Indonesia saat ini dalam situasi bonus demografi yang produktifnya lebih tinggi dari non produktif. Namun kondisi itu bisa berubah menjadi bencana, kok bisa?
Guru Besar Universitas Sumatera Utara (USU) Prof Dr.dr. Ridha Dharmajaya Sp BS (K) awalnya menyampaikan tentang bahaya mengintai para generasi muda lima tahun ke depan. Bahaya yang dimaksudkan oleh pria yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis bedah syaraf itu yakni syaraf kejepit pada bagian leher.
"Ini biasanya dialami para orang tua usia 50 tahun ke atas tapi saat ini hampir semua usia mulai merasakannya," ujarnya ketika bicara di hadapan ratusan mahasiswa baru UISU, Jalan SM Raja Medan, Selasa (19/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika gejala awal itu masih bisa ditanggulangi lewat meja operasi. Tapi jika kondisinya dibiarkan dan terus berlangsung maka yang terjadi hal-hal buruk.
"Kelumpuhan tangan dan kaki, seksualitas hilang bagi kaum lelaki, buang air besar dan kecil tak terasa atau loss. Tidak ada obat yg menyembuhkan dan tidak ada operasi yang mengembalikan dan yang ada berujung kecacatan," ucapnya.
Prof Ridha menyayangkan jika kondisi ini banyak dialami generasi muda sebagai pewaris bangsa. Padahal saat ini, Indonesia dalam situasi menghadapi bonus demografi. "Saat ini hanya dua dunia yang mengalami bonus demografi yakni Indonesia dan India. Jika ini bisa dimanfaatkan dengan menghasilkan generasi berkualitas, maka Indonesia akan masuk dalam lima besar di dunia," tuturnya.
"Jika yang terjadi adalah generasi cacat akibat penggunaan gadget yang salah dan berlebih, yang terjadi justru bencana demografi," katanya.
"Untuk itu, adik-adik harus lebih bijak menggunakan gadget jika ingin Indonesia melahirkan generasi yang berkualitas yakni generasi pintar, bermoral dan berakhlak baik, serta fisik yang sehat," sambungnya.
(astj/astj)