Kisah memilukan menimpa seorang bayi di Gaza. Dia lahir saat ibunya terluka parah di reruntuhan.
Dilansir detikHealth dari Al-Jazeera, bayi malang yang lahir prematur itu diselamatkan oleh sebuah unit perawatan intensif neonatal di Rumah Sakit al-Shifa, Gaza.
Kepala unit neonatal Dr Nasser Bulbul menuturkan bayi tersebut berhasil selamat melalui operasi caesar darurat. Kemudian bayi tersebut dinamakan 'Putra Maryam al-Harsh'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada 13 Oktober, kami mendapat telepon dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara tentang seorang wanita hamil yang terluka parah dan sedang mengambil napas terakhir," kata Dr Bulbul, Rabu (25/10/2023).
"Ada serangan udara di rumahnya. Dan seluruh keluarganya, terdiri dari 10 anggota termasuk suaminya, tewas," sambungnya.
Operasi caesar darurat dilakukan pada wanita yang sekarat tersebut di usia kandungan 32 minggu. Selanjutnya, bayi laki-laki berhasil dilahirkan dalam keadaan hidup walau detak jantungnya lemah.
Bayi itu dipindahkan ke al-Shifa. Lalu, dia langsung dipasangi vantilator mekanis bersama dengan 54 bayi prematur lainnya. Dr Bulbul mengungkapkan bayi yang berusia 10 hari itu kondisinya sudah berangsur pulih.
"Kami melepaskan ventilasi mekanisnya setelah enam hari. Tiga hari kemudian, kami melihat bahwa dia mengidap iskemia serebral, yaitu cedera otak akut akibat gangguan aliran darah ke otak. Ini akibat kematian ibunya sebelum dia dilahirkan," jelas Dr Bulbul.
Selama dirawat di rumah sakit, tidak ada kerabat yang datang untuk mengambil bayi tersebut. Sampai saat ini, bayi tersebut masih dirawat dengan baik oleh tim perawatnya.
"Setiap kali saya memeriksanya, saya diliputi kesedihan dan rasa sakit. Tetapi selama dia masih hidup, dia memberi kita kekuatan dan harapan bahwa kita bisa melewati hari-hari yang mengerikan ini. Bahkan kesabaran untuk menanggung kengerian yang kita lihat setiap hari," ungkapnya.
Dr Bulbul juga menjelaskan kondisi rumah sakit saat ini mulai kehabisan bahan bakar untuk menghidupkan listrik. Tanpa bahan bakar, semua bayi prematur yang dirawat di sana bisa meninggal dunia.
"Tanpa bahan bakar untuk menyalakan mesin ventilasi mekanis, semua bayi ini akan mati dalam waktu lima menit. Ada 10 ventilator, tetapi tujuh di antaranya tidak berfungsi," tegas dia.
Dr Bulbul mengatakan sebanyak 55 bayi baru lahir di Rumah Sakit al-Shifa memiliki berat badan kurang dari dua kilogram dan berusia di bawah 37 minggu. Satu bayi berusia 26 minggu dan beratnya 880 gram.
Selain bahan bakar, masalah lainnya adalah kurangnya perawatan dasar yang dibutuhkan bayi prematur yang dapat menyelamatkan nyawa. Hal itu sangat penting, sebab bayi yang lahir prematur membutuhkan perawatan dasar yang intensif agar bisa bertahan hidup.
"Dalam dua jam pertama setelah dilahirkan, prematur bayi membutuhkan perawatan dasar untuk bertahan hidup, terutama surfaktan (sintetis) yang membantu mengurangi sindrom gangguan pernapasan," kata Dr Bulbul.
"Ini adalah pengobatan yang menyelamatkan nyawa dan, tanpanya, kita harus menghadapi komplikasi terkait ventilasi mekanis. Akibatnya, bayi akan menghabiskan waktu lebih lama di inkubator dan berisiko terkena infeksi bakteri yang dapat membunuh mereka," pungkasnya.
(dhm/dhm)