Muharam adalah awal bulan dari kalender Hijriah. Di bulan ini, banyak peristiwa sejarah yang dapat diambil nilai kebaikannya. Salah satunya pernikahan Rasulullah dengan Sayyidah Shafiyyah, anak dari Huyay bin Akhthab dari Bani An-Nadlir, seorang pemimpin Yahudi di distrik Khaibar.
Pernikahan itu berlangsung seusai Perang Khaibar yang diikuti langsung oleh Rasulullah. Pada perang itu, umat Islam meraih kemenangan, dan Yahudi Khaibar yang masih hidup ditetapkan menjadi tawanan pasukan umat Islam.
Dilansir NU Online, diketahui Sayyidah Shafiyyah mempunyai ibu bernama Barah binti Syamuel. Jika dirunut ke atas, maka garis nasabnya sampai kepada Nabi Harun bin Imran, saudara Nabi Musa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Perang Khaibar, suami Shafiyyah, Kinanah bin Abi Rabi bin Abi al-Huqaiq, terbunuh tatkala melawan pasukan umat Islam. Bukan hanya suami, Shafiyyah juga kehilangan ayah, keluarga, dan saudaranya dalam peperangan yang diikuti langsung Nabi Muhammad itu.
Saat itu, Shafiyyah menjadi tawanan perang umat Islam bersama dengan Yahudi Khaibar lainnya. Masih dari laman NU Online, setelah peperangan usai, Bilal bin Rabah membawa Shafiyyah ke Rasullulah dengan melewati medan tempur yang penuh mayat dan darah.
Namun, Nabi Muhammad menegur Bilal karena telah menggiring dua tawanan perempuan itu melewati medan tempur yang masih basah karena bersimbah darah.
"Bilal, apa sudah tercerabut rasa kasih sayang dari dadamu hingga tega kau membawa mereka menyeberangi lautan mayat manusia?" kata Nabi Muhammad, dalam Bilik-bilik Cinta Muhammad.
Melihat Shafiyyah yang terkesan mengharap belas kasihan, Nabi Muhammad menutupi Shafiyyah dengan bajunya, sebagai tanda bahwa beliau telah memilihnya. Nabi Muhammad memberi beberapa tawaran sebelum mempersunting Sayyidah Shafiyyah.
Pilihan yang diberikan oleh Nabi Muhammad kala itu, Sayyidah Shafiyyah bersedia memeluk Islam dan dinikahi Nabi Muhammad, atau dia tetap ingin menjadi tawanan dengan agamanya Yahudi. Sayyidah Shafiyah pun memilih tawaran yang pertama dengan memeluk Islam dan menikah dengan Nabi Muhammad.
Setelah perang di bulan Muharam itu, dilansir dari buku Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Rasulullah melangsungkan acara pernikahan dengan Shafiyah binti Huyay di Khaibar. Rasulullah bermalam dengan Shafiyah di kemah.
Selama pernikahan tersebut, Shafiyyah beberapa kali dicurigai akan berkhianat karena statusnya sebagai seorang Yahudi yang baru memeluk Islam. Namun nyatanya, Sayyidah Shafiyyah sangat setia kepada Nabi Muhammad dan Islam.
Bahkan, ketika Nabi Muhammad sakit menjelang wafat, Sayyidah Shafiyyah menyatakan kalau seandainya bisa, maka dirinya siap memikul sakit yang dialami Nabi Muhammad.
Itulah kisah tentang pernikahan Rasulullah dengan Shafiyyah binti Huyay bin Akhtab seusai Perang Khaibar. Semoga menambah wawasan Islamimu, ya, detikers!
(mff/mff)