Berkali-kali Menag Yaqut Sebut Angka 2 dan Berada di Tengah, Apa Maksudnya?

Berkali-kali Menag Yaqut Sebut Angka 2 dan Berada di Tengah, Apa Maksudnya?

Tim detikBali - detikSumut
Selasa, 26 Des 2023 16:00 WIB
Menag Yaqut Cholil Qoumas di Bandara Soekarno Hatta Tangerang, Banten, Kamis (27/7/2023).
Foto: M Rusydi Sani/Kemenag RI
Nusa Tenggara Barat -

Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas berkali-kali mengucapkan angka dua ketika menyampaikan sambutan pada acara pengukuhan Relawan Moderasi Beragama dan Deklarasi Pemilu Damai di Lapangan Sangkareang, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Selain angka dua, dia berpesan kepada yang dikukuhkan untuk tetap berada di tengah, apa maksudnya?

Peserta yang hadir di lokasi tampak memberikan tepuk tangan saat Menag Yaqut mengulangi kalimat angka dua.

"Tadi sudah disampaikan oleh Pak Kakanwil maupun oleh Pak Sekda. Saya pendek saja saya hanya ingin menyampaikan dua hal. Saya hanya ingin menyampaikan dua hal," ujar Yaqut yang disambut tepuk tangan oleh ribuan relawan moderasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yaqut heran melihat relawan yang tepuk tangan. Apalagi dia belum menyampaikan apapun. "Kok tepuk tangan? Saya belum ngomong, saya baru akan menyampaikan dua hal," tutur Yaqut sembari tertawa ringan.

Kemudian dia menjelaskan penekanan dua hal yang disampaikannya itu. Menurut dia, dua hal itu berkaitan dengan tugas relawan moderasi beragama yang tidak mudah.

ADVERTISEMENT

Selanjutnya Yaqut menyebut bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin yang kuat. Ia pun berulang kali menekankan kepada relawan untuk selalu berada di tengah-tengah.

"Moderasi itu tidak mudah. Harus selalu berada dalam posisi di tengah, harus selalu di tengah. Tidak boleh ikut yang kiri, tidak boleh ikut yang kanan. Harus ada di tengah-tengah itu moderasi. Paham?" kata Yaqut.

"Apalagi relawan moederasi. Pasti tidak ada bayarannya, tidak ada gajinya tetapi harus berada di tengah mengikuti arahan pimpinan. Begitu ya?" imbuhnya.

Yaqut menambahkan saat ini ada dua kutub yang saling tarik menarik di Indonesia, yakni kutub ekstrem di satu sisi dan kutub liberal di sisi yang lain.

"Kita tidak boleh terlalu ekstrem, juga tidak boleh terlalu liberal. Kita harus sekali lagi berada di tengah-tengah. Yang menjadi moderasi antara dua kutub yang berbeda secara diametral," kata Yaqut.

"Dua hal ini yang ingin saya sampaikan, tidak lebih. Hanya dua," sambungnya.




(astj/astj)


Hide Ads