Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) buka suara soal pesan berantai di WhatsApp Group terkait hujan buatan di Pekanbaru, Riau, berisiko bagi kesehatan. Apa kata BRIN?
Dalam pesan berantai yang juga diterima detikSumut disebut jika hujan yang terjadi di Kota Pekanbaru adalah efek teknologi modifikasi cuaca (TMC). Sehingga kualitas air tidak baik bagi kesehatan.
"TMC atau sering disebut hujan buatan itu kerjasama BRIN, Lanud Roesmin Nurjadin dan BPBD Riau. Kualitas air hujan sangat berisiko bagi kesehatan manusia jika bersentuhan langsung, karena tingkat keasaman airnya yg sangat tinggi," bunyi pesan seperti dilihat, dikutip dari detikSumut kemarin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masyarakat Kota Bertuah diminta membatasi pergerakan saat hujan. Bahkan harus menyediakan payung atau jas hujan saat keluar rumah.
Hujan sendiri disebutkan akan terjadi pada siang hari karena malam hari. Hal ini karena ada latihan terbang prajurit TNI Lanud Roesmin Noerjadin Pekanbaru di malam hari.
"Menurut perencanaan TMC di Pekanbaru dan sekitarnya tengah dimodifikasi agar hujan bisa turun hanya di siang hari. Hal ini terkait dengan kegiatan latihan terbang malam para penerbang Lanud RSN, mulai 21 Agustus-4 September 2023," tulis pesan tersebut.
Koordinator Laboratorium Pengelolaan TMC BRIN, Budi Harsoyo pun buka suara. Menurutnya, teknologi hujan buatan sendiri tak menggunakan bahan kimia yang bersifat asam, seperti hujan asam atau hujan dengan air dengan pH di bawah 5,6.
Budi menyebut hujan asam terjadi karena ada gas pembentuk asam kuat di dalam atmosfer yang terlarut dalam air hujan. Gas ini umumnya adalah oksida dari belerang ( SOx ) dan oksida dari Nitrogen (NOx).
Belerang sendiri adalah pengotor dalam bahan bakar minyak. Termasuk oksida nitrogen yang berasal dari udara dan pembakaran material organik termasuk lahan gambut
"Jika bereaksi dengan air hujan, maka oksida belerang dan oksida Nitrogen akan berubah menjadi asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (HNO3) yang merupakan asam kuat. Hujan asam sendiri memiliki pH hingga 4 (semakin kecil nilai pH, semakin asam)," ucapnya dikutip dari detikNews, Rabu (23/8/2023).
Untuk itu, jika pun terkena manusia dan hewan darat, umumnya tidak memberikan efek secara langsung dan kurang berbahaya. Tetapi hujan asam sangat berbahaya untuk tumbuhan dan hewan air karena proses hidupnya bergantung dengan kondisi air di lingkungan.
Tidak hanya itu saja, hujan asam akan merusak struktur bangunan karena mudah menyebabkan korosi di bangunan dan logam. Sedangkan bahan kimia yang digunakan pada teknologi hujan buatan hanya NaCL atau garam dapur.
Teknologi menggunakan garam dapur ini bersifat netral dan dikonsumsi setiap hari oleh manusia. Hanya saja, garam untuk hujan buatan digiling lebih halus daripada garam dapur.
"Yang membedakan garam untuk TMC dan konsumsi manusia adalah proses pembuatannya, di mana garam untuk hujan buatan mengalami proses penggilingan hingga 2-3 kali untuk memperoleh ukuran yang jauh lebih kecil daripada garam dapur," lanjutnya.
Untuk itu, konsentrasi garam yang ditaburkan ke dalam awan terbilang sangat rendah dibandingkan dengan ukuran awan. Sehingga tak merusak sifat kimia dari air hujan.
"Jadi air hujan buatan tidak memiliki rasa, dan bau yang berbeda dari air hujan biasa. Air hujan dari proses hujan buatan sudah teruji di laboratorium bahwa air hujan buatan tidak memiliki sifat yang berbeda dengan air hujan biasa," katanya.
Nah, jadi detikers sudah paham ya. Hujan buatan tidak berbahaya karena kandungan di dalamnya sama seperti hujan biasa dan jangan risau lagi.
(dhm/dhm)