Cerita Dokter di Gaza Rawat Pasien Pakai Gula-Cuka

Cerita Dokter di Gaza Rawat Pasien Pakai Gula-Cuka

Tim detikNews - detikSumut
Jumat, 10 Nov 2023 23:30 WIB
Koban tewas maupun luka terus berjatuhan akibat serangan Israel di Jalur Gaza. Tim medis pun harus bekerja siang malam untuk menangani korban.
Foto: AP/Hatem Moussa
Jakarta -

Dokter di Gaza menceritakan perjuangannya menangani pasien dalam kondisi tidak memadai. Mereka terpaksa harus merawat pasien tanpa obat penenang. Mereka juga terpaksa membalut luka para pasiennya dengan gula serta cuka.

Dilansir detikNews dari Al Jazeera, Jumat (10/11/202), hal tersebut disampaikan oleh dokter di Rumah Sakit (RS) Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Jalur Gaza.

Seorang dokter bedah di RS tersebut, Ahmed Mokhallalati, mengatakan bahwa fasilitas medis di rumah sakit tempat dirinya bertugas kini berada pada breaking point. Hal tersebut akibat gempuran militer Israel yang terus berlanjut ke Jalur Gaza.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan persediaan bahan bakar hampir habis, kata Mokhallalati, RS Al-Shifa terpaksa beralih kepada generator sekunder yang lebih kecil. Dengan demikian, sebagian besar rumah sakit diselimuti kegelapan tanpa adanya penerangan.

Para dokter hanya bisa menggunakan lampu pada ponsel mereka untuk mencatat dan memeriksa dokumen. Mereka juga sangat kelelahan dengan kondisi di fasilitas medis yang jauh melebihi kapasitas.

ADVERTISEMENT

"Pagi ini, saya harus mengganti perban pada anak-anak tanpa menggunakan obat penenang, perban pada para pasien luka bakar untuk pasien trauma berat," tutur Mokhallalati kepada Al Jazeera.

"Sekarang bagi saya, perban standar adalah menggunakan gula, begitu juga dengan cuka untuk para pasien," ujarnya.

Mokhallalati meyebut bahwa situasinya semakin genting dengan pengeboman terus melanda area-area sekitar rumah sakit.

"Masalahnya adalah Anda terus-menerus mengalami pengeboman di sekitar rumah sakit atau di depan rumah sakit. Semalam, ada bom besar meledak di dekat rumah sakit. Dan setengah jam yang lalu, saat hendak mengoperasi seorang pasien... terjadi pengeboman yang sangat besar, mereka mengebom sebuah rumah di samping rumah sakit," ucapnya.

"Mereka membunuh separuh orang-orang secara langsung, tapi separuh lainnya, mereka membunuhnya dengan pengobatan yang tidak memadai," sebut Mokhallalati dalam pernyataannya.

Israel melancarkan pengeboman udara tanpa henti terhadap Jalur Gaza dan mengerahkan operasi darat untuk merespons serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober lalu. Para pejabat Tel Aviv melaporkan lebih dari 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, tewas akibat serangan itu dan 240 orang lainnya disandera.

Laporan otoritas kesehatan Gaza menyebut lebih dari 10.000 orang tewas, sekitar 40 persennya anak-anak, akibat serangan Israel sebulan terakhir.




(dhm/dhm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads