Kisah Dokter di Gaza, Kerja Siang Malam demi Bantu Korban Serangan Israel

Kisah Dokter di Gaza, Kerja Siang Malam demi Bantu Korban Serangan Israel

Tim detikHealth - detikSumut
Jumat, 27 Okt 2023 13:20 WIB
A man pushes his vehicle loaded with mattresses in the area of Al-Ahli hospital where hundreds of Palestinians were killed in a blast that Israeli and Palestinian officials blamed on each other, and where Palestinians who fled their homes were sheltering amid the ongoing conflict with Israel,  in Gaza City, October 18, 2023.  REUTERS/Mohammed Al-Masri
Foto: REUTERS/Mohammed Al-Masri
Jakarta -

Nasib memilukan terjadi kepada para tenaga medis di Gaza. Mereka rela bekerja siang malam demi menangani korban serangan Israel.

Dilansir detikHealth dari The Guardian, rumah sakit di Gaza saat ini kebanyakan tengah mengalami krisis listrik yang berpengaruh pada pelayanan. Kondisi ini terjadi setelah Israel tidak memberikan akses bahan bakar sebagai salah satu sumber utama listrik di Gaza.

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan bahwa kondisi rumah sakit di Gaza sangat memprihatinkan. Pihaknya berencana akan memfokuskan kunjungan mereka di dua rumah sakit utama Gaza yaitu Al-Quds dan Al-Shifa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kedua rumah sakit kehabisan bahan bakar dan pasokan medis," ujar Kepala Misi ICRC di Gaza William Schomburg, Kamis (26/10/2023).

Tak hanya krisis pasokan kesehatan, William juga membeberkan bagaimana nasib tenaga medis yang ada di Gaza. William menyebut banyak tenaga kesehatan bekerja berjam-jam tanpa henti hingga tak pulang berhari-hari.

ADVERTISEMENT

"Ada pekerja rumah sakit yang secara pribadi terkena dampak konflik dan banyak dari mereka yang bekerja sepanjang waktu. Mereka tidak bisa pulang ke rumah selama beberapa hari, bekerja dalam kondisi yang paling sulit dan paling tidak terbayangkan, di tengah kekacauan luar biasa," ujar William.

"Kami melihat orang-orang dengan luka bakar parah, anak-anak yang kehilangan nyawa, sejumlah besar perempuan, orang lanjut usia, dan penyandang disabilitas," sambungnya.

William mengatakan rumah sakit di Gaza tak hanya menjadi tempat pengobatan korban luka. Tetapi juga sebagai tempat penampungan ribuan orang yang mencari perlindungan. Mereka terpaksa meninggalkan rumah karena merasa tidak punya tempat aman lain untuk pergi.

"Selama kunjungan kami ke rumah sakit Al Quds, terjadi serangan udara besar-besaran di sekitar kami dan seluruh gedung rumah sakit berguncang," kata William.

"Rumah sakit seharusnya menjadi tempat perlindungan bagi yang terluka dan sakit, dan saat ini rumah sakit adalah tempat yang tidak memberikan perlindungan bagi orang-orang di dalamnya," pungkasnya.




(dhm/dhm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads