Mengenal Merisik, Bagian dari Tradisi Pernikahan Suku Melayu

Mengenal Merisik, Bagian dari Tradisi Pernikahan Suku Melayu

Rindi Antika - detikSumut
Jumat, 27 Okt 2023 07:00 WIB
Ilustrasi merisik (Sumber: PPID Bengkalis)
Foto: Ilustrasi merisik (Sumber: PPID Bengkalis)
Medan -

Setiap suku di Indonesia memiliki upacara adat serta tradisinya masing-masing. Begitu juga dengan suku Melayu yang tinggal di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru, Riau.

Dilansir dari penelitian Tradisi Nikah Kawin Masyarakat Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru, Riau, upacara pernikahan masyarakat Melayu memiliki banyak tahapan. Mulai dari merisik, jamu sukut, merisik besar, meminang, ikat janji, mengantar bunga sirih, berinai, akad nikah, penyambutan pengantin laki-laki, upacara persandingan, upacara tepung tawar, upacara nasi hadap-hadapan, upacara makan nasi, adat berjulang, upacara serah terima pengantin laki-laki, mandi bedimbar, meminjam pengantin dan seterusnya.

Yang kali ini akan dibahas adalah tahapan merisik dalam upacara perkawinan suku Melayu. Dalam setiap tahapannya upacara ini, masyarakat Melayu selalu menggunakan pantun untuk menyampaikan maksud dan tujuannya. Pantun tersebut akan disampaikan oleh perwakilan keluarga atau seorang yang dianggap mampu, biasanya akan dipercayakan kepada Telangkai. Telangkai inilah yang berkomunikasi selama tahapan upacara adat perkawinan suku Melayu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Merisik akan diawali oleh pertemuan antara perwakilan calon mempelai laki-laki dengan orang tua calon mempelai perempuan. Pertemuan ini sangat penting untuk menghargai orang tua calon mempelai perempuan.

Dalam proses merisik itu ada tahapan yang disebut merintis. Merintis adalah proses untuk mengetahui apakah perempuan tersebut sudah ada meminang atau belum. Jika sudah dipinang, maka kedatangan keluarga laki-laki hanya untuk menjalin persaudaraan

ADVERTISEMENT

Sekaligus untuk mengetahui informasi mengenai keluarga calon mempelai perempuan tersebut. Informasi yang dimaksud adalah mengenai tingkah lakunya, asal-usulnya, kemampuannya mengurus rumah tangga nanti, perlakuannya terhadap orang tua, tetangga, dan masyarakat

Proses merisik diawali dengan pantun yang sampaikan oleh pihak calon mempelai laki-laki lalu selanjutnya, pihak mempelai perempuan akan membalas pantun yang disampaikan oleh Penghulu Telangkai atau perwakilan dari pihak laki-laki.

Dilansir dari penelitian Makna Asosiatif Dalam Pantun Merisik Pada Masyarakat Melayu Batu Bara, ini contoh pantun yang digunakan saat merisik untuk menyampaikan maksud dan tujuan calon mempelai pria :

Kalau gugur buah setandan

Sampai ke tanah baru tegolek

Kami bersyukur kepada Tuhan

Datang kami disambut baek

Kabung enau tebang satu

Tebang sekali dengan sigainyo

Tinggi gunung tinggi lagi harapan ku

Harapan dalam tutur katonyo

Sudah lamo langsatnya condong

Dahanyo robah ke ampaian

Sudah lamo niat dikandung

Baru sekarang disampaikan

Dari Pauh singgah Pematang

Singgah merapat papan kemudi

Dari jauh kami datang

Karena tuan yang baek budi

Berapo tinggi pucuk pisang

Tinggi lagi asap api

Berapo tinggi kampung lalang

Tinggi lagi harapan hati

Bosar api Toluk Gadung

Anak buayo menggonggong bangkai

Niat hati nak poluk gunung

Apokan dayo tangan tak sampai

Jika dalam proses merisik tersebut, kedua keluarga sepakat untuk menikahkan calon mempelai laki-laki dan perempuan, maka akan dilanjutkan ke proses meminang. Peminangan biasanya disampaikan dengan bahasa pantun dan pepatah petitih serta diawali`dengan ritual tepak sirih Melayu.

Nah detikers itulah merisik, salah satu tahapan dalam upacara pernikahan masyarakat Suku Melayu. Semoga dapat menambah pengetahuanmu tentang tradisi di Indonesia, ya

Artikel ini ditulis oleh Rindi Antika, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(nkm/nkm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads