Pedangdut Dewi Perssik atau Depe terlibat polemik dengan Ketua RT tempatnya tinggal terkait hewan kurban. Dewi Perssik menyebut ada beberapa faktor yang memicu polemik tersebut.
Dilansir dari detikHot, Jumat (30/6/2023), beberapa berita sebelumnya menyebut bahwa sapi seberat 1,5 ton milik Depe yang hendak dikurbankan itu ditolak oleh Ketua RT 06 wilayah Cilandak Barat, bernama Malkan.
Padahal, Depe telah menjadi warga di RT tersebut sejak lima tahun terakhir dan kerap berbagi daging kurban. Mediasi pun dilakukan di Masjid Babul Khoirot kawasan setempat. Dari mediasi tersebut terdengar orang-orang saling berteriak, baik Dewi Perssik maupun Ketua RT.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dewi Perssik menceritakan polemiknya dengan Ketua RT tersebut. Dia menyebut ada banyak faktor yang diungkap di dalamnya, mulai dari tidak pamitnya Dewi Perssik untuk menitipkan dan memotong sapinya di masjid itu, sampai ada politisasi.
"Miss komunikasi yang saya lihat di sini, ada pak ustaz dan Pak RT yang tidak ada komunikasi, apa yang membuat saya kecewa sikap Pak RT sendiri terhadap ART maupun orang-orang kita. Maksud saya, seandainya kecewa, kan sapinya itu bukan untuk saya dan orang lain, semua untuk warga di sini, niat saya baik lho. Tidak ada unsur politik atau apapun. Dan ini, sudah saya lakukan lima tahun terakhir," cerita Dewi Perssik di depan rumahnya yang tak jauh dari situ, Kamis (29/6).
Kemudian, Depe juga menjelaskan alasan dirinya menitipkan sapi di masjid tersebut, dan tidak meletakkan di rumahnya.
"Salah pahamnya adalah, saya kan komunikasi langsung sama pedagang sapi orang Brebes. Saya memang tidak kasih alamat rumah saya, saya kasih alamatnya masjid belakang rumah. Biar nanti berhubungan sama pak ustaz. Itu juga nggak dititip beberapa hari, cuma beberapa jam. Karena di rumah nggak ada orang, cuma ART, semuanya perempuan, yang mana nggak ngerti juga sapinya mau diapakan. Bukan karena rumah saya nggak mau kotor. Satu ya saya nggak mau orang tahu alamat saya, dua, cuma ada ART yang nggak ngerti. Akhirnya saya bilang minta tolong sama pak ustaz aja," sambung Dewi.
Selain itu, ternyata memang ada aturan tak tertulis di kawasan itu di mana pembagian sembako harus izin dari Pak RT dan pak ustaz.
"Kalau mau saksi, warga di sini jadi saksi kok. Dari awal saya tinggal di sini saya berhubungan dengan pak ustaz itu emang udah door to door, bukan hanya sekarang. Tapi kalau keadaan di sini peraturannya adalah kalau memberikan sembako harus pamit sama pak RT, sama pak ustaz-nya. Nggak boleh bikin acara sendiri," ungkapnya lagi.
"Jadi, saya merasa ini apa apaan. Sampai tadi ngamuk-ngamukan sama Pak Topan (bagian dari RT). Pak Topan sampe bilang, 'bilang sama bos kamu, warga kita tidak kekurangan daging dan tidak butuh daging'," ujar Depe terisak.
"Kenapa tadi saya ikut marah-marah seperti itu, dia ngebentak bentak saya lagi. Ngomong masalah ras lah, 'kita ini orang Betawi'. Nggak ada, mau orang Betawi, Madura, semua sama. niat saya baik, niat saya ibadah. Saya menyayangkan sikap pak RT, kenapa bentak-bentak, kenapa marah-marah. habis bentak-bentak dia ketawa. Pantas nggak pak RT kayak gitu, saya kecewa," sambungnya.
Dari mediasi tersebut, tidak ada solusi yang kemudian dihasilkan. Sapi milik Dewi Perssik sendiri akhirnya dipotong di wilayah RT lainnya, yang kemudian dagingnya dibagikan di wilayah RT 06.
"Katanya masjid bukan tempat penitipan hewan, saya warga sini, saya cuma minta empatinya. Saya lagi kerja di rumah, nggak ada orang, cuma wanita semua. Itu sapi 1,5 ton dan kurban juga buat warga di sini, saya cuma minta tolong. Toh selama ini kalau saya minta tolong parkir aja saya bayar sama pak RT-nya, nggak ada yang gratis di sini. Terus kenapa katanya perlu pakan dan dibersihkan, padahal cuma beberapa jam. Masa saya nggak bisa ditolong, toh saya kasih duit juga. Masa iya saya nggak peka," tutup Depe.
(dhm/dhm)