Sekretaris Dinas Sumber Daya Air Bina Marga Bina Konstruksi (SDABMBK) Kota Medan, Willy Irawan angkat bicara soal Jembatan Titi Bambu, yang menghubungkan Kecamatan Medan Marelan dan Medan Labuhan hampir setahun terputus. Willy mengaku putusnya jembatan itu karena banyaknya besi-besi yang dicuri.
"Sebelumnya sudah kita lakukan perbaikan di tahun 2021 terakhir kali. Nah sebelum 2021 sudah ada beberapa kali perbaikan cuma karena jembatan itu sepi pengunjung, jadi dicuri besi-besi penyangga dan lainnya sehingga tidak berfungsi lagi. Nah, ketidakberfungsian itu juga karena pencurian oleh oknum, kita tidak tahu siapa lah yang curi besi itu," kata Willy dikonfirmasi detikSumut, Rabu (11/10/2023).
Willy menyebutkan bahwa warga setempat dapat mengakses Jembatan Aloha sebagai alternatif. Ia pun juga akan melakukan perencanaan untuk solusi perbaikan jembatan yang putus tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu sebenarnya 200 meter ada Jembatan Aloha dengan fungsi yang sama, jadi kita carilah jalan keluarnya terkait alternatif jalannya atau metode konstruksi seperti apa yang buat bagian-bagian jembatan tidak dapat dicuri lagi. Penyebab paling utama ya pencurian itu," ujarnya.
"Sudah beberapa kali diperbaiki tapi dicuri, diperbaiki dicuri lagi. Jadi kalau diperbaiki lagi nanti dicuri lagi, sama aja kan. Jadi kita rencanakan dulu untuk solusinya," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, Jembatan Titi Bambu sudah hampir setahun terbengkalai sejak putus pada awal tahun 2023. Akibatnya, warga harus pasrah memutar jalan yang lebih jauh.
Jembatan Titi Bambu menghubungkan antara Jalan Ileng Medan Marelan ke Jalan Yos Sudarso Medan Labuhan. Lokasinya tak jauh dari Titi Aloha.
Berdasarkan pantauan detikSumut, sisi jembatan dari arah Gang Titi Bambu tampak terputus sepanjang 2-3 meter. Sementara itu, tali-tali besi atas sudah tidak terpasang dengan sempurna.
"Tahun ini juga (putusnya), karena banjir besar saat itu. Tahun lalu juga sudah pernah putus juga kemudian diperbaiki pemko, sudah dua kali lah ini putus," ungkap warga sekitar, Yudha kepada detikSumut, Sabtu (7/10).
Yudha menyebutkan jarak jembatan yang terputus sudah setinggi orang dewasa. Namun, masih ada beberapa warga yang nekat untuk melintasinya.
"Susah ya mau ke depan, kalau saya ya mungkin bisa lewat ya tapi goyang kali pun. Tapi kalau ibu-ibu udah nggak bisa lagi lah mungkin karena putusnya itu jaraknya udah se-dada tingginya. Kalau dari seberang mau ke sini (Jalan Ileng) itu harus manjat dulu," ujarnya.
Hal serupa juga turut dirasakan Tia, warga Gang Titi Bambu yang sudah hampir setahun tak dapat melintas dari Jembatan ini. Ia pun harus memutar menggunakan Titi Aloha.
"Cukup sulit ya, karena anak sekolah kadang menyeberang dari sini. Jadi mereka harus putar dari jalan besar lah, anak sekolah kan lebih enak dari sini (Jembatan Titi Bambu) karena nggak banyak kendaraan kan lebih aman," ucap Tia.
Terkait hal ini, ia pun berharap agar jembatan dapat diperbaiki secepatnya. Hal ini agar mobilitas warga kedua Kecamatan dapat lebih maksimal.
(dhm/dhm)