Bocah berusia lima tahun yang disetrika tantenya di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (Sumut) telah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Bocah malang itu sudah sepekan dirawat usai mengalami luka bakar di tubuhnya.
Kapolres Simalungun AKBP Ronald FC Sipayung mengatakan bocah itu pulang hari ini dari RS Tentara Kota Pematang Siantar. Setelah pulang, bocah tersebut akan diobati secara berkala.
"Korban sudah diperbolehkan pulang kembali ke rumah setelah dinyatakan sembuh oleh dokter dan akan menjalani pengobatan berjalan secara berkala," kata Ronald, Jumat (13/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mantan Kapolres Tapanuli Utara itu menyebut pihaknya langsung mengantar bocah itu ke rumahnya. Nantinya, anak tersebut akan tinggal bersama tantenya yang lain.
"Selanjutnya, korban akan dirawat tantenya yang selama ini menemani di rumah sakit," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, peristiwa penganiayaan itu terjadi di rumah pelaku SM (53) di Dusun Bangun Saribu, Nagori Sibangun Mariah, Kecamatan Silimakuta, Rabu (4/10). Kejadian itu berawal saat SM menegur korban karena memakan semua rambutan yang berada di rumah tersebut hingga berserakan.
"Merasa marah dan kecewa SM memukul kaki korban dengan sapu lidi dan lalu menyetrika dada serta punggungnya menggunakan setrika panas," kata Ronald, Jumat (6/10) malam.
Ronald menyebut perbuatan pelaku itu baru diketahui oleh pihaknya keesokan harinya. Mendapat informasi itu, pihak kepolisian langsung menuju lokasi kejadian untuk mengamankan pelaku. Sementara korban dibawa ke Rumah Sakit Tentara Kota Pematang Siantar untuk menjalani pengobatan.
Korban baru tiga bulan tinggal bersama pelaku semenjak ayahnya meninggal dunia. Sementara ibu korban, sudah lama meninggalkan korban. Bahkan, saat itu, korban masih bayi.
SM turut menceritakan awal mula dirinya sampai tega menyetrika tubuh keponakannya itu. Dia menyebut awalnya pada Rabu (4/10) pagi SM mengaku telah memberi korban makan dan jajan.
Setelah itu, SM pergi ke ladangnya sebentar. Saat pulang, dia melihat rambutan yang ada di rumah itu telah habis.
"Saya sebentar menyemprot ke ladang. Siap itu pulang saya dari ladang masuk saya ke rumah, buah rambutan sudah habis dua ikat," jelasnya, Rabu (11/10).
SM menduga korbanlah yang menghabisi rambutan itu. Alhasil, SM memukul korban dengan sapu lidi sebanyak tiga kali.
Lalu, korban mengecek rice cooker atau pemasak nasi. Saat itu, SM melihat nasi yang sebelumnya telah dimasaknya, habis.
Dia pun menanyakan korban siapa yang menghabisi nasi tersebut. Namun, saat itu, menurut SM, korban hanya diam.
"Ke rumah, ku buka rice cooker kosong nasi, ku tanya siapa yang habiskan nasi, diam. Jadi karena takut emosi, ku tinggalkan lah dia di rumah, saya pergi ke rumah orang. Siap itu, kira-kira jam 11.00 WIB saya pulang, lalu saya ke pajak (pasar), pulang dari pajak, saya pulang ke rumah berkisar jam 16.00 WIB," ujarnya.
"Jadi, datanglah anak saya si kecil, mak mana buah rambutan, mamak kejam kali, asal ada rambutan dihabiskan, asal ada makanan dihabiskan, si R (korban) saja terus yang habiskan," sambung SM menirukan perkataan anaknya.
Setelah itu, SM mengaku dirinya pergi menyetrika baju. Lalu, dia memanggil korban yang saat itu tengah duduk di pintu.
Dia lalu menanyakan siapa yang menghabiskan nasi dan rambutan itu. Namun, menurutnya, saat itu korban hanya diam.
"Kemudian saya menyetrika, anak itu di pintu, ku panggil, Ren sini dulu, Ren sini dulu, dia diam, ketiga kali baru datang, siapa kawanmu habiskan nasi itu, diam, siapa kawanmu habiskan rambutan itu, diam," kata SM.
Akibat emosi, pelaku lalu menempelkan setrika panas ke tubuh korban. Menurut pengakuan SM, ada tiga kali dia menempelkan setrika itu, yakni di bagian dada, perut dan punggung.
"Karena emosi tadi langsung ku bikinlah gosokan itu, tiga kali," ujarnya.
SM mengaku melakukan itu karena khilaf, bukan sengaja. Dia pun meminta maaf atas perbuatannya itu.
"Saya merasa menyesal, karena ini kekhilafan. Saya siap minta maaf ke keluarga, karena ini atas kekhilafan saya, bukan unsur kesengajaan. Saya mengaku sangat bersalah sekali," kata SM.
(nkm/nkm)