Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Yogyakarta. Pertemuan tersebut menjadi pertemuan lanjutan Jokowi dengan ketum-ketum partai koalisi Indonesia Maju (KIM).
Direktur Eksekutif Insititute for Democracy and Strategic Affairs (INDOSTRATEGIC) Ahmad Khoirul Umam menilai, pertemuan Jokowi dan AHY tersebut menyempurnakan rangkaian pertemuan presiden dengan ketum-ketum partai pendukung Prabowo-Gibran.
"Pertemuan Presiden Jokowi dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Yogyakarta pagi ini, menyempurnakan rangkaian pertemuan Jokowi dengan para ketua umum partai-partai politik Senayan pengusung Prabowo-Gibran," kata Umam, dilansir detikNews, Minggu (28/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Jokowi juga sudah bertemu Ketum Gerindra yang juga capres nomor 02 Prabowo Subianto, kemudian bertemu Ketum Golkar Airlangga hartarto hingga Ketum PAN Zulkifli Hasan.
"Saat itu, sejumlah spekulasi bermunculan, mengapa Jokowi tidak menemui Ketum Partai Demokrat. Maka, pertemuan Jokowi dan AHY hari ini menyempurnakan rangkaian pertemuan itu, sekaligus menegaskan arah keberpihakan dan dukungan politik Jokowi untuk paslon 02 Prabowo-Gibran," tambahnya.
Umam juga menilai Jokowi pertemuan tersebut guna memastikan peran Partai Demokrat untuk memenangkan paslon nomor urut 2.
"Pertemuan Jokowi dan AHY ini merupakan bentuk pengakuan terhadap peran Partai Demokrat dalam proses pemenangan Prabowo-Gibran. Jokowi tampaknya ingin memastikan infrastruktur pemenangan dan mesin politik Prabowo-Gibran benar-benar berjalan optimal, jelang 16 hari menuju pemilu pada 14 Februari 2024," ujar Dosen Ilmu Politik & International Studies Universitas Paramadina tersebut.
Menurutnya, Pilpres 2024 ini menjadi 'pertaruhan besar' bagi Demokrat yang sudah 10 tahun di luar kekuasaan. Sehingga menang kalahnya Prabowo-Gibran berpengaruh besar.
"Ketegasan AHY dan Demokrat untuk mendukung Prabowo-Gibran ini wajar dan cukup bisa dipahami, mengingat menang atau kalahnya Prabowo-Gibran di Pemilu 2024 ini akan menjadi 'pertaruhan besar' bagi Demokrat, yang selama 10 tahun ini telah memilih berpuasa dari kekuasaan," lanjutnya.
Umam juga menilai Demokrat akan berperan cukup penting terhadap kepemilihan Prabowo-Gibran di sejumlah wilayah sehingga peluang Prabowo-Gibran menang pilpres satu putaran lebih besar.
"Jika Demokrat bekerja optimal, paslon 02 Prabowo-Gibran akan mendapatkan insentif elektoral di basis-basis kekuatan Demokrat selama ini, terutama di wilayah Jawa Timur area Matraman atau Selatan, lalu Jawa Barat, Banten, Aceh, Sumatera Barat, dan sejumlah titik di Sumatera secara umum, termasuk juga beberapa simpul kekuatan di wilayah Indonesia Timur, khususnya Papua," katanya.
Sementara Demokrat juga akan mendapat benefit politik dari suara Prabowo-Gibran di mana masih banyak pemilih yang cenderung terbawa mendukung partai yang mendukung paslon pilihan mereka di pemilu.
"Sebab, selain memiliki magnet politik sendiri sejak Pemilu 2004, Demokrat juga bisa memperoleh efek ekor jas atau coat-tail effect. Sebab, karakter swing voters dan DNA pemilih di Indonesia umumnya cenderung digerakkan oleh tren umum dan dinamika isu jelang Pilpres, di mana para pemilih cenderung terbawa ikut-ikutan mendukung paslon tertentu yang memiliki kemungkinan menang lebih besar dalam pilpres, serta paslon yang relatif tercitrakan lebih kuat serta dekat dengan kekuasaan atau the ruling power," kata Umam.
(nkm/nkm)