Waspada Ini Tanda-tanda Gangguan Mental gegara Gagal Nyaleg

Waspada Ini Tanda-tanda Gangguan Mental gegara Gagal Nyaleg

Tim detikHealth - detikSumut
Sabtu, 17 Feb 2024 19:30 WIB
Frustrated mid adult man screaming at the wall
Foto: Ilustrasi. (Getty Images)
Jakarta -

Pemilu 2024 telah usai dilaksanakan pada Rabu (24/2/2024). Pemilu tersebut tidak hanya diikuti pasangan calon presiden dan wakil presiden saja, para calon legislatif (caleg) juga ikut bersaing agar bisa terpilih menjadi wakil rakyat.

Usai pencoblosan, tidak semua peserta pemilu bisa mendapatkan banyak suara dan gagal jadi wakil rakyat. Kondisi itu secara psikologis bisa saja membuat seseorang kecewa, depresi, bahkan mengalami gangguan jiwa.

Dilansir detikHealth, Psikiater dr Jap Mustopo Bahtiar, SpKJ, dari Mayapada Hospital mengatakan keluhan seseorang yang mengalami gangguan mental bisa bervariasi. Selain menjurus ke kesehatan mental, bisa juga gejalanya berdampak pada fisik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bukan hanya caleg-nya saja, pada pasien lain yang saya dapatkan keluhannya itu bisa bervariasi. Kalau yang spesifik menjurus ke kesehatan mental misalnya dia jadi cemas, sulit tidur, sedih, nggak bersemangat," jelasnya, dalam sesi wawancara bersama detikcom Jumat (16/2/2024).

"Atau yang tidak begitu terlihat, dia mungkin sering mengeluh secara fisik atau somatik. Bisa saja dia sakit kepala, mual, atau gatal-gatal, berdebar-debar, sesak napas, itu juga manifestasi dari gangguan psikis," lanjut dr Jap.

ADVERTISEMENT

Ia mengungkapkan pasien yang mengeluhkan kondisi seperti itu biasanya akan berobat ke dokter lain, bisa jadi ke dokter umum, spesialis jantun, atau ke spesialis saraf. Pasien tidak langsung langsung ke bagian kesehatan jiwa.

Umumnya, para dokter bisa mendeteksi awal adanya gangguan kejiwaan dari tanda-tanda tersebut. Untuk memastikannya, para dokter menanyakan riwayat pasien yang termasuk caleg atau memang masyarakat biasa.

Menurutnya, pertanyaan itu bisa membantu pemeriksaan agar lebih detail. Selain itu, pihak keluarga juga bisa membantu mengamati kondisi keluarganya yang sempat maju menjadi caleg.

Misalnya yang awalnya terlibat bersemangat dan yakin lolos, tapi kenyataannya tidak begitu.

"Kadang-kadang, para caleg yang mengalami ini kemampuan menilainya agak kurang, karena emosinya sudah tinggi, tidak bisa mengontrol, dan sudah benar-benar stres. Sehingga tidak menyadari," beber dr Jap

"Bisa juga dia menyangkal diri dan nggak mau berobat. Bisa saja hasil pemeriksaan yang biasa-bisa saja, tidak sesuai dengan keluhannya. Itu yang membuat pengobatannya jadi berulang-ulang," pungkasnya.




(mjy/mjy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads