Harga beras terus mengalami kenaikan sejak awal 2024. Menteri Keuangan Sri Mulyani meminta agar kenaikan harga beras tersebut diwaspadai apalagi menjelang bulan Ramadhan dan Idulfitri.
Menurutnya, kenaikan harga beras sudah mencapai 7,7% sejak awal tahun alias year to date. Dari Rp 14.000.Kg mencapai rata-rata di atas Rp 15.000.Kg.
"Kita harus waspada terhadap kenaikan harga beras bulanan yang mencapai 7,7% year to date, hingga 21 Februari telah mencapai harga rata-rata Rp 15.175. Ini yang berkontribusi pada inflasi volatile food pada headline inflation kita," beber Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual APBN Kita, dilansir detikFinance, Sabtu (24/2) lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sri Mulyani juga mencatat beberapa komoditas juga mengalami kenaikan seperti cabai merah naik 17%, telur ayam 3,9%, daging ayam 2,2%, hingga bawang putih 1,9%.
Kenaikan harga bahan pokok tersebut, menurutnya menjadi tantangan menjelang bulan Ramadhan. Jika tak terselesaikan maka tingkat inflasi Indonesia akan terus meningkat, dan harga-harga bahan pokok lainnya akan terus meroket di tengah masyarakat.
"Ini menjadi tantangan menjelang Idulfitri dan Ramadan, maka volatile food mesti segera distabilkan agar headline inflation kita masih bisa dijaga rendah pada saat inflasi dunia dan negara maju mengalami penurunan," papar Sri Mulyani.
Namun, meski harga beras kian tinggi, inflasi di Indonesia, menurut Sri Mulyani, secara keseluruhan masih cukup stabil bahkan masih lebih rendah dibanding beberapa negara maju serta rata-rata inflasi global.
Core inflation di Indonesia di bulan Januari 2024 tercatat 1,68%, sementara itu administered prices inflasinya tercatat rendah di 1,74%, hanya inflasi volatile food yang cukup tinggi mencapai 7,2%.
"Di dalam negeri kita cukup baik menjaga stabilitas. Inflasi di Indonesia relatif rendah dibandingkan negara maju maupun inflasi global. Inflasi relatif rendah masih terjaga hingga akhir tahun," papar Sri Mulyani.
(nkm/nkm)