Patah Hati Ternyata Bisa Dijelaskan Secara Ilmiah

Patah Hati Ternyata Bisa Dijelaskan Secara Ilmiah

Tim detikEdu - detikSumut
Kamis, 14 Sep 2023 15:32 WIB
Ilustrasi patah hati
Foto: Thinkstock
Medan -

Setiap orang pasti pernah mengalami namanya patah hati. Hal itu merupakan pengalaman emosional yang dirasakan setelah mengalami kehilangan, kekecewaan, dan kesedihan yang mendalam.

Namun tahukah detikers, kalau ternyata patah hati bisa dijelaskan lewat ilmu sains atau ilmiah?

Seorang penulis artikel sains dan kesehatan, Florence Williams mengaku merasakan patah hati yang luar biasa setelah ditinggalkan sang suami yang sudah menjalani hidup dengannya selama 25 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya hampir bisa menggambarkannya seperti cedera otak," kata Florence dilansir detikEdu dari NPR. Karena sakit hati itu, ia tidak tidur dan merasa gelisah.

Ilmuwan pun telah mempelajari hubungan antara rasa sakit emosional dan reaksi fisik dalam tubuh. Menurut Florence, jatuh cinta merangsang otak untuk memproduksi hormon stres sebagai respons alami terhadap perasaan tersebut.

ADVERTISEMENT

Sehingga, ketika kehilangan pasangan yang dicintai, otak akan merespons dengan meningkatkan tingkat kortisol, hormon stres yang kemudian memicu perasaan gelisah dan tidak nyaman.

Hubungan yang erat dengan pasangan juga dapat menyinkronkan tubuh kita secara fisik mulai dari detak jantung, tingkat kortisol, dan gelombang otak. Namun, saat pasangan kita menghilang, tubuh seketika bisa langsung kehilangan sinkronisasi tersebut dan muncul ketidakseimbangan.

Namun ada yang disebut dengan "kardiomiopati takotsubo" adalah penyakit patah hati yang sesungguhnya. Berdasarkan penelitian, kardiomiopati takotsubo timbul karena peristiwa traumatis seperti perceraian atau kehilangan orang yang dicintai yang dapat memicu perubahan bentuk pada jantung. Seringkali kondisi ini diserupakan dengan serangan jantung.

Saat mengalami tekanan emosional yang besar, ada begitu banyak hormon stres yang dilepaskan tubuh. Hal itu membuat bentuk jantung berubah dan menimbulkan masalah pada proses pemompaan darah.

Penyakit patah hati yang sebenarnya ini umum terjadi pada wanita pascamenopause yang mengalami tekanan emosional yang besar, seperti kehilangan pasangan.

Dr Mike Dow, seorang terapis Hollywood, menjelaskan cinta yang romantis memicu pelepasan lebih banyak zat kimia otak yang membuat pelakunya merasa senang. Zat tersebut seperti oksitosin, dopamin, dan serotonin.

Namun, sebaliknya, ketika patah hati, otak akan kehilangan pasokan bahan kimia tersebut sehingga mengakibatkan penarikan neurologis yang kemudian memunculkan cemas dan depresi.

Dr Dow juga menyebut, penggantian bahan kimia otak ini dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti minum minuman keras atau melampiaskan dengan seks. Itu lah alasan kenapa banyak orang yang patah hati berujung pada mabuk atau mencari hubungan tanpa ikatan.

Namun keduanya hanya akan memberikan kepuasan sesaat dan tidak membantu dalam jangka panjang.

Artikel ini telah tayang di detikEdu dengan judul: Begini Kondisi Patah Hati Menurut Penjelasan Ilmiah



(nkm/nkm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads