Foto Presiden Rusia Vladimir Putin memegang Al-Qur'an muncul dalam baliho di negara tersebut. Putin juga disebut oleh warga Lebanon sebagai 'Penjaga dan Pelindung Agama'.
Melansir detikNews, gelar itu diterima Putin usai dia mengecam pembakaran Al-Qur'an saat mengunjungi sebuah masjid di Derbent, Dagestan, dua pekan lalu. Putin yang datang bertepatan dengan Idul Adha itu diberikan sebuah Al-Qur'an, demikian dilaporkan media Rusia, Sputnik, Selasa (11/7/2023).
Putin, dalam kunjungannya ke masjid itu, mengatakan bahwa tindakan tidak menghormati Al-Qur'an adalah kejahatan di Rusia, berbeda dengan beberapa negara lainnya. Putin menyampaikan hal itu saat mengomentari pembakaran Al-Quran oleh seorang pengungsi Irak di Swedia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Putin menegaskan bahwa Rusia akan mematuhi aturan legislatif yang berlaku itu setiap saat.
Usai kunjungannya itu, poster Putin memegang Al-Qur'an bermunculan di Lebanon. Dalam poster itu, dituliskan di atas foto Putin gelar penjaga dan pelindung Al-Qur'an.
"Penjaga dan Pelindung Agama," demikian sebutan yang diberikan warga Lebanon untuk Putin dalam poster tersebut.
Kepala Kantor Roslivan untuk Kerja Sama Rusia-Lebanon, Muhammad Nasruddin, yang ada di balik poster dan baliho itu, menjelaskan jika Putin telah menunjukkan kepada dunia bagaimana agama harus diperlakukan dengan adanya insiden pembakaran Al-Qur'an di Swedia.
Insiden yang terjadi pada 28 Juni lalu, atau saat perayaan Idul Adha itu, melibatkan seorang pengungsi Irak bernama Salwan Momika (37) merobek dan membakar Al-Qur'an di luar sebuah masjid besar di Stockholm. Negara-negara mayoritas Muslim, termasuk Indonesia, mengecam keras aksi itu.
Aksi provokatif Momika itu mendapatkan izin dari Kepolisian Swedia yang menyebut perlindungan kebebasan berbicara sebagai dasar dari izin tersebut. Namun belakangan, Kepolisian Swedia menjeratkan dakwaan 'penghasutan terhadap kelompok etnis' terhadap Momika, karena dia memilih untuk membakar Al-Qur'an di lokasi yang begitu dekat dengan masjid.
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Swedia Ulf Kristersson, dalam tanggapannya, menyebut aksi Momika itu 'legal tapi tidak pantas'. Sementara pemerintah Swedia memberikan tanggapan lebih tegas dengan mengutuk keras pembakaran Al-Qur'an oleh Momika itu dan menyebutnya sebagai 'Islamofobia'.
Pekan lalu, pemerintah Swedia dalam pernyataan terbaru menyatakan sedang mempertimbangkan untuk melarang atau menetapkan aksi pembakaran Al-Qur'an atau kitab suci ajaran agama lainnya sebagai tindakan ilegal. Dinas Keamanan Swedia menyebut bahwa tindakan semacam itu telah membuat negara tersebut menjadi kurang aman.
(afb/afb)