Setiap jalan yang ada di Kota Medan memiliki nama yang berbeda-beda. Penamaan jalan itu tentunya tidak hanya diberikan begitu saja namun ada cerita dan sejarah di balik setiap penamaannya.
Beberapa nama jalan atau kawasan di Kota Medan banyak yang berasal dari sejarah dan cerita lalu kemudian adanya sesuatu yang identik pada kawasan tersebut hingga diberikan nama oleh masyarakat atau pemerintah.
Jalan Veteran, Medan Kota
Seperti Jalan Veteran Medan di Kecamatan Medan Kota yang dahulunya menjadi salah satu tempat bersejarah di Kota Medan. Jalan tersebut dahulu bernama jalan Bali, tempat tersebut merupakan lokasi pertama pecahnya Pertempuran Medan Area.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertempuran Medan Area merupakan perjuangan laskar rakyat di Medan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Saat itu sebuah peristiwa terjadi di lokasi itu, yang mana seorang pemuda Indonesia dilucuti oleh tentara Belanda.
Tak senang akan hal itu, laskar rakyat langsung mengambil tindakan dengan menyerang markas tentara NICA yang berada di jalan Bali tepatnya di gedung pansion Wilhelmina.
Sejarawan muda Kota Medan M Azis Rizky mengatakan karena adanya peristiwa heroik tersebut lah hingga nama jalan Bali dahulu dirubah menjadi jalan Veteran saat ini.
"Saya kira perubahan nama tersebut sekitar di tahun sekitar 1950 hingga 1960 berubah. Perubahan nama tersebut didasari atas peristiwa yang sangat heroik di situ. Atas itu kemudian dirubah lah nama jalan itu ke jalan Veteran hingga saat ini. Nama itu untuk menghormati para pejuang yang gugur di situ," kata Azis kepada detikSumut, Selasa (10/10/2023).
Pasar Merah, Jalan HM Joni
Selain itu adapula nama kawasan yang dahulu dikenal dengan Pasar Merah dan sekarang menjadi jalan HM Joni. Walau sudah berganti nama, kata Pasar Merah tetap melekat di lidah masyarakat Kota Medan.
Dahulu nya penamaan jalan ini berawal dari kawasan tersebut memiliki tanah yang berwarna merah. Sehingga masyarakat yang bermukim di wilayah tersebut atau masyarakat Kota Medan menyebutkan nama wilayah tersebut Pasar Merah.
"Pasar merah itu, wilayah itu dulu tanahnya merah, bahkan dahulu di situ ada percetakan batu bata yang berkualitas sangat bagus. Tanahnya itu tanah merah tempat itu, karena tempat nya warna merah. Nama itu sepertinya diberikan setelah kedudukan Belanda. Tapi walau sudah berganti, Nma Pasar Merah itu lebih melekat dari nama jalan HM Jonni kini," ucap Azis.
Kampung Keling/Kampung Madras
Jika mengarah ke Kecamatan Medan Polonia dan Kecamatan Medan Petisah tentunya dikenal dengan nama Kampung Keling atau saat ini disebut dengan Little India. Kawasan ini tentunya sangat dikenal terutama bagi masyarakat kota Medan.
Sejak kedudukan Belanda di Kota Medan wilayah ini dihuni oleh orang-orang keturunan India yang dikirim dari India oleh Belanda sebagai pekerja perkebunan. Belanda menempatkan mereka untuk bermukim di wilayah tersebut.
Bertahun-tahun warga keturunan India ini bermukim di wilayah tersebut. Akibat dari warga keturunan India yang bermukim itu mempunyai kulit berwarna gelap sehingga masyarakat memberikan nama itu menjadi Kampung Keling.
Namun, karena penyebutan nama tersebut terkesan diskriminatif di masyarakat Kota Medan yang mempunyai beragam suku dan budaya. Nama tersebut diubah Pemerintah Kota Medan menjadi Kampung Madras atau Little India.
Jalan Panglima Denai
Selain itu, bagi masyarakat Kota Medan tentunya tidak asing dengan nama Jalan Panglima Denai. Azis menjelaskan bahwa nama Jalan Panglima Denai berawal dari sekitar tahun 1823 yang dahulunya ada sebuah kerajaan bernama Kerajaan Denai yang merdeka dan terdiri dari tiga wilayah, yakni Patumbak, Percut, dan Denai.
"Kerajaan Denai kala itu dipimpin oleh Raja Graha. Kerajaan Denai memiliki benteng yang dijaga tujuh panglima. Saya kira salah satu panglima itu lah sosok Panglima Denai," ujar Azis.
Bulu Cina dan Klambir Lima
Selain itu ada beberapa nama yang memang tidak sepenuhnya berada di wilayah kota Medan namun berbatasan langsung dengan Kota Medan dan Deli Serdang.
Seperti Bulu Cina dan Klambir Lima tentunya bagi masyarakat Kota Medan dan sekitarnya tidak asing dengan nama tersebut. Kata Bulu Cina diketahui berawal dari sebuah daerah yang dahulunya ditumbuhi oleh bambu kuning.
Azis menjelaskan, awal penamaan tersebut diketahui karena sejak kependudukan Belanda kala itu daerah tersebut sangat banyak ditumbuhi oleh tanaman Bambu Cina.
Namun, kata Bulu Cina dikatakan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara itu telah mengalami pergeseran kata yang awalnya buluh Menjadi bulu. Kata buluh yang berarti bambu.
"Harusnya itu buluh bukan bulu ya. Itu ada pergeseran nama ya. Kemudian itulah digunakan nama akhirnya. Dasarnya buluh yang artinya itu adalah bambu ya, Bambu Cina. Dulu banyak di sana itu, bambu itu warna nya kuning dan kecil kecil. Maka awalnya itulah dikenal dengan Bulu Cina yang telah mengalami pergeseran nama," ujarnya.
Sama seperti dengan Bulu Cina, wilayah Klambir V ketika itu dikenal dengan tempat yang memiliki pohon kelapa yang banyak. Tidak hanya perkebunan tembakau saja, namun pohon kelapa juga ditanam oleh masyarakat.
Masyarakat di wilayah Klambir Lima, kata Azis, kala itu adalah mayoritas suku Melayu. Mereka menanam pohon kelapa sangat banyak untuk pengolahan bahan masakan dan adat istiadat.
"Terkait dengan Klambir Lima, diambil dari nama pohon di situ ada pohon kelapa banyak tumbuh di sana. Sehingga tidak hanya perkebunan tembakau saja tapi ada pohon kelapa, masyarakat tanam untuk olahan mereka," terangnya.
"Ini sangat menarik ya, sebab nama itu diambil dari dari tanamaan dan menjadi ciri khas klambir Lima. Namun hal itu tidak banyak yang mengetahui kenapa disebut dengan nama klambir lima," sambungnya.
Itulah beberapa sejarah dan cerita dari Penamaan jalan di Kota Medan dan sekitarnya. Memang penamaan itu tidak lepas dari sejarah di kawasan tersebut dan juga ada sejarah perjuangan di dalamnya, seperti nama jalan dan wilayah yang dijelaskan di atas.
(nkm/nkm)