Kabupaten Asahan pada hari ini 15 Maret 2024 ini genap berusia 78 tahun. Bertepatan dengan mayoritas umat Islam sedang puasa di bulan Ramadan 1445 H, tidak ada gelaran perayaan pesta dan selebrasi meriah digelar pemerintah setempat layaknya yang digelar setiap tahun sebagaimana biasanya.
Peringatan Hari Jadi ke-78 Kabupaten Asahan ini hanya ditandai dengan kegiatan paripurna istimewa di yang digelar gedung DPRD Asahan.
Dilansir detikSumut dari website resmi portal pemerintah daerah Kabupaten Asahan, asahankab.go.id, wilayah Asahan sebenarnya telah ada sejak zaman kesultanan Perjalanan Sultan Aceh "Sultan Iskandar Muda" ke Johor dan Malaka pada tahun 1612 dan saat itu beristirahat di sebuah hulu sungai yang bernama Asahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam lintasan sejarah, perjalanan Sultan Iskandar Muda ke sebuah penjuru wilayah Asahan itu yang dikenal sebagai "Tanjung" menjadi titik penting dalam pembentukan wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Tanjungbalai (dulunya merupakan wilayah Asahan).
Tanjung ini terletak di pertemuan antara sungai Asahan dan sungai Silau, di mana Sultan Iskandar Muda bertemu dengan Raja Simargolang. Di tempat ini, kemudian didirikan sebuah balai yang berfungsi sebagai tempat audiensi dan berdiskusi, yang kemudian berkembang menjadi sebuah perkampungan. Wilayah ini tumbuh menjadi pusat perdagangan vital, menghubungkan Aceh dan Malaka.
Dari pernikahan Sultan Iskandar Muda dengan putri Raja Simargolang, lahirlah Abdul Jalil, yang kelak menjadi Sultan Asahan I dan membuka babak baru dalam sejarah Kesultanan Asahan yang dimulai pada tahun 1630.
Pemerintahan ini terus berlanjut hingga Sultan Asahan XI. Wilayah Asahan dan Batu Bara pada masa itu juga diperintah oleh datuk-datuk, menandakan struktur pemerintahan yang kompleks, termasuk kemungkinan adanya kerajaan-kerajaan kecil lain.
Pada 22 September 1865, kolonial Belanda berhasil menguasai Kesultanan Asahan. Dengan kekuasaan ini, Belanda mengatur pemerintahan melalui seorang Kontroler, sesuai dengan Gouverments Besluit tertanggal 30 September 1867, yang juga membagi wilayah pemerintahan menjadi tiga bagian: Onder Afdeling Batu Bara, Asahan, dan Labuhan Batu.
Meski pemerintahan Kesultanan dan Datuk-Datuk Batu Bara tetap diakui, mereka kehilangan kekuasaan penuh yang pernah mereka miliki.
Ketika Jepang mengalahkan Belanda pada 13 Maret 1942, struktur pemerintahan berubah lagi dengan Jepang mengambil alih.
Pemerintahan Jepang berakhir pada 14 Agustus 1945, dan tak lama setelah itu, tepatnya pada 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.
Sejalan dengan pembentukan tatanan negara Republik Indonesia, UU Nomor 1 Tahun 1945 menginisiasi pembentukan Komite Nasional Indonesia Wilayah Asahan pada September 1945. Pada 15 Maret 1946, struktur pemerintahan Republik Indonesia di Asahan resmi dibentuk dengan Abdullah Eteng sebagai kepala wilayah (Bupati) dan Sori Harahap sebagai wakilnya, membagi wilayah Asahan menjadi lima Kewedanan.
Peringatan setiap tahun pada tanggal 15 Maret sebagai Hari Jadi Kabupaten Asahan menjadi simbol penting dalam mengenang dan merayakan sejarah dan pembentukan wilayah ini.
(nkm/nkm)