Dua orang pekerja yang ikut membantu Surianto mengerjakan pesanan belum tiba.

"Sekarang ini ada dua pekerja di sini, mereka bantu produksi sepatu dan sandal," katanya.

Sepatu sneakers kulit produksi Surianto (Andika Syahputra/detikcom)Sepatu sneakers kulit produksi Surianto (Andika Syahputra/detikcom)

Surianto memang setiap hari selalu datang lebih pagi baik ketika Ramadan ataupun tidak. Dia percaya rezeki yang akan diterimanya lebih baik ketika memulai aktivitas di pagi hari.

Reparasi sepatu selesai, Surianto melanjutkan pekerjaannya dengan mengerjakan orderan tempahan sepatu. Tidak seperti sebelum pandemi Covid-19, orderan tempah sepatu sedikit menurun.

Minimal orderan yang diterimanya enam pasang sepatu kulit setiap hari sebelum pandemi melanda. Akibat pandemi orderan baik secara individual atau pun instansi turun drastis.

"Biasanya momen mau Idul Fitri ini orderan ada, perorangan ada, instansi ada juga. Sebelum pandemi bisa 6 pasang sepatu yang diproduksi untuk orderan perorangan, setelah pandemi belum sepenuhnya pulih. Itu di luar orderan partai besar instansi pemerintah," katanya.

Mensiasati itu dia pun mencoba melakukan inovasi dengan membuat sepatu tempahan sneakers berbahan kulit. Sebab, Aparatur Sipil Negara (ASN) sudah banyak yang memakai sneakers untuk bekerja.

ASN diakuinya menjadi salah pasar untuk memasarkan hasil produksinya. Oleh karena itu dia ingin mengikuti perkembangan zaman.

"Karena itu coba buat sneakers berbahan kulit, baru dibuat contoh, bulan lalu. ASN pakai sneakers karena nyaman dan ringan dan cocok dipakai kerja. Makanya kami juga buat seperti itu untuk mengikuti perkembangan," tuturnya.

ASN atau instansi pemerintahan menjadi salah satu pasar yang harus dijaga. Karena beberapa kali dia mendapat orderan dari dinas-dinas pemerintah daerah baik di Medan ataupun luar Medan.

"Pernah dapat orderan ratusan pasang dari Binjai, untuk dibagi-bagi ke ASN. Jadi pasar ASN atau instansi itu tetap dijaga, makanya diproduksi sneakers berbahan kulit," lanjut dia.

Di luar itu, tempahan membuat sepatu kulit pantofel tetap dikerjakan. Apalagi Surianto memiliki langganan dari Nias, Pekanbaru dan beberapa wilayah lain.

"Sandal tempahan ada juga dibuat. Kalau sepatu kisaran harga Rp 400 ribu per pasang, dan Rp 200 ribu untuk sandal. Sekarang orderan yang rutin itu dari Nias ada grosir langganan di sana, mereka setiap bulan pesan 70 sampai 100 pasang," ungkapnya.

Sebelum menerima pesanan atau tempahan sepatu, dia mengawali semuanya dari mereparasi sepatu dan sandal. Dengan modal Rp 10 juta di awal 2000-an dia memberanikan diri membuka konveksi sepatu kulit.

"Modal awal dulu Rp 10 juta. Kenal sepatu mulai 1996, masih kerja sama orang waktu itu. 2002 karena kebutuhan keluarga banyak, kebetulan udah nikah juga makanya mulai buka usaha sendiri," ucap dia.

Perkembangan bisnisnya tidak bisa dipisahkan dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI. Dengan adanya KUR bunga rendah, dia sangat terbantu.

Apalagi ketika ada pembayaran langganan yang dilakukan menyicil terhambat, pinjaman yang diambilnya dapat menjaga perputaran uang

"Ambil KUR pertama kali 2015 mulai dari Rp 25 juta, terakhir Rp 30 juta," katanya.

Sepatu kulit yang hasil tangan UMKM Medan. (Andika Syahputra/detikcom)Sepatu kulit yang hasil tangan UMKM Medan. (Andika Syahputra/detikcom)

ASN Kota Medan Jadi Pasar UMKM

Pemeritah Kota Medan mendukung pelaku UMKM untuk naik kelas dan berkembang. Guna mendukung hal itu, ASN di lingkungan Pemkot Medan dijadikan pasar pelaku UMKM.

"Selain memberikan pelatihan, bantuan modal, dan peralatan, Pemkot Medan juga telah menjadi pasar bagi produk UMKM," ujar Wakil Wali Kota Medan, Aulia Rachman, dikonfirmasi terpisah.

Aulia mendorong agar UMKM masuk ke dalam katalog elektronik Pemkot Medan. Dengan begitu nantinya UMKM akan dilibatkan untuk pada setiap kegiatan.

"Kita dorong UMKM ini masuk ke katalog Pemkot Medan supaya mendapatkan pesanan. Bukan hanya makanan tapi produk UMKM yang lain," tuturnya.

Pemkot Medan, kata Aulia, telah mengeluarkan instruksi kepada seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) agar menggunakan produk dari hasil pelaku UMKM untuk pengadaan sepatu dinas.

"Pengadaan sepatu dinas bagi OPD di lingkungan Pemkot Medan harus menggunakan produk UMKM," katanya.

BRI Targetkan Rp 165 T Penyaluran KUR

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pihaknya menargetkan penyaluran RP 165 triliun Kredit Usaha Rakyat (KUR) sepanjang 2024. Dia bahkan optimis target tersebut tercapai paling lama September mendatang.

"Untuk tahun ini kami akan salurkan KUR kepada lebih dari 3,7 juta nasabah dari pipeline sebanyak 7 juta. (Selain itu), Kami juga sudah siapkan nasabah-nasabah lama kami kurang lebih 2 juta kita akan naikkelaskan," ujarnya dilansir dari laman resmi BRI.

Optimisme tersebut tak lepas dari strategi yang telah disusun perseroan utamanya terkait percepatan graduasi atau upaya menaikkelaskan nasabah eksisting, dan perluasan jangkauan penerima baru.

Target ini lebih tinggi dibanding pencapaian 2023 yang mana BRI telah menjangkau 3,4 juta nasabah dengan 2,2 juta di antaranya merupakan nasabah baru. Sementara, BRI telah menaikkelaskan nasabah KUR eksisting sebesar 1,7 juta.

Sunarso menambahkan bahwa BRI akan terus mengupayakan percepatan graduasi dan meraih jangkauan yang lebih luas dengan mengedepankan program pemberdayaan. Artinya ini merupakan langkah transformasi dari fokus pembiayaan dan skema subsidi bunga yang selama ini diterapkan pada KUR generasi kedua yang sudah berjalan kurang lebih 10 tahun. Hal ini bertujuan agar penerima KUR tak hanya semakin bertambah jumlah, namun juga kualitas nasabah turut meningkat.




(astj/astj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads