Sebanyak 500 merek ponsel atau HP tutup alias gulung tikar sejak 2017 lalu. Beberapa merek ponsel yang tutup karena kalah bersaing yakni BlackBerry dan LG.
Dilansir detikInet Senin (25/9/2023), pada tahun 2017 penjualan ponsel mencapai 1,5 miliar unit per tahun. Penjualan itu berasal dari 700 vendor ponsel.
Tercatat tahun 2023, jumlah vendor ponsel yang aktif berkurang sepertiga hingga tersisa 250. Artinya, dalam enam tahun terakhir hampir 500 vendor ponsel tumbang karena satu dan lain hal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Laporan Counterpoint menyebut sebagian besar vendor ponsel yang tumbang merupakan brand lokal yang beroperasi di pasar seperti Asia Pasifik, Amerika Latin, Timur Tengah, dan Afrika. Brand lokal ini biasanya menyediakan ponsel dengan harga terjangkau.
Pada 2013, penjualan ponsel dari 90 brand lokal itu kurang dari 100.000 unit. Kondisi itu memaksa brang ponsel lokal gulung tikar.
Meski begitu ada juga yang beralih ke kategori lain seperti feature phone, wearable, atau IoT.
Laporan Counterpoint menyoroti brand lokal yang menguasai pasar di negaranya, atau yang disebut sebagai 'local kings', yang mundur dari bisnis ponsel dalam beberapa tahun terakhir.
Brand-brand itu termasuk Micromax, Intex, dan Karbonn di India; InnJoo dan Xtouch di Timur Tengah dan Afrika; Meizu, Meitu, Gionee, dan Coolpad di China; Kyocera dan NEC di Jepang; dan LG di Korea Selatan, seperti dikutip dari Android Authority, Minggu (24/9/2023).
Menurut penjelasan Counterpoint, gugurnya vendor ponsel kecil ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti basis pengguna yang makin dewasa, siklus ganti HP yang makin panjang, masalah supply chain, tantangan ekonomi, transisi teknologi, dan vendor besar yang semakin kuat.
Counterpoint memperkirakan jumlah vendor ponsel yang aktif akan terus turun, tapi masih ada harapan untuk sejumlah vendor kecil. Mereka mengatakan vendor ponsel yang fokus pada niche khusus, seperti Fairphone, Doro, dan Sonim, masih bisa eksis meskipun menjual produknya dengan harga cukup tinggi.
(astj/astj)